Menanti Solusi Nyata Menekan Masalah Klasik Perkawinan Anak di Indramayu
Indramayu padahal sudah punya Perda mengenai Kabupaten Layak Anak. Namun implementasinya masih minim.
Penulis: Handhika Rahman | Editor: taufik ismail
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Kabupaten Indramayu memiliki Perda Kabupaten Layak Anak.
Hal ini tertuang dalam Perda Nomor 6 Tahun 2019, termasuk Perbup Indramayu Nomor 86 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan.
Hanya saja, regulasi tersebut dinilai mandul dan tidak terimplemantasi dengan baik.
Penilaian tersebut bukan tanpa alasan, mengingat, hingga saat ini angka kekerasan seksual terhadap anak hingga pernikahan dini di Kabupaten Indramayu masih tinggi.
Berdasarkan data yang dicatat Pengadilan Agama Indramayu, di tahun 2023 tercatat ada sebanyak 514 pasangan di bawah usia 19 tahun mengajukan dispensasi nikah.
Untuk mendorong agar Perda tersebut dapat dijalankan pemerintah daerah, Yayasan Selendang Puan Dharma, yang fokus pada isu perempuan dan anak hari ini sengaja menggelar Diskusi Publik.
Dengan tema yang diangkat adalah Pentingnya Pendidikan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi HKSR untuk Mencegah Kekerasan Berbasis Gender pada Orang Muda di Kabupaten Indramayu.
Dalam kegiatan tersebut turut diundang sebagai narasumber Ketua DPRD Indramayu Syaefudin dan Kabid PPA DP3AKB Provinsi Jawa Barat Anjar Yusdinar.
“Kami sengaja menghadirkan dari DP3AKB Jabar hingga DPRD Indramayu untuk mengetahui peran-peran dari pemerintah ini seperti apa,“ ujar Founder Yayasan Selendang Puan Dharma Ayu, Darwinih kepada Tribuncirebon.com, Rabu (12/6/2024).
Darwinih menyampaikan, banyak regulasi yang mengatur untuk perlindungan kekerasan terhadap anak dan perempuan, regulasi ini dibuat baik oleh pemerintah pusat hingga daerah.
Seperti Undang-undang nomor 16 tahun 2019 yang menerangkan secara jelas bahwa batas usia perkawinan itu adalah 19 tahun untuk perempuan dan laki-laki, dan lain sebagainya.
Hanya saja, menurut dia, regulasi yang ada harus dijalankan bukan hanya sekedar dibuat, kunci dari suksesnya regulasi ini pun perannya ada di pemerintah daerah dan desa.
Apalagi, Pemkab Indramayu diketahui juga sudah memiliki Perda Kabupaten Layak Anak.
Tidak terimplementasikannya Perda ini hal yang membuat persoalan kekerasan seksual terhadap anak hingga pernikahan anak masih banyak terjadi.
Hal ini pula yang membuat muncul sigma negatif dengan istilah RCTI di tengah masyarakat yang merupakan singkatan dari ‘Rangda Cilik Turunan Indramayu’.
“Nah Yayasan Selendang Puan Dharma Ayu ingin melihat sebenarnya ada gap atau pembatas di mana untuk menyelesaikan kasus kekerasan seksual di Indramayu, salah satunya perkawinan anak karena perkawinan anak sebagai salah satu bentuk kekerasan seksual,” ujar dia.
Darwinih menilai, untuk penyelesaiannya tidak bisa pemerintah jalan sendiri-sendiri, harus ada kolaborasi dari berbagai pihak.
Termasuk komitmen pemerintah dalam penyediaan anggaran hingga sumber daya manusia (SDM) agar implementasi Perda yang sudah ada dapat dilaksanakan sebagaimana seharusnya.
Yayasan Selendang Puan Dharma Ayu sendiri dalam hal ini masih optimistis pemerintah mau membenahi masalah klasik yang terjadi di Kabupaten Indramayu tersebut.
Hal senada disampaikan, Ketua DPRD Indramayu, Syaefudin, di mana perda yang sudah ada memang belum terimplementasikan dengan baik di Indramayu.
Pihaknya pun mendukung penuh diskusi publik yang seperti yang digelar Yayasan Selendang Puan Dharma Ayu hari ini.
Pemerintah daerah tidak bisa bergerak sendiri dalam menyelesaikan permasalahan tersebut dan memerlukan dukungan dari NGO atau stake holder lainnya diluar pemerintah.
Syaefudin mengatakan, hasil diskusi hari ini pun harus dijadikan bahan masukan untuk evaluasi kinerja pemerintah ke depannya.
Di sisi lain, lanjut Syaefudin, pihaknya turut mendukung implementasi perda dalam bentuk anggaran. Hanya saja, anggaran tersedia memang relatif kecil.
“Makanya saya juga meminta kepada Disduk-P3A Indramayu untuk menjadikan diskusi ini sebagai rekomendasi dalam rangka untuk pembahasan di APBD 2025, supaya implementasi Perda bisa maksimal,” ujar dia.
Baca juga: Aktivis Perempuan Soroti Banyaknya Pernikahan Anak, Sebabkan Tingginya Angka Perceraian di Indramayu
Jejak Pelarian Pembunuh H Sahroni dan Keluarga, Sempat Kabur ke Jatim, Tetiba Kembali ke Indramayu |
![]() |
---|
TERBONGKAR, 2 Terduga Pembantai Satu Keluarga di Indramayu Diciduk, Misteri Terjawab Dini Hari |
![]() |
---|
UPDATE Harga Emas Antam Hari Ini 8 September 2025 di Surabaya dan Semarang Cetak Rekor Segini |
![]() |
---|
UPDATE Harga Emas Antam Hari Ini 8 September 2025 di Cirebon dan Kuningan Termahal Sepanjang Sejarah |
![]() |
---|
KDM Sebut Pelaku Pembunuhan H Sahroni Indramayu Tertangkap, Humas: Mohon Doanya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.