Pedagang Pempek Kuliner Cimanuk Indramayu Tersenyum, Kompornya Bisa Nyala Tanpa Gas Elpiji

Biodigester membuat enam pedagang di Kuliner Cimanuk Indramayu tak perlu repot lagi beli gas elpiji.

Penulis: Handhika Rahman | Editor: taufik ismail
Tribuncirebon.com/Handhika Rahman
Maman pedagang pempek saat mempraktekan nyala kompor dari gas Biodigester di Kulcim Indramayu, Sabtu (28/10/2023). 

Cara memakai gas Biodigester pun sangat mudah. Maman hanya perlu membuka keran pipa yang terhubung ke kompor gas miliknya.

Dengan bantuan korek api, kompor langsung menyala tanpa menimbulkan letupan seperti penggunaan tabung gas pada umumnya.

"Apinya juga lebih besar, jadi cepat matang. Dibanding tabung gas lebih besar gas dari Biodigester," ujar dia.

Maman menyampaikan, untuk bahan baku penghasil Biodigester, pedagang cukup menyetor sisa bahan makanan dari dagangan mereka.

Saat ini, dari kapasitas 100 kilogram sampah yang mampu diproduksi Biodigester, pedagang Kulcim Indramayu baru bisa memenuhi sekitar 30 kilogram saja setiap harinya.

Gas yang dihasilkan pun baru bisa mencukupi untuk kebutuhan sebanyak 6 pedagang saja dari total 56 pedagang di Kulcim Indramayu.

Maman yang sekaligus Ketua Forum Pedagang Kulcim menceritakan, kendalanya adalah karena mayoritas pedagang di Kulcim Indramayu adalah pedagang kopi saset.

"Makanya kontribusi buat sampahnya kurang karena bahan untuk Biodigester harus dari sisa makanan," ucap dia.

Dalam hal ini pedagang juga dianjurkan membawa sisa makanan sebanyak-banyaknya dari rumah yang sudah terbuang. Dengan harapan, secara bertahap semakin banyak lagi pedagang yang bisa merasakan manfaat dari bantuan CSR ini.

Biodigister Kulcim
Peresmian Biodigester yang merupakan bantuan CSR dari PT Polytama Propindo di Kulcim Indramayu, Sabtu (28/10/2023).

Peran Strategis PT Polytama Propindo

Selain memberikan keuntungan secara nyata dari sisi finansial bagi pedagang di Kulcim Indramayu, hadirnya Biodigester ini punya dampak positif besar untuk menekan volume sampah organik.

Maman dan pedagang lainnya jadi bisa ikut berkontribusi mengurangi dampak buruk lingkungan akibat sampah.

Hal ini sejalan dengan rencana pemerintah yang tengah gencar mengampanyekan mengenai pengelolaan sampah sisa makanan.

Berdasarkan hasil riset Bappenas, Indonesia kehilangan 23–48 juta ton makanan yang terbuang (food loss and waste/FLW) per tahun sejak 2000-2019. 

Mayoritas makanan yang terbuang itu bersumber dari padi-padian dengan proporsi sebesar 44 persen.

Sumber: Tribun Cirebon
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved