Tradisi adat Ngarot sendiri juga dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur untuk menyambut datangnya musim tanam padi.
Selain itu, adat yang satu ini juga dikenal sebagai ajang cari jodoh.
Peserta laki-laki dan perempuan diumpamakan seperti lahan pertanian dan tanaman padi.
Keduanya akan bergotong royong dalam mengolah sawah.
Di sisi lain, acara Ngarot ini, tidak bisa diikuti oleh muda-mudi yang sudah tidak perjaka dan perawan.
"Karena ada mitos, anak yang sudah tidak perawan tidak bisa menjadi gadis Ngarot, bunga di kepalanya akan tiba-tiba layu," ujar Kepala Desa Lelea, Riadi.