Warga Argasunya Cirebon Tutup Sumur Gara-gara Limbah: ‘Airnya Keruh dan Bau’, Ini Gara-garanya

Warga tak berani lagi menggnakan air sumur karena sudah tercemar. Mereka menduga ini karena TPA Kopi Luhur.

Penulis: Eki Yulianto | Editor: taufik ismail
Tribuncirebon.com/Eki Yulianto
SUMUR TERCEMAR - Warga Kampung Kalilunyu, RT 04 RW 04, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon mengeluhkan air sumur yang dahulu jernih dan digunakan untuk minum, mandi, serta mencuci, kini berwarna keruh, berbau tak sedap dan diduga tercemar limbah dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kopi Luhur. 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto

TRIBUNCIREBON.COM, CIREBON - Di tengah permukiman padat di Kampung Kalilunyu, RT 04 RW 04, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, derita warga soal air bersih masih terus terjadi.

Sumur-sumur yang selama ini menjadi sumber kehidupan sehari-hari, kini berubah menjadi sumber penyakit.

Air sumur yang dahulu jernih dan digunakan untuk minum, mandi, serta mencuci, kini berwarna keruh, berbau tak sedap dan diduga tercemar limbah dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kopi Luhur.

Asep Hidayatullah, Ketua RT 04 Kampung Kalilunyu menyampaikan, keluhan warga yang sudah tidak berani lagi menggunakan air sumur.

Bahkan sebagian besar sumur di kampung tersebut kini ditutup total.

“Airnya di sumur kami bau dan warnanya keruh. Kami sudah enggak berani dipakai untuk masak atau minum."

"Kalau buat mandi malah jadi gatal-gatal,” ujar Asep saat ditemui di rumahnya, Kamis (7/8/2025).

Asep menyebutkan, jarak antara TPA Kopi Luhur dan permukiman warga sangat dekat, hanya sekitar satu kilometer dan berada di posisi yang lebih tinggi dari rumah-rumah warga.

Hal inilah yang diduga menyebabkan aliran limbah meresap ke dalam tanah dan mencemari air sumur.

"TPA Kopi Luhur posisinya di atas, rumah warga di bawah."

"Jadi air limbah itu mungkin masuk ke tanah dan sampai ke sumur kami."

"Sekarang airnya keruh dan berbau. Kami sudah enggak pakai lagi,” ucapnya. 

Ia berharap Pemerintah Kota Cirebon, khususnya Dinas Lingkungan Hidup (DLH), segera turun tangan dan memberikan solusi konkret atas masalah yang sudah lama dirasakan warganya ini.

“Kami ingin adanya penanganan serius dari Pemkot Cirebon, khususnya DLH, menangani masalah TPA Kopiluhur ini."

"Karena warga di sini benar-benar terdampak pencemarannya,” kata dia. 

Keluhan serupa juga disampaikan Sri Hayati, warga lainnya.

Ia mengaku sudah dua tahun menutup rapat-rapat sumur di rumahnya karena kondisi air yang tak layak pakai.

“Sudah dua tahun sumur saya tutup dan tidak dipergunakan lagi karena enggak bisa dipakai minum."

"Air sumur saya warnanya keruh dan bau akibat tercemar limbah dari TPA Kopi Luhur,” kata Sri.

Sri juga mengalami gangguan kesehatan akibat masih sempat menggunakan air sumur untuk keperluan mandi dan mencuci.

"Tuh liat kulit saya gatal-gatal waktu saya pakai air sumur ini buat mandi dan nyuci pakaian,” ujarnya, sambil memperlihatkan bekas iritasi di tangannya.

Kini, untuk memenuhi kebutuhan air minum dan memasak, Sri terpaksa membeli air galon setiap minggu.

Beban ekonomi pun bertambah.

"Ya, kalau untuk minum sih kita beli yang galonan."

"Tapi kan itu jadi pengeluaran tambahan,” ucap Sri.

Baik Asep maupun Sri sempat menunjukkan air sumur di rumah mereka kepada media.

Air itu ditarik dari sumur menggunakan katrol dan terlihat keruh saat ditampung di ember. 

Mereka mengatakan, kondisi air akan jauh lebih parah saat musim hujan.

Baca juga: Hanya Ada Salwa, Ini Cerita Sepi Tapi Penuh Semangat dari SMK Cipto Kota Cirebon

Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved