Khutbah Jumat

Materi Khutbah Jumat Singkat Menegai Mendidik Anak dengan Karakter Qurani

Dalam berkhutbah sang khotib menerangkan perihal ketaatan kepada Allah azza wajaLLaah, terdapat berbagai macam

Tribuncirebon.com/Handhika Rahman
Pelaksanaan salat Idul Fitri di Masjid Jami Al Hidayah Desa Jengkok, Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu, Rabu (10/4/2024). 

TRIBUNCIREBON.COM - Hari Jumat merupakan Sayyidul Ayyam atau Penghulunya Hari bagi umat muslim di dunia dan diyakini sebagai hari penuh keberkahan.

Pasalnya dalam hari tersebut, setiap muslim yang balig diwajibkan untuk mengerjakan shalat Jumat.

Adapun beberapa syarat berlaku dalam pelaksanaan salat Jumat, di antaranya adalah melangsungkan Khutbah sebagai rukun dalam salat Jumat.

Dalam berkhutbah sang khotib menerangkan perihal ketaatan kepada Allah azza wajaLLaah, terdapat berbagai macam tema dalam menyampaikan Khutbah Jumat.

Untuk itu kali ini Tribuncirebon.com akan mengulas Tentang Mendidik Anak dengan Karakter Qurani.

Baca juga: Materi Khutbah Jumat 22 November 2024: Merenungi Keberkahaan Rahmat Allah yang Tak Ternilai

Khutbah I


اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْن، فَلَا عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْن
أَشْهَدُ أَنْ لَا إلهَ إِلاَّ اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْن، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِيْن
اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْن
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْن، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَلَا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْن. وَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِي اْلقُرْآنِ الْكَرِيْم: رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصَّالِحِيْن. فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيْم. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْم
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

Melalui mimbar yang mulia ini, khatib mengajak kepada diri khatib sendiri dan kepada jamaah semua, untuk senantiasa meningkatkan kualitas takwa kita kehadirat Allah Subhanahu wa Taala. Sebab dengan takwalah, hidup kita menjadi terarah, hidup kita menjadi teratur, hidup kita penuh dengan solusi ketika dihadapkan dengan sebuah masalah.

Jamaah Jumat yang Berbahagia

Ketika seseorang membangun rumah tangga melalui bahtera pernikahan, tentu yang diharapkan selain memperoleh sakinah dalam keluarganya, adalah mendapatkan keturunan seorang anak. Dan sebejat-bejatnya orang tua, pasti di benak hatinya selalu menginginkan anak yang shalih. Seburuk-buruknya orang tua, pasti mengharapkan putra-putrinya berada di jalan yang benar, yang diridhai oleh Allah. Cukuplah keburukan dan kejelekan tersebut berhenti pada orang tuanya, tidak pada anak-anaknya. Untuk itu, mengharapkan anak shalih saja tidaklah cukup, melainkan harus ada ikhtir menuju tujuan tersebut. Anak yang shalih adalah anak yang berkarakter qur’ani.

Hadirin Rahimakumullah

Pendidikan karakter qur’ani pada anak, sebenarnya telah diisyaratkan oleh Al-Qur’an melalui sejumalh ayat. Bahkan, pendidikan tersebut tidak hanya dapat dilakukan ketika anak sudah lahir, melainkan ketika masih menjadi janin dalam kandungan ibu, anak sudah dapat dididik. Mari kita lihat kisah Sayyidah Hawwa’, ketika sedang mengandung, Al-Qur’an mengisyaratkannya sebagai berikut: 

.... فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلاً خَفِيْفًا فَمَرَّتْ بِهِ، فَلَمَّآ أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ ءَاتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الشَّاكِرِيْنَ
Artinya: "Ketika Sayyidah Hawwa’ setelah dikumpuli oleh Nabi Adam, maka iapun hamil pada usia muda, ia berlari-lari kecil. Dan ketika kandungannya memasuki usia tua, keduanya berdoa kepada Allah: Jika Engkau memberikan kami anak yang shalih, maka sungguh kami akan termasuk dari golongan orang-orang yang bersyukur." (QS Al-A’raf: 189).

Ayat di atas menunjukkan dua kondisi: Pertama, ketika Sayyidah Hawwa’ sedang hamil usia muda, maka waktu-waktu yang dijalaninya juga masih ringan, seperti halnya perempuan yang sedang tidak hamil. Namun, kata “famarrat bihi” ini juga dapat diartikan dengan “berlari-lari kecil”. Untuk itu, ibu hamil memang dianjurkan untuk bergerak-gerak ringan, untuk menjaga kesehatan janin. Lagi-lagi, Al-Qur’an selangkah lebih maju daripada penelitian kedokteran yang berkembang sekarang.

Kedua, ketika Sayyidah Hawwa’ memasuki usia kehamilan pada bulan-bulan tua akan melahirkan, apa yang ia dan suaminya lakukan? Yakni berdoa kepada Allah, dengan harapan agar keduanya dikaruniai anak yang shalih. Lagi-lagi, Al-Qur’an memerintahkan kepada orang tua, untuk berdoa bagi anak yang masih dalam kandungan. Ini artinya, janin dapat mendengar dan merespons apa saja yang diucapkan dan diperdengarkan oleh sekitarnya, termasuk doa dari sang ibu.

Halaman
12
Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved