Menurut Daryono, yang terlibat dalam Pusat Studi Gempa Nasional (PUSGEN) 2017, zona megathrust di Indonesia berada di zona subduksi aktif seperti: Subduksi Sunda mencakup Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba Subduksi Banda Subduksi Lempeng Laut Maluku Subduksi Sulawesi Subduksi Lempeng Laut Filipina Subduksi Utara Papua.
Dalam wawancara dengan Kompas.com, 26 September 2020, Daryono mengatakan, saat ini segmen zona megathrust Indonesia sudah dapat dikenali potensinya.
Namun, dia mengingatkan, seluruh aktivitas gempa yang bersumber di zona megathrust disebut sebagai gempa megathrust dan tidak selalu berkekuatan besar. Besarnya kekuatan gempa tidak bisa diprediksi dan sangat bergantung pada gerak serta kedalamannya.
Data hasil monitoring BMKG menunjukkan, justru gempa kecil yang lebih banyak terjadi di zona megathrust.
Kendati demikian, zona megathrust juga dapat memicu gempa besar.
"Khusus segmen megathrust di selatan Jawa Barat dan Banten, wilayah ini memiliki potensi magnitudo maksimum M 8,8," katanya.
Tidak setiap gempa megathrust menimbulkan tsunami. Syarat terjadinya tsunami adalah gempa besar, hiposenter dangkal, dan gerak sesar naik.
Para ahli dan instansi tanggap darurat bencana terus melakukan penelitian dan pembaruan data peta kerawanan gempa.
Jika terjadi gempa yang magnitudonya lebih besar dari gempa-gempa yang pernah terjadi sebelumnya, maka akan merubah titik-titik kerawanan. Untuk itulah, perlunya dilakukan pemutakhiran Peta Sumber dan Bahaya Gempa di Indonesia pada periode waktu tertentu.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Disinggung Luhut dalam Rapatnya, Apa Itu Gempa Megathrust?", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/sains/read/2021/03/04/160200623/disinggung-luhut-dalam-rapatnya-apa-itu-gempa-megathrust?page=all.
Penulis : Gloria Setyvani Putri
Editor : Gloria Setyvani Putri
Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L