Tak Pusing Soal Isu Beras Oplosan, Warga Kampung Adat Cireundeu Pilih Tetap Konsumsi Beras Singkong

Maraknya isu beras oplosan tidak membuat pusing warga Kampung Adat Cireundeu, Kota Cimahi.

Tribun Jabar/Rahmat Kurniawan
BERAS SINGKONG - Entis Sutisna, warga Kampung Adat Cireundeu, Kota Cimahi saat menunjukkan beras singkong (Rasi) ditengah maraknya isu beras oplosan, Selasa (15/7/2025) 

Laporan kontributor Tribunjabar.id Rahmat Kurniawan

TRIBUNCIREBON.COM, CIMAHI - Maraknya isu beras oplosan tak membuat pusing warga Kampung Adat Cireundeu, Kota Cimahi. Pasalnya, mereka tak mengandalkan beras dari padi sebagai bahan pangan pokok.

Mereka telah ratusan tahun mengkonsumsi beras dari singkong atau sering disebut Rasi sebagai bahan pangan pokok sehari-hari.

"Di sini aman, tidak berdampak apa-apa. Saya dari kecil sudah diajarkan tidak makan nasi dari beras, tapi dari singkong, rasi," kata Entis Sutisna (48) warga Kampung Adat Cireundeu, Kota Cimahi, saat ditemui Selasa (15/7/2025).

Baca juga: Ternyata Ini Alasan Julio Cesar Setuju dan Senang Bisa Bergabung Dengan Persib Bandung

Entis kerap mendengar dinamika yang terjadi pada beras. Mulai dari harga yang tidak stabil, adanya beras subsidi, hingga adanya beras oplosan.

Dia pun mengaku bersyukur, dinamika tersebut tidak berdampak sama sekali pada warga Kampung Adat Cireundeu yang masih memegang teguh tradisi tidak memakan beras.

"Walaupun tidak makan beras, sehat-sehat saja, tidak bergantung sama orang lain, tidak bergantung dengan pemerintah, sekarang pun bisa mandiri," tegasnya.

Entis menuturkan, warga Kampung Adat Cireundeu telah memiliki lahan menanam singkong hingga mengolahnya menjadi rasi untuk kebutuhan pokok rumah tangga.

Dalam sekali panen, Entis bisa menghasilkan 200 kuintal singkong yang kemudian diolah menjadi rasi sebanyak 20-30 Kg.

"Jadi rasinya bisa untuk satu bulan atau dua bulan untuk keluarga kami," tegasnya.

Baca juga: Kami Tak Tahan Pasien, RSD Gunung Jati Cirebon Bongkar Kronologi Penanganan Korban Gigitan Ular

Entis berkomitmen untuk menjaga tradisi makan rasi yang telah pertahanankan secara turun temurun sejak tahun 1918.

"Tradisi ini sejak 1918 mulainya, sampai sekarang generasi ke empat, kami tidak makan beras. Saya akan jaga terus sampai tua, sampai meninggal mudah mudahan konsisten, mempertahankan tradisi. Anak saya sudah diajarkan untuk tidak memakan beras. Turun temurun," tandasnya.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved