"Sebelum kejadian kayak gini, (makan) itu seenaknya saja, bahkan sering makan bala-bala dan gehu. Tapi, kalau sekarang sudah enggak," ujarnya saat ditemui di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumedang, Jumat (3/7/2020).
Untuk saat ini, Heni sudah berupaya untuk makan teratur dan sudah tidak mengonsumsi gorengan setelah memeriksakan diri di salah satu klinik di dekat tempat tinggalnya karena ingin berat badannya turun dan normal kembali.
"Sudah diperiksa sekarang berhenti makanan yang berminyak karena gak boleh sama dokter dan sekarang disuruh diet," kata Heni.
Kini, dia harus mendapat perawatan di RSUD Sumedang karena upaya yang telah dilakukan selama ini untuk menurunkan berat badannya belum berhasil.
"Sekarang mau diperiksa lagi disini (RSUD), semoga bisa normal lagi, soalnya kasian anak-anak gak ada yang ngurus," ucapnya.
Selain faktor makan yang tidak teratur, Heni juga sebetulnya memiliki keturunan gemuk, namun setelah berat badannya meningkat ia kerap mengalami sesak napas dan sakit pinggang.
"Ibu sama keluarga saya juga gini (gemuk), tapi yang lainnya tidak berlebihan," ujar Heni yang memiliki 6 saudara ini.
Kakak ipar Heni, Euis Serna (42) mengatakan, selama ini adiknya itu kondisinya sehat, tetapi kerap mengalami sakit pingggang dan sesak nafas, sedangkan untuk berjalan masih tetap bisa.
"Berat badannya meningkat sejak 3 bulan yang lalu. Pernah berobat ke klinik satu kali, pas mau dibawa kesini gak mau, katanya takut. Jadi kesini juga dipaksa," ucapnya.
Dari hasil pernikahannya bersama Agus Saripudin (51), Heni dikaruniai dua orang anak yang masih duduk dibangku Sekolah Menenah Pertama (SMP) dan satunya lagi tahun ini akan masuk Sekolah Dasar (SD).
Sedangkan, sumainya hanya bekerja sebagai buruh bangunan, sehingga sebelum dirawat di RSUD Sumedang ia sempat terkendala biaya untuk menurunkan berat badannya. Akhirnya saat ini Heni mendapat bantuan biaya dari Pemkab Sumedang. (*)