Khutbah Jumat
Naskah Khubtah Jumat 18 Agustus 2023, Spirit Kepahlawanan dalam Mengisi Kemerdekaan
Berikut ini naskah khutbah Jumat untuk hari ini, tanggal 18 Agustus. Masih bulan kemerdekaan, temanya pun tentang kemerdekaan.
TRIBUNCIREBON.COM, JAKARTA - Berikut ini naskah khutbah Jumat untuk tanggal 18 Agustus 2023.
Masih di bulan Agustus, tema khutbah Jumat kali ini mengenai kemerdekaan.
Judulnya adalah Spirit Kepahlawanan dalam Mengiri Kemerdekaan.
Naskah khutbah Jumat ini ditulis oleh Jaenal Sarifudin dan sudah dimuat di laman Kemenag.
KHUTBAH PERTAMAَ
اىْذ ََْذ َُِّ لِلِِٰ إ،ََُُّٓٗسْتَغْفِش ُُِْْٔٞ ََّٗسْتَؼ ُُٓ َّذ ََْذ،ِس َِّٞئَبد ٍَِِْٗ شُش ُْٗس ِ أ َّْفُس َِْب ٍِِْ ِ ََّٗؼ ُْ٘ر ُ ثِبهلل
أَػ ََْبى َِْب،َُٔى َِٛ ََلََٕبد ُٝضْيِو ْ ف ٍََِْٗ َُٔ ََلَ ٍُضِو َّ ى ِِٓ هللا ُ ف َْٖٝذ ٍَِْ،َُِلَّ هللا إ ََٔ َلَ إِى َُْ َٗأَش َْٖذ ُ أ َ
َٗػَي ٍ ٍُذ َََّذ س َِّٞذ َِّب َٚ صَو ِّ ػَي ٌَُّٖ َٗسَس ُْ٘ى ُُٔ، اىي ُُٓ ٍُذ َََّذًا ػَجْذ ََُّ َٗأَش َْٖذ ُ أ َُٔ َلَ شَش ِْٝل َ ى َُٓ َٗدْذ ٚ ِ
َٗصَذْج ِِٔ آى َِِْٞأَج ََْؼ ِٔ. ُ
ا ٍََّب ثَؼْذ:ف ََٞب ٍَُُُِْ٘سْي ٌُْ َِلََّٗأ َّـْت ا َُِّ ََُْ٘ت ََٗلَت ِٔ ََُُِْ٘، اِتَّق ُْ٘هللا َ دَق َّ تُقَبت ََُّٖٝب اى َُْسْي ا. ُفَقَذ ْ قَبه َ هللا
:ٌِِْٝ اىْنَش ِِٔ ِٜ مِتَبث َٚ ف تَؼَبى۟۟ َٗصَبثِش ُٗا ٍَُْ٘ا ۟ ٱصْجِش ُٗا ءَا َِِٝ ََُّٖٝب ٱىَّز َٰٓؤ ٌَُْٝلِلََّ ىَؼَيَّن َٗٱتَّق ُ٘ا ۟ ٱ ۟ َٗسَاثِط ُ٘ا َُُ٘
تُفْيِذ.
Jamaah Jum’at yang berbahagia rahimakumullah
Pertama-tama marilah kita panjatkan setinggi-tinggi puji dan sedalam-dalam rasa syukur kita ke hadirat Allah Swt, Tuhan semesta alam, atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya.
Shalawat salam marilah pula senantiasa kita sanjungkan ke haribaan Rasul tercinta, uswah hasanah kita, Nabi besar Muhammad saw. Juga kepada keluarga beliau, para sahabat, tabi’in dan juga para pengikutnya yang setia dalam mengikuti teladannya hingga akhir zaman.
Melalui mimbar Jumat ini, Khatib berwasiat kepada diri Khatib sendiri dan jamaah sekalian untuk senantiasa merawat nikmat hidayah yang telah Allah tanamkan di dalam jiwa kita dengan bersungguh-sungguh meniti jalan ketakwaan kepada-Nya.
Ketakwaan itulah yang akan menjadi kunci kebahagiaan hidup kita.
