Selebritis

Begini Cerita VoB Dapat Tawaran Manggung di Festival Glastonbury, Marsya dkk Makin Go Internasional

Berkarir di luar negeri, membuat band metal asal Garut itu semakin dicintai penggemarnya

Instagram @voiceofbaceprot
Voice Of Baceprot 

"Misal di US, di Europe, yang dikenal justru orang-orang Islam yang kasar dan konservatif. Padahal itu bukan salah ajarannya, tapi kembali ke orangnya."

"Nah kita pengen membawa citra Islam yang baru, bahwa kita tidak seperti itu. Kita tidak anarkis, kita membawa pesan-pesan perdamaian lewat musik kita."

Sejak kemunculannya di tahun 2017, Voice of Baceprot langsung menarik perhatian dunia yang bahkan mendapat julukan "band metal yang dibutuhkan dunia saat ini", oleh majalah rock Metal Hammer.

Tentu bukan hijab yang dikenakan Marsya, Widi, dan Siti, atau citra Islam yang ingin mereka angkat ke atas panggung, kesuksesan mereka adalah lagu-lagu yang dibawakan banyak berbicara soal perasaan, kemanusian, lingkungan hingga kesetaraan.

Voice of Baceprot mengaku baru saja berpindah menjadi band indie sehingga seolah-olah memulai segalanya dari awal.

"Jadi kalau temen-temen kebingungan dapet info kita sekarang di mana, bisa kunjungin website kita, terus juga sosial media juga di Instagram dan Facebook, di Spotify juga udah ada," jelas Marsya.

Voice of Baceprot tidak menjelaskan alasan mengapa mereka meninggalkan jalur musik mainstream, tetapi mereka mengaku pernah berada di titik "sangat membenci industri, karena industri memang sejahat itu". Salah satunya adalah pengalaman mendapat perlakuan diskriminatif, yang menjadi "hal yang normal" bagi perempuan, terlebih berhijab, di industri musik metal rock.

Misalnya, mereka pernah diminta untuk membuka hijab jika ingin bergabung industri musik metal hingga dianggap kurang maskulin. "Kita enggak mau mengubah diri kita untuk bisa masuk (industri metal), kita memutuskan untuk harus membawa energi feminin ke industri ini agar sudut pandangnya lebih luas," kata Marsya.

Salah satu gebrakan yang pernah dilakukan Voice of Baceprot adalah membuat gerakan "Not Public Property", bersamaan saat mereka merilis lagu dengan judul yang sama.

Kampanye tersebut mengajak perempuan dari segala bidang, tidak hanya musik, untuk menyadari potensi yang mereka miliki dan berani menunjukkannya, sehingga tak hanya akan dinilai dari tubuh dan kecantikannya saja.

"Jadi setiap kali kita mengalami pengalaman yang tidak enak, ya sudah kita bikin lagu, kita keluarin jadi single," kata Marsya.

Baca selengkapnya update Tribuncirebon.com di GoogleNews

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved