Covid 19 di Jabar

MENGEJUTKAN, 3.209 Warga Jabar Terindikasi Positif Covid Hasil Rapid Test, Segera Dites Melalui PCR

Editor: Machmud Mubarok
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aktivitas petugas Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat saat mengambil sampel dahak dan lendir tenggorokan hidung (swab test) anggota Klaster GBI Lembang, di Kota Bandung, Minggu (29/3/20).

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Syarif Abdussalam

TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG - Pemerintah Provinsi Jawa Barat kian intens melakukan pengetesan COVID-19, baik dengan metode polymerase chain reaction (PCR) atau tes swab, maupun rapid test. Tujuannya untuk mendapatakan peta persebaran COVID-19 yang komprehensif.

Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar, Berli Hamdani, mengatakan pihaknya sudah menyebar 120.655 rapid diagnostic test (RDT) ke 27 kabupaten/kota, instansi pemerintah, dan institusi pendidikan di Jabar. Hasilnya, sebanyak 3.209 warga Jabar terindikasi positif COVID-19 atau reaktif.

Sebagai tindak lanjut hasil tes cepat, Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar menggelar tes swab bagi warga terindikasi positif COVID-19, dan 231 warga Jabar dinyatakan positif COVID-19.

"Kami intens menggelar tes masif. Hal itu dilakukan untuk melacak kontak terpapar COVID-19, mendeteksi keberadaan virus, dan memastikan status pasien COVID-19. Selain itu, pengetesan secara masif akan membuat peta persebaran COVID-19 di Jabar semakin komprehensif," kata Berli melalui ponsel, Jumat (22/5).

Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar pun, katanya, menjadikan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tingkat provinsi sebagai momentum pengetesan masif COVID-19. Sebab, pergerakan masyarakat mulai menurun sehingga potensi penularan COVID-19 lebih rendah.

Wilayah Bodebek (Kota Bogor, Bekasi, Depok, Kabupaten Bogor, dan Bekasi) dan Bandung Raya (Kota Bandung, Cimahi, Kabupaten Bandung, Bandung Barat, dan Sumedang) yang merupakan zona merah COVID-19 diutamakan untuk pengetesan swab.

Kania Dewi, Pemeran Intan Preman Pensiun 4 Bocorkan Adegan di Ranjang Bersama Willy, Warganet Kepo

Bacaan Doa Setelah Shalat Tarawih dan Shalat Witir, Dilengkapi Dengan Arti Doa Kamilin

Hasil Sidang Isbat, Pemerintah Tetapkan 1 Syawal 1441 H Jatuh Pada Minggu 24 Mei 2002

"Seperti yang sudah dikabarkan, Kami distribusikan test kit PCR sekitar 15.500 ke 10 kabupaten/kota tersebut saat awal PSBB tingkat provinsi berlaku. Kami minta kabupaten/kota untuk menghabiskan test kit tersebut. Per hari ini, 13.132 alat test kit PCR sudah digunakan," ucap Berli.

Berli menyatakan, pengetesan masif difokuskan juga untuk Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Orang Dalam Pemantauan (ODP), dan tenaga kesehatan yang berada di zona merah. Selain itu, pengetesan COVID-19 dilakukan juga di pasar tradisional, yang berpotensi menjadi klaster penyebaran COVID-19.

Guna mendapatkan peta persebaran COVID-19 secara optimal, Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar merujuk pola yang dilakukan Korea Selatan, yaitu mengetes 0,6 persen dari jumlah penduduknya atau 300.000 penduduk Jabar.

"Untuk mengejar target tersebut, kami melakukan pengadaan alat tes dari BTT (Belanja Tidak Terduga) Jabar yang dialokasikan untuk penanggulangan COVID-19. Bantuan alat tes dari sejumlah pihak pun terus mengalir, seperti dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana)," kata Berli. 

Ini Penyebabnya

Total kasus positif COVID-19 di Jawa Barat pada Jumat (22/5) mencapai 2.002 kasus, atau bertambah 40 orang dari sehari sebelumnya. Sedangkan jumlah pasien sembuh totalnya 432 pasien, kemudian sebanyak 125 pasien meninggal dunia.

Kementerian Kesehatan RI mencatat total kasus positif di Indonesia mencapai 20.796 orang, atau bertambah 634 orang dari hari sebelumnya.

Di tingkat nasional, DKI Jakarta masih menempati posisi pertama sebagai daerah dengan jumlah kasus positif terbanyak, yakni 6.400 orang, disusul oleh Jawa Timur dnegan total 3.129 kasus, kemudian barulah Jawa Barat.

Sekretaris sekaligus Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar, Daud Achmad, mengatakan dalam tiga hari terakhir memang Jawa Barat mengalami peningkatan jumlah kasus positif. Angka penambahan kasus positif pada 20 Mei mencapai 176 orang dan pada 21 Mei bertambah 86 orang.

Lonjakan angka pasien positif di Jabar ini, katanya, disebabkan sejumlah faktor, di antaranya yang sempat terjadi beberapa pekan lalu saat jumlah penambahan kasus pasien positif harian meroket sampai 192 kasus dalam sehari.

"Kemarin ada kenaikan yang cukup signifikan angka positifnya. Setelah dicari informasi, kenaikan itu karena delay dari data 15 Maret yang belum diumumkan oleh pusat. Kemudian ada pelimpahan dari DKI, dirawat di DKI tapi ternyata KTP-nya Bekasi atau Bodebek. Sama halnya terjadi pada awal bulan Mei. Dari nol kasus naik jadi 192. Ini juga sama kejadiannya seperti itu," katanya di Gedung Sate, Jumat (22/5).

• Pemkot Bandung Segel Yogya Antapani, Yogya Katamso, dan Riau Junction, Toko itu Ngeyel Jual Pakaian

• Tak Patuhi Aturan PSBB, Toko Ria Busana Ditutup Paksa Petugas Gabungan Kuningan

• Hasil Sidang Isbat, Pemerintah Tetapkan 1 Syawal 1441 H Jatuh Pada Minggu 24 Mei 2002

Daud mengatakan sementara jumlah ODP di Jabar yang masih dipantau berjumlah 6.430 orang dan PDP yang masih dalam proses pengawasan berjumlah 2.428 pasien.

Menjelang Idulfitri 1441 H, Daud pun mengatakan bahwa Polda Jabar dan Kodam III/Siliwangi telah memperketat penjagaan di sejumlah titik demi menghindari terjadinya arus mudik. Hal ini untuk terus menekan penyebaran Covid-19 di Jabar.

"Dalam menanggulangi pandemi ini diperlukan komitmen dan kedisiplinan bersama. Kami berharap kepada seluruh masyarakat Jawa Barat, patuhilah aturan- aturan yang dikeluarkan bupati atau wali kota pada PSBB proporsional ini," ucap Daud. (Sam)

Nyaris 1.000 Per Hari

Sehari sebelumnya, terjadi lonjakan penambahan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 bertambah 973 orang sehingga totalnya menjadi 20.162 per Kamis (21/5) pukul 12.00 WIB.

Tidak seperti biasanya, penyumbang angka pasien positif terbesar kali ini bukannya DKI Jakarta, melainkan Jawa Timur dengan penambahan 502 pasien dan Jawa Barat dengan penambahan 86 pasien. Sedangkan DKI Jakarta hanya bertambah 65 pasien.

“Hari ini meningkat 973 orang. Peningkatan ini luar biasa dan peningkatan inilah yang tertinggi,” ungkap Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 Achmad Yurianto dalam keterangan resmi di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Kamis (21/5).

Berdasarkan data yang diterima Gugus Tugas, secara kumulatif lima provinsi angka kasus positif terbanyak adalah Provinsi DKI Jakarta dengan total kasus 6.301, disusul Jawa Timur sebanyak 2.998, Jawa Barat 1.962, Jawa Tengah 1.217, Sulawesi Selatan 1.135, dan wilayah lain di Indonesia sehingga total mencapai 20.162 orang.

Kemudian untuk sebaran kasus sembuh dari 34 Provinsi di Tanah Air, DKI Jakarta tertinggi yakni 1.458 kemudian Jawa Barat 422, Jawa Timur sebanyak 403, Sulawesi Selatan 398, Bali 280, dan wilayah lain di Indonesia sehingga total mencapai 4.838 orang.

Selanjutnya Gugus Tugas merincikan data positif COVID-19 lainnya di Indonesia yaitu di Provinsi Aceh 18 kasus, Bali 374 kasus, Banten 753 kasus, Bangka Belitung 36 kasus, Bengkulu 69 kasus, Yogyakarta 215 kasus.

• Kania Dewi, Pemeran Intan Preman Pensiun 4 Bocorkan Adegan di Ranjang Bersama Willy, Warganet Kepo

• Marga Latuconsina Semakin Panas Dibicarakan, Budayawan Maluku: Jangan Main-main, Itu Keturunan Raja!

• Ruswan Latuconsina Ngotot Mau Polisikan Andre Taulany dan Rina Nose: Enggak Ada yang Hubungi Kita

Selanjutnya di Jambi 89 kasus, Kalimantan Barat 133 kasus, Kalimantan Timur 266 kasus, Kalimantan Tengah 254 kasus, Kalimantan Selatan 557 kasus, dan Kalimantan Utara 162 kasus.

Kemudian di Kepulauan Riau 140 kasus, Nusa Tenggara Barat 410 kasus, Sumatera Selatan 674 kasus, Sumatera Barat 436 kasus, Sulawesi Utara 180 kasus, Sumatera Utara 273 kasus, dan Sulawesi Tenggara 202 kasus.

Adapun di Sulawesi Tengah 117 kasus, Lampung 101 kasus, Riau 108 kasus, Maluku Utara 97 kasus, Maluku 135 kasus, Papua Barat 110 kasus, Papua 410 kasus, Sulawesi Barat 86 kasus, Nusa Tenggara Timur 79 kasus, Gorontalo 44 kasus dan dalam proses verifikasi lapangan 21 kasus.

Akumulasi data tersebut diambil dari hasil uji spesimen sebanyak 219.975 yang dilakukan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) di 69 laboratorium dan Test Cepat Melokuler (TCM) di 34 laboratorium. Sebanyak 160.374 orang yang diperiksa didapatkan data 20.162 positif dan 140.212 negatif.

Kemudian untuk jumlah Orang Dalam Pemantauan (ODP) yang masih dipantau ada sebanyak 50.187 orang dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang masih diawasi ada menjadi 11.066 orang. Data tersebut diambil dari 34 provinsi dan 392 kabupaten/kota di Tanah Air.

Sedangkan pasien sembuh menjadi 4.838 setelah ada penambahan 263 orang dan kasus meninggal menjadi 1.278 dengan penambahan 36 orang. Kriteria pasien sembuh yang diakumulasikan tersebut adalah berdasarkan hasil uji laboratorium selama dua kali dan ketika pasien tidak ada lagi keluhan klinis.

Dalam hal ini, ada faktor penyakit penyerta atau komorbiditas hipertensi, diabetes, jantung dan penyakit paru-paru, yang memperburuk kondisi pasien hingga meninggal dunia. (Sam)

Berita Terkini