Inna lil muttaqiina mafaazaa, sungguh bagi orang-orang yang bertakwalah kesuksesan, kemenangan yang hakiki. Ketakwaan pulalah yang akan menjadi bekal sejati saat tiba waktunya kita harus kembali ke haribaan
Allah Rabbul ‘izzati.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Salah satu nikmat terbesar bangsa ini adalah nikmat kemerdekaan. Bebas dari belenggu penjajahan. Tentu nikmat agung ini harus senantiasa kita syukuri.
Selama berabad-abad bangsa kita dijajah, dijadikan sebagai sapi perahan. Lepasnya bangsa ini dari belenggu penjajahan tentu atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa, sebagaimana disebutkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Bersyukur dilakukan dengan memuji Allah dan dengan memberikan sembah pengabdian yang tulus kepada Ilahi.
Juga bersyukur dengan memperlihatkan kesungguhan kita untuk melanjutkan perjuangan para pendiri
bangsa ini. Kita harus berterima kasih dan jangan sekali-kali melupakan jasa para pahlawan yang telah memberikan darah dan nyawanya demi kemerdekaan bangsa ini.
Mereka semua berjuang tanpa pamrih, memberikan baktinya kepada ibu pertiwi. Di antara para pahlawan bangsa itu juga terdapat banyak ulama dan para santri pejuang yang turut gugur menjadi syuhada. Sungguh, pada hakikatnya mereka tidaklah mati, mereka hidup kekal di sisi Tuhan-Nya.
Allah berfirman;َُُ٘
ُٝشْصَق ٌِِّْٖ تًًۢب ۚ ثَو ْ أَد َْٞبَٰٓء ٌ ػ ِْذ َ سَث ٍََْ٘ لِلَِّ أ سَج ِٞو ِ ٱ ِٚ قُتِي ُ٘ا ۟ ف َِِٝ ََِّ ٱىَّز ََٗلَ تَذْسَج
“
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki”. (Q.S. Ali Imran: 169).
Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah
Salah satu elemen bangsa yang sangat besar perannya dalam mengisi kemerdekaan adalah para pemuda. Ungkapan hikmah menyebutkan;
Syubbanul yaum rijalul ghad, pemuda hari ini adalah tokoh di masa depan. Demikian bunyi sebuah semboyan dalam literatur Arab.
Pemuda adalah harapan bangsa, tempat melabuhkan dan menitipkan asa dan cita-cita. Maka pemuda memiliki posisi yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Apa yang belum tercapai oleh para orang tua dan generasi sebelumnya, pemuda lah yang diharapkan dapat mewujudkannya.
Bapak Proklamator kita, Ir.Soekarno pernah mengatakan: “Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncang dunia”.
Masa muda sering dikaitkan dengan kondisi yang prima, semangat dan idealisme yang tinggi. Namun di sisi lain juga memiliki kerentanan dan tantangan yang tidak sedikit pula.
Menjadi suatu hal yang niscaya untuk mengarahkan mereka dan menyalurkan semangat darah mudanya pada hal yang positif dan bermanfaat.
Sehingga masa muda benar-benar akan menjadi waktu yang produktif dan penuh kreativitas. Salah satu pesan Nabi dalam Hadis adalah agar kita memanfaatkan masa muda sebelum datang masa tua. Pada masa mudalah seseorang dapat memaksimalkan potensi dirinya dengan sebaik-baiknya.
Saat usia telah beranjak senja, tidak banyak hal yang dapat dilakukan karena berbagai keterbatasan. Allah mencintai para pemuda yang idealis, penuh semangat daya juang dan tumbuh di dalam keimanan dan ketakwaan kepada-Nya.
Di dalam al-Qur’an, Allah memberikan contoh pemuda yang memiliki karakter tersebut. Mereka
adalah Ashabul Kahfi, sekelompok pemuda saleh yang menentang tirani dan bersembunyi di dalam sebuah goa.
