Kisah Cinta Bos Persib, Memikat Sang Pujaan Hati Pakai Sepeda Ontel dan Kacang Rebus

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Komisaris PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB) Umuh Muchtar saat diwawancarai TribunJabar.id di kediamannya di Tanjungsari, Sumedang, Selasa (8/3/2022).

Laporan Kontributor TribunJabar.id Sumedang, Kiki Andriana.

TRIBUNCIREBON.COM, SUMEDANG - Umuh Muchtar muda tak menyangka gadis yang dilihatnya di teras sebuah rumah di Gang Desa, Babakan Sari, Kiaracondong, Bandung akan terbawa mimpi di kala tidur. 

Padahal, gadis itu hanya dilihatnya selintas ketika dia bersepeda kumbang. 

Waktu itu belum tahun 1970, dan Bandung yang sejuk dengan bunga-bunga pohon flamboyan bermekaran, menjadi tanda mekar jua cinta Umuh Muchtar kepada gadis bernama Pipin itu. 

"Ini kisah cinta saya dengan ibu (Istri), ya dulu Ibu punya kakak di Gang Desa, saya waktu itu sudah kerja di Philips (NV Philips Fabricageen Handels Maatschappij) dan orang yang kerja di situ kan disebutnya yang terbaik di Bandung, saya sering lewat ke depan rumah itu pakai sepeda ontel,"

"Pakai sepeda ontel dengan baju trilin, kemeja berdasi kupu-kupu, ya sering lah suit-suit (bersiul)," kata Haji Umuh Muchtar mengisahkan perjumpaan-perjumpaan pertamanya dengan sang istri, Hj Pipin Muchtar kepada TribunJabar.id, Selasa (8/3/2022) di kediamannya di Tanjunsari, Sumedang. 

Perjumpaan Umuh dengan Pipin (69) semakin sering, apalagi ketika itu kantor NV Philips Fabricageen Handels Maatschappij tempat Umuh bekerja berada di sekitar Kiaracondong. 

Kesempatan jumpa itu datang lagi dan datang lagi. Apalagi Pipin selalu hadir menonton Umuh yang hobi bermain musik gambus. 

Komisaris PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB) Umuh Muchtar saat diwawancarai TribunJabar.id di kediamannya di Tanjungsari, Sumedang, Selasa (8/3/2022). (Tribun Jabar/Kiki)

"Saya pemain gambusan, saya main di mana saja, ibu selalu ada," kata Umuh. 

Suatu malam, ketika usai bermain gambus, Umuh yang dari atas panggung telah silau oleh cahaya wajah bintang pujaannya yang ada di kerumunan penonton memberanikan diri menghampirinya. 

Seturun dari panggung, dia membeli kacang rebus yang kala itu banyak dijajakkan di acara-acara yang berlangsung malam hari. 

Kacang rebus dibungkus kertas koran yang digulung kerucut menyerupai wafer corong es krim. 

"Habis main gambusan, banyak tukang suuk (pedagang kacang rebus). Ibu dikasih suuk dan kami mengobrol. Dekat saja dari sana, sampai saya menyatakan cinta dan terjodohkan karena Allah," kata Umuh. 

Dia mengaku untuk mendapatkan Pipin, banyak saingan yang mesti dihadapi. Wajar, katanya, Pipin memang bintangnya di Gang Desa.

Namun, segagah apapun saingan, Umuh tetap percaya diri, dan kepercayaan diri itu berbuah manis. 

Halaman
123

Berita Terkini