Belanda Menyerah Kepada Jepang di Kalijati Subang, Pasukan KNIL Tak Berkutik Hadapi Tentara Nippon

Editor: Machmud Mubarok
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perjanjian Kalijati antara Belanda dengan Jepang yang digelar di Kalijati, Jawa Barat pada 8 Maret 1942.

Transkrip perundingan Kalijati dimuat oleh Harian Asia Raya dengan judul "Peristiwa Akhir Sedjarah Pemerintah Belanda di Indonesia" pada 9 Maret 1943. 

Imamura: Apakah tuan sanggup membicarakan di sini tentang menyerah atau meneruskan perang?

Tjarda: Itu tidak bisa.

Imamura: Apa sebabnya?

Tjarda: Bahwa kami sebagai Gubernur Jenderal di Hindia Belanda, sampai pada akhir ini mempunyai hak memimpin balatentara. Tapi baru-baru ini hak tertinggi ini dijabat kembali oleh Wilhelmina.

Ter Poorten: Saya pun tidak mempunyai hak sedemikian.

Imamura: Jika demikian, tuan-tuan datang kemari untuk apa? Apa sebabnya memajukan penghentian perang pada tanggal 7 kemarin dengan memakai utusan militer?

Tjarda: Kami memajukan penghentian perang karena kita tak tahan hati bahwa kota Bandung akan mengalami bencana yang lebih hebat daripada ini dan hendak membuka pintu Bandung untuk Balatentara Nippon.

Imamura: Kalau begitu, balatentara (Belanda) menyerah seluruhnya saja.

Tjarda: Saya tidak berhak. Hanya Wilhelmina yang mempunyai kuasa. Dan untuk mengadakan perhubungan dengan Wilhelmina tidak mungkin.

Pihak Belanda terus mengelak dan berdalih tak berkuasa.  Imamura gusar dengan jawaban yang berputar-putar.

Ia menegaskan hanya meminta penyerahan diri Belanda atau melanjutkan perang.

Imamura: Apakah Tuan men­jerah tanpa syarat?

Ter Poorten: Saya hanya dapat menyampaikan kapitulasi Bandung.

Imamura: Jika maksud Tuan hanya hendak menyerahkan Bandung dan tidak mau menyerah, sebagaimana yang tuan pertahankan, tak berguna lagi untuk meneruskan pembicaraan ini. Berarti tuan memilih melanjutkan perang.

Halaman
123

Berita Terkini