Ketika Allah mengisahkan Ashabul Kahfi, Allah memuji mereka dalam firman-Nya:
ًُٕٙذ ٌُْٖ ّْ َٗصِد ٌِِّْٖ ٍَُْْ٘ا ثِشَث فِت َْٞخ ٌ ا ٌَُِّّْٖ ثِبىْذَق ِِّّۗ ا ٌَُْٕ َّقُص ُّ ػَي َْٞل َ َّجَب ُِْ َّذ
“Kami ceritakan kepadamu kisah mereka dengan haqq. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan untuk mereka petunjuk.” (Q.S. Al-Kahfi: 13).
Ashabul Kahfi adalah contoh citra pemuda bertakwa dan memiliki idealisme tinggi. Para pemuda yang rela berjuang menentang kezaliman.
Dalam konteks semangat juang, sesungguhnya juga dapat kita kaitkan dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Banyak pemuda pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan. Mereka gugur menjadi kusuma bangsa yang harum mewangi mengorbankan jiwa raga tercapainya kemerdekaan.
Di dalam Hadis riwayat al-Bukhari, Rasulullah juga memuji pemuda yang beriman, taat beribadah dan memiliki semangat pengabdian tinggi.
Bahkan Nabi menjanjikan bahwa kelak Allah akan memberikan naungan pada hari Kiamat bagi para pemuda yang tumbuh di dalam pengabdian dan ketaatan kepada Allah
.ِ
َٗشَبة ٌّ َّشَؤ َ ثِؼِجَبدَح ِ هللا
Para pemuda yang selain memiliki karakter saleh, juga memiliki semangat pengabdian. Karena pada hakikatnya segala pengabdian, dedikasi, perjuangan dan kontribusi yang diberikan dengan ketulusan adalah bagian dari ibadah juga, sehingga pemuda ideal menurut Islam adalah pemuda yang memiliki semangat
beribadah dan juga semangat berjuang.
Semangat dan pengabdian dalam mengisi kemerdekaan. Dan tentu, itu bukan hanya kewajiban para pemuda,
namun juga merupakan kewajiban kita, kewajiban seluruh elemen bangsa sesuai kapasitasnya masing-masing. Bekerja dan berkarya dengan sungguh-sungguh dalam mengisi kemerdekaan adalah merupakan cara kita pula dalam mensyukuri nikmat kemerdekaan dan mengambil spirit kepahlawanan.
Allah sangat mencintai mereka yang bekerja dengan kesungguhan dan penuh pengabdian, sebagaimana sabdanya;َُِْٔ
ُٝتْق َُْ ََََلً أ ػ ٌُْ ٚ ُٝذِت ّ إِرَا ػ ََِو َ أَدَذُم ُِّ َّللاََّ تَؼَبى إ
“Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja, mengerjakannya secara profesional”. (H.R. at-Thabrani, dan al- Baihaqi).
Maka di dalam mengisi kemerdekaan ini, spirit dan nilai-nilai kepahlawanan harus ditumbuhkan kembali. Semangat berjuang dan kegigihan di dalam melakukan tugas dan tanggungjawab masing-masing harus dilakukan dengan konsisten dan istiqamah, terutama para pemuda yang akan menjadi penerus cita-cita umat dan bangsa.
