Hanya Ada Salwa, Ini Cerita Sepi Tapi Penuh Semangat dari SMK Cipto Kota Cirebon

Salwa Dwi Aprilianti, siswi kelas XI jurusan Farmasi.  Ia merupakan satu-satunya siswa baru di SMK Cipto pada tahun ajaran 2025–2026.

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Mutiara Suci Erlanti
Tribuncirebon.com/Eki Yulianto
SISWI SATU-SATUNYA - Salwa Dwi Aprilianti, siswi kelas X satu-satunya di SMK Cipto Kota Cirebon tahun ajaran 2025-2026 saat tengah mengikuti pelajaran matematika 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto


TRIBUNCIREBON.COM, CIREBON- Tidak ada suara riuh siswa. 


Tak terdengar tawa atau gaduh obrolan khas suasana kelas.


Di ruang kelas depan SMK Cipto Kota Cirebon, hanya ada satu kursi yang terisi. 


Seorang siswi duduk sendiri di bangku barisan depan, menyimak gurunya menerangkan materi matematika di papan tulis.

Baca juga: Tak Ada SPP, Praktikum Gratis, Tapi Cuma Dapat 1 Siswa Baru, Begini Kondisi SMK Cipto Cirebon


Dia adalah Salwa Dwi Aprilianti, siswi kelas XI jurusan Farmasi. 


Ia merupakan satu-satunya siswi baru di SMK Cipto pada tahun ajaran 2025–2026.


“Awalnya saya kaget waktu tahu jadi satu-satunya siswa. Gak kebayang bisa sendirian belajarnya."


"Tapi lama kelamaan ya biasa saja, karena ada teman juga kakak kelas,” ujar Salwa saat ditemui, Kamis (7/8/2025).

SISWI SATU-SATUNYA - Salwa Dwi Aprilianti, siswi kelas X satu-satunyad
SISWI SATU-SATUNYA - Salwa Dwi Aprilianti, siswi kelas X satu-satunya di SMK Cipto Kota Cirebon tahun ajaran 2025-2026 saat tengah mengikuti pelajaran matematika


SMK Cipto Kota Cirebon beralamat di Jalan Melati Suci, Kampung Melati, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon.


Meski jarak dari rumah ke sekolah cukup jauh, Salwa tetap bersemangat datang setiap hari.


“Kalau pagi diantar ayah, pulangnya naik angkot."


"Kadang paling lama sampai rumah jam 14.30 WIB,” ucapnya.


Alasan Salwa memilih SMK Cipto cukup jelas, sekolah ini membuka jurusan farmasi, sesuai dengan cita-citanya menjadi seorang dokter.


“Pembelajarannya bisa saya ikuti, alhamdulillah. Sekarang sudah enjoy berteman dengan kakak kelas, karena kadang juga belajar digabung. Jadi gak ngerasa kesepian,” jelas dia. 


Salwa bahkan mengaku bersyukur karena selama ini sekolah tidak memungut biaya apapun.


“Sekolah ini gratis, nggak ada uang bulanan, nggak bayar uang gedung, seragam dan buku juga dikasih."


"Harapannya sih ke depan lebih banyak yang daftar ke sini,” katanya. 

Baca juga: 300 Lowongan Kerja Tersedia di Job Fair 2025 Polres Banjar, Pencaker Yuk Merapat


Indah Nilna Rifdah (25), guru matematika yang mengajar Salwa, tidak memungkiri bahwa sempat muncul perasaan sedih ketika mengetahui hanya ada satu siswa di kelas X tahun ini.


“Awalnya saya sedih, karena dibandingkan tahun-tahun sebelumnya jumlah siswa sekarang sangat sedikit."


"Tapi tetap saya jalani karena itu tanggung jawab,” ujar Indah.


Bagi Indah, mengajar satu siswa justru menghadirkan pengalaman unik.


“Metodenya sih sama, tapi lebih intens, lebih fokus. Siswa juga jadi lebih cepat mengerti,” ucapnya.


Ia menambahkan, suasana kelas memang terasa sepi karena hanya berdua.


Namun hal itu tak mengurangi semangatnya dalam mengajar.


“Tantangannya tidak banyak, justru lebih mudah. Tapi mungkin ini dampak dari kebijakan kuota 50 siswa per rombel di sekolah negeri, yang membuat sekolah swasta jadi kurang peminat,” jelas Indah.


Kepala SMK Cipto, Ari Nurrahmat, mengakui kondisi ini menjadi bahan evaluasi besar bagi pihak sekolah.


“Mungkin ini puncaknya dari penurunan yang sudah terjadi sejak tahun-tahun sebelumnya. Kami juga introspeksi, mungkin kurang promosi atau pendekatan ke masyarakat,” kata Ari. 


Namun ia tak menutup mata soal dampak dari kebijakan pemerintah daerah yang mengizinkan sekolah negeri menerima hingga 50 siswa per kelas.


“Banyak siswa yang akhirnya tergiur pindah ke sekolah negeri karena program seperti PAPS."


"Sayangnya, menurut saya, program itu tidak tepat sasaran,” ujarnya.


Menurut Ari, beberapa siswa yang semula sudah mendaftar ke SMK Cipto akhirnya mencabut berkas dan memilih sekolah negeri.


Hal ini juga dialami sekolah swasta lain.


Meski demikian, pihak sekolah berkomitmen tetap menjalankan operasional secara penuh tanpa mengurangi kualitas.


“Kami tetap menggaji guru seperti biasa, tidak ada yang dikurangi."


"Tahun ini pun untuk kelas 10, semua gratis. Tidak ada uang gedung, uang bulanan, maupun seragam,” ucap Ari.


Saat ini, SMK Cipto memiliki 12 guru, termasuk kepala sekolah.


"Kami berkomitmen memberikan yang terbaik bagi siswa, meskipun hanya satu,” jelas dia. 

 

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved