Kisah Sedih Masa Kecil Ujang Pembuat Pesawat di Cianjur, Kayuh Sepeda Sambil Nangis karena Soal Ini

Editor: dedy herdiana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pesawat rakitan Ujang dipajang di pinggir jalan raya Cianjur-Ciranjang-Bandung

Laporan Wartawan Tribunjabar.id, Ferri Amiril Mukminin

TRIBUNCIREBON.COM, CIANJUR - Kisah sedih Ujang Elan Kusmana (42), sang pembuat pesawat bermesin motor RGR harus putus sekolah SMP semasa kecil karena tak punya biaya bayar iuran bulanan.

Kenangan tersebut masih teringat jelas dibenak Ujang sang pembuat pesawat ultralight.

Saat itu, Ujang tengah duduk di kelas dua dan mau naik ke kelas 3 SMP. Ujang yang warga Padaherang, Kabupaten Pangandaran saat itu masih gabung Kabupaten Ciamis bersekolah di kawasan Tasikmalaya.

Saat berangkat dari rumah hendak berangkat ke sekolah di kawasan Tasikmalaya, ia mendapat kabar bahwa tak bisa masuk sekolah untuk ujian karena belum membayar iuran.

"Dari rumah hendak ke sekolah, tapi dapat kabar tak bisa sekolah karena belum bayar iuran bulanan," ujar Ujang, ditemui Jumat (8/4/2022) di bengkel tempat pembuatan pesawatnya.

Baca juga: Tukang Tambal Ban di Cianjur Ciptakan 3 Pesawat Terbang Bermesin Motor, Tunggu Izin Tes Terbang FASI

Pesawat rakitan Ujang dipajang di pinggir jalan raya Cianjur-Ciranjang-Bandung (Tribun Jabar/Ferri Amiril)

Ujang kembali mengisahkan, mendapat kabar tersebut ia yang sedang mengayuh sepeda tak jadi ke sekolah, malah terus mengayuh sepedanya dari Tasikmalaya menuju Pangandaran.

"Sedih kang, itu ujian mau kenaikan kelas saya tak bisa sekolah, saya yang hendak ke sekolah langsung mengayuh sepeda melanjutkan perjalanan pulang ke Pangandaran dengan rasa kecewa dan menangis," kata Ujang.

Rasa lelah tak ia rasakan, sejak pagi dari Tasikmalaya ia terus mengayuh sepeda hingga sampai di rumah kawasan Pangandaran pukul 15.00 WIB sore.

Dari pengalaman tersebut, Ujang mendapat cambukan keras. Ia lantas memilih pergi meninggalkan Pangandaran menuju Bandung untuk mencari nafkah. Pengalaman kerja dan umurnya yang masih muda menjadikan pekerjaan yang ia dapat pun hanya pekerjaan kasar dengan upah yang terbilang hanya cukup untuk makan sehari-hari.

"Namun karena tekad yang sudah bulat, saya tak pulang dan bertahan di Bandung," katanya.

Lambat laun ia mulai menekuni usaha sendiri dari bengkel tambal ban.

"Saya bertemu wanita yang sekarang menjadi istri saya juga di Bandung, saat itu saya bilang ke dia terus lanjutkan pendidikan hingga sarjana biar saya yang membiayai dari usaha bengkel tambal ban," kata Ujang.

Ujang pun memutuskan hijrah ke tanah kelahiran sang istri di Cianjur. Dekat perempatan Tungturunan Sukaluyu Ciranjang ia kembali membuka usaha bengkel hingga sekarang.

"Berawal dari tambal ban juga hingga kini berubah menjadi bengkel dan bisa membiayai istri dan anak," katanya.

Halaman
12

Berita Terkini