Laporan Kontributor Kuningan, Ahmad Ripai
TRIBUNCIREBON.COM, KUNINGAN - Irfan Fauzi selaku Kepala Desa Lengkong, Kecamatan Garawangi, Kuningan, Jawa Barat mengaku tak pernah lalai dalam memperhatikan dan melayani masyarakatnya.
Terutama dalam memberi perhatian kepada Abah Sarji (102) yang kini tinggal di saung kawasan TPU desa setempat.
"Kalau bentuk perhatian kami di desa, untuk Abah Sarji selalu diprioritaskan. Terutama ada program sosial dan bantuan lain menyangkut kehidupan masyarakat desa," ungkap Irfan saat berbincang dengan Tribuncirebon.com, Jum'at (19/3/2021).
Baca juga: Kisah Horor Abah Sarji Usia 102 Tahun, Selalu Lihat Arwah Berupa Asap dari Kuburan yang Belum 7 Hari
Mengenai saung yang menjadi tempat tinggal Abah Sarji, kata orang nomor satu di desa ini menyebut bahwa Abah Sarji memiliki keluarga dan rumah tinggal seperti pada warga pada umumnya.
"Iya kemarin kita juga kedatangan warga luar dengan label lembaga tertentu dan siap berikan fasilitas tempat tinggal layak," katanya.
Namun masalahnya, lanjut Irfan, lahan tempat tinggal Abah Sarji di kawasn TPU itu merupakan tanah wakaf.
Karenanya, bantuan untuk membuat tempat tinggal yang layak itu belum bisa diizinkan.
"Alasannya lahan calon tempat tinggal Abah Sarji itu tanah wakaf," katanya.
Mengenal sosok Abah Sarji, kata Irfan memang semua warga mengetahui kondisi dan keadaan hidupnya.
Baca juga: Seorang Wanita Nekat Membakar Diri di Tempat Umum, Bawa Jerigen Minyak Lalu Menyiram Dirinya
Namun warga belum tahu soal tujuan Abah Sarji yang tinggal di kawasan TPU itu sebagai upaya penebusan dosa.
"Iya, sosok Abah Sarji memang dikenal warga kami. Tapi pengakuan Abah Sarji yang tinggal disini dan mengaku sebagai penebusan dosa baru tahu dari pemberitaan di media. Karena, setiap waktu tertentu ketika ke makam hanya sapa salam saja. Tidak sempat ngobrol panjang lebar seperti begitu," ujarnya.
Irfan juga mengatakan bahwa TPU yang menjadi kawasan tempat tinggal Abah Sarji itu dikenal dengan sebutan Makam Panembahan atau Mbah Dako, Makam Syeh Muhibat, Makam Syeh Pakih Tolab, Makam Syeh Abdul Karim dan Makam Panjang KH Hasan Maolani atau yang terkenal dengan sebutan Eyang Maolani alias Eyang Manado.
"Nama-nama tadi merupakan warga terdahulu yang terkenal sebagai tokoh penyebar kebaikan dalam ajaran Islam. Kemudian untuk makam panjang Eyang Hasan Maolani memang di kita tidak ada kuburannya, tapi ada makam rambutnya saja. Karena, makam Eyang Hasan Maolani itu ada di Manado," ujarnya. (*)
Baca juga: Neno Warisman Hadir di Sidang Habib Rizieq sebagai Wartawan? Berikut Pernyataannya Saat Ditemui
Pengalaman Mistis Abah Sarji
INI pengalaman mistis seorang warga Kuningan yang berusia lebih dari satu abad. Sarji namanya. Warga warga Desa Lengkong, Kecamatan Garawangi, Kuningan, berusia 102 tahun.
Ia tinggal di sebuah saung butut di kawasan Tempat Pemakaman Umum Desa Lengkong. Ukurannya tak lebih dari 2x2 meter.
Sarji sudah lima tahun tinggal di TPU. Selama tinggal di TPU, Abah Sarji bercerita, sering melihat makhluk halus yang mencoba mengganggu terhadap lingkungan permukiman warga sekitar.
"Kalau makhluk halus itu sering keluar dari dalam kuburan. Awalnya terkejut melihat gumpalan asap hitam pekat keluar dari kuburan dan itu biasanya, terjadi pada makam yang belum tujuh hari," kata Sarji saat berbincang pada Kamis (18/3/2021).
Pria berusia satu abad dua tahun ini mengatakan bahwa yang keluar dari permakaman itu dikenal banyak orang dengan sebutan arwah.
"Iya kata orang itu arwah yang belum tenang dalam kubur, sehingga keluar dari makam pada malam tertentu," ujar Sarji yang bercerita menggunakan bahasa Sunda.
Arwah gentayangan, kata dia, banyak ditemukan pada makam yang belum tujuh hari dan ketika ditemukan arwah muncul di luar pemakaman baru, itu biasanya memberikan isyarat alias mewanti-wanti kepada yang hidup.
"Abah melihat kepulan asap hitam pekat keluar dari makam dan seolah izin mau ke rumah keluarganya tersebut. Nah, anehnya pada pagi hari lubang di makam yang diketahui sebagi titik keluar asap tadi malam, malah tidak sama sekali," katanya.
Sarji mengaku sengaja tinggal di sana karena ingin menghabiskan sisa hidupnya dekat kuburan.
"Iya saya memilih tinggal di sini sudah lima tahun dan saung dari bahan baku bekas, geribik dan tempat tidur seadanya," ungkap Sarji.
Alasan Sarji milih bertempat tinggal sekarang, sebagai bentuk penebusan dosa semasa hidup sebelumnya.
"Iya, itung - itung nebus dosa Abah sewaktu hidup jaman dahulu. Juga Abah minta kepada kawula muda agar cepat malik atau ingat, sebab usia alam sudah tua," katanya.
Baca juga: Oknum Guru PNS Cabuli Dua Anaknya Perempuan dan Laki-laki Berkali-kali, Korban Curhat di Buku Harian
Baca juga: Sahrul Gunawan Bersyukur MK Menolak Gugatan Kurnia-Usman, Sebentar Lagi Dilantik Jadi Wabup Bandung
Baca juga: INFO LOKER MARET 2021, Perusahaan Milik Susi Pudjiastuti sedang Butuh Karyawan Baru, Anda Berminat?
Di samping itu, kata Abah Sarji, ia menghabiskan waktu di sekitar lahan TPU tidak lain sebagai usaha dan dorongan untuk beribadah lebih meningkat.
"Iya setiap waktu dan malam malam hari, Abah tidak lepas berdoa dan zikir minta pengampunan terhadap Gusti Allah," ujarnya.
Mengenai kebutuhan makan minum dan keperluan lainnya, Sarji mengaku bahwa setiap hari suka ada yang mengirim makanan.
"Kiriman itu datang dari anak atau cucu. Biasanya bawa makanan dan rokok kaya gitu," ujar Sarji yang tak pernah mengenakan pakaian selama lima tahun terakhir.
Sementara itu, Dedi warga setempat mengatakan kondisi Abah Sarji yang hidup di Kawasan TPU jatuh sekitar 5 tahunan.
"Sudah lima tahun Abah Sarji tinggal di saung. Padahal anak,cucu dan istrinya masih ada. Nah, untuk istrinya memang sudah ripuh dan tidak bisa jalan apalagi mendengar, karena sudah tua juga," ungkap Dedi.
Mengenai saung tempat tinggal Abah Sarji, kata Dedi, rencana warga akan memindahkan dari tempat semula. Hal itu menyusul dengan lingkungan Saung sangat gelap pada malam hari.
"Kalau masalah pemindahan saung emang mau. Tempat tidak jauh dari situ dan Abah Sarji juga mau, tapi belum ada bahan-bahannya," kata Dedi. (*)
Simak berita-berita Human Interest Story menarik lainnya