Sejarah Cirebon
Sejarah Kabupaten Cirebon yang Rayakan Hari Jadi ke-543, Diwarnai Perang dan Perlawanan dari Keraton
Cirebon dibagi menjadi dua wilayah di saat zaman Belanda. Saat itu sempat ada perlawanan dari Keraton.
Penulis: Eki Yulianto | Editor: taufik ismail
Sejak saat itu, kota dan kabupaten berjalan dengan administrasi masing-masing.
“Awalnya jadi Kotapraja (Kotip) dari 1910 sampai 1926, lalu berubah nama menjadi Stadgemeente, yaitu daerah otonom sampai 1957."
"Setelah itu berganti lagi menjadi Kota Praja, lalu Kota Madya, dan sejak 2003 resmi menjadi Kota Cirebon,” jelas dia.
Pergantian sistem pemerintahan dan campur tangan Belanda tak diterima begitu saja oleh masyarakat dan keluarga keraton.
Tahun 1808 yang menjadi tonggak berdirinya kabupatian juga menandai munculnya perlawanan terbuka yang dikenal sebagai Perang Kedongdong.

“Belanda saat itu berlaku kejam. Pajak tinggi dan aturan yang memberatkan rakyat membuat rakyat, terutama keluarga Keraton Cirebon, bangkit melawan,” katanya.
Kabupaten Cirebon kala itu dipimpin oleh Bupati R Sinuk (Muchamad) dan pusat pemerintahannya berada di Pendopo Kartini, yang saat itu berfungsi sebagai kantor urusan infrastruktur Hindia Belanda.
“Pendopo menjadi pusat pemerintahan dari tahun 1810 hingga 1982,” ujarnya.
Pemindahan pusat pemerintahan ke Sumber baru benar-benar terjadi pada era Bupati Suwendo tahun 1982.
Meski begitu, gagasan pemindahan itu sudah muncul jauh sebelumnya, yakni pada masa kepemimpinan Kolonel Caj. H. Memed Tohir.
Saat itu, tiga daerah dipertimbangkan untuk dijadikan ibu kota baru, yakni Ciledug, Arjawinangun, dan Sumber.
“Sumber dipilih karena berada di tengah-tengah wilayah kabupaten dan memiliki kekayaan alam, khususnya mata air,” ucap Sulama.
Tanda dimulainya pemindahan ditandai dengan pembangunan gedung Departemen Penanganan, yang kini menjadi Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cirebon.
Disusul dengan pembangunan Pengadilan Negeri, serta kantor-kantor lain termasuk Kantor Bupati yang sekarang.
Dalam wawancaranya, Sulama juga menyebut pembentukan kabupaten turut memicu terbentuknya sistem pemerintahan tingkat desa.
“Desa pertama yang dibentuk adalah Desa Tangkil atau Pasindangaan."
"Setelah itu baru muncul desa-desa lain, khususnya di wilayah utara,” ujar dia.
Baca juga: Dedi Mulyadi Ingin Jadikan Cirebon sebagai Jogja-nya Jawa Barat: Kota Lama Penuh Cerita
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.