Ter Poorten: Suatu hal yang nyata bagi kami ialah bahwa tentara Belanda sudah terang dan nyata tiada dapat melawan Nippon.
Pengakuan Ter Poorten membuat Tjarda marah. Tjarda tak mau menyerah. Ia menginginkan perang diteruskan lewat gerilya dengan pangkalan di daerah Bandung selatan.
Namun perundingan di Kalijati itu tak berlangsung lama. Saat itu juga, Ter Poorten dan Tjarda secara resmi menandatangi dokumen kapitulasi atau penyerahan tanpa syarat Hindia Belanda kepada Jepang.
Imamura memberi waktu kepada Belanda untuk menyerahkan senjata dan mengentikan perang. Ia meminta penyerahan diri Belanda diumumkan lewat radio.
Keesokan harinya, 9 Maret 1942, setelah radio mengumumkan penyerahan diri Belanda pukul 10.00 Ter Poorten menghadap Imamura.
Ia datang tanpa Tjarda.
Ter Poorten: Tadi pagi disiarkan dengan perantara radio bahwa kami menyerah sebagai panglima tertinggi Hindia Belanda. Akan tetapi kurang terang pula, apakah siaran ini sampai pada tentara Hindia Belanda seluruhnya.
Imamura: Cukuplah jika Tuan bersumpah menyerah sebagai panglima tertinggi. Kami mengakui kesengsaraan tuan. Kami sangat iba hati, sebagai Panglima Tertinggi Balatentara Dai Nippon.
Keduanya lalu digiring masuk ke kamp tahanan sebagai tawanan perang.
Tjarda awalnya ditahan di sebuah rumah di Bandung. Ia kemudian dipindahkan ke penjara Sukamiskin. Pada 2 Januari 1943, bersama tawanan internasional lainnya, Tjarda dibawa ke Formosa (Taiwan).
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hari ini dalam Sejarah: Belanda Serahkan Indonesia ke Jepang", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/08/110000369/hari-ini-dalam-sejarah--belanda-serahkan-indonesia-ke-jepang?page=all.
Penulis : Nibras Nada Nailufar
Editor : Nibras Nada Nailufar
Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L