Niscaya dengan itu dapat terwujud negara yang makmur sejahtera dan diridai Allah. Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Amin!ِ
ف ٌُْ َٗىَن ِْٜ ثَبسَك َ هللا ُ ىِ َٗاىزِّمْش ِ اىْذَن ٌِِْٞ. َْٟٝبد ا ٍَِِ ِِْٔٞ ث ََِب ف ٌُْ َٗإ َِّٝبم َِْْٜ ََّٗفَؼ ،ٌِِْٞ اىْؼَظ ُِ ُْ٘ ٜ اىْقُشْآ
اىْغَف َُٕ٘ ُِّّٔ إ ُُْٓٗ ََِِِْٞ فَبسْتَغْفِش ٌُْ َٗىِسَبئِش ِ اى َُْسْي َٗىَن ِْٜ َٗأَسْتَغْفِش ُ هللا َ ى َٕزَا ِْٜ أَق ُْ٘ه ُ ق َْ٘ى ُس ٌِِْٞ
اىشّد
KHUTBAH KEDUAِِٰ
لِل ُاَىْذ ََْذ.ِِّٔ َٗا ٍِْت َِْب ِِٔ ت َْ٘ف ِْٞق َٚ ػَي َُٔ ِِّٔ َٗاىشُّنْش ُ ى َٚ إِدْسَب ػَيُُ َٗهللا َِلَّ هللا إ ََٔ َلَ اِى َُْ َٗأَش َْٖذ ُ أ ُُٔ
َٗسَس ُْ٘ى ُُٓ ٍُذ َََّذًا ػَجْذ س َِّٞذ ََّب َُّ َٗأَش َْٖذ ُ أ َُٔ َلَ شَش ِْٝل َ ى َُٓ َٗدْذ ِِّٔسِض َْ٘ا َٚ ِٚ إى اىذَّاػ. ٌَُّٖاىي َٚ
ِٗػَي ٍ ٍُذ َََّذ س َِّٞذ َِّب َٚ صَو ِّ ػَياًَِْٞب مِث ْٞشًا َٗسَي ٌِّْ تَسْي ِِٔ ِِٔ َٗاَصْذَبث ى.ُ
أ ٍََّب ثَؼْذ:ٍثِؤ ٍَْش ٌُْ ََُّ هللا َ أ ٍََشَم ََُْ٘ا أ َٗاػْي ََّٖٚ َُْٖ٘ا ػ َََّب َٗا ّْت َ ََِْٞب أ ٍََش ََُّٖٝب اى َّْبط ُ اِتَّق ُ٘هللا َ ف ف َٞب َ ا ِِٔ
ِِٔ ثِقُذْس َْٚ ث ٠ََِئِنَت َٗثَـ ِِٔ ث َِْفْس ِِْٔٞ ثَذَأ َ ف.َِٚ اى َّْج ػَي َُُّْ٘ ُٝصَي َُٔ َ ٠ٍََٗئِنَت َُِّ هللا َٚ إ َٗقَبه َ تَؼبَىٝآ ٚ َِِْٝ
ََُّٖٝب اىَّز ااًَِْٞب َُِّْ٘ا تَسْي َٗسَي َِْٔٞ ٍَُْْ٘ا صَي ُّْ٘ا ػَي ٌََُّٰٖٚ اىيَٗػَي ٍ ٍُذ َََّذ س َِّٞذ َِّب َٚ صَو ِّ ػَيِ اه
َ ٠ٍََٗئِنَخ ِ اْى َ َٗسُسُيِل َٚ ا َّْج ِٞآئِل َٗػَي ٍ ٍُذ َََّذ َ َِّٞذ ِّب سَ ـَٗاسْض َِِْٞ َُقَشَّث ٌَُِّٰٖ اىيَِِ اْىخُيَفَبء ِٜ ػ
َٗتَبثِؼ َِِْٞ ِ َٗاىتَّبثِؼ َِْ ثَق َِّٞخ ِ اىصَّذَبثَخ َٗػ ِٚ َٗػَي ُ َٗػُث ََْب َٗػ ََُش ٍ ِٚ ثَنْش أَث َِِْٝ َٚاىشَّاشِذ
ٍُ اِى ٌَُْٖ ثِبِدْسَب ى َِِْٞ اىتَّبثِؼٌَََُِِِْْٖٞ ثِشَد ََْتِل َ َٝب اَسْد ٌََ اىشَّاد ٍَؼ َٗاسْض َ ػ ََّْب ِِِّْٝ ًَِْٝ٘ اىذ.ٌَُّٰٖ
اَىيْاغْفِش ََِِِِْٞ َٗاى َُْسْي ٍَِْْبد َٗاى َُْؤ ٍَِِِْْْٞ ىِي َُْؤََْلٍََْ٘ادِ، إ َِّّل َٗا ٌٍُِْْْٖ ِ َٗاى َُْسْي ََِبد ِ ا١َْد ْٞآء
َِٜ اىْذَبجَبدِ، ِ َٝب قَبض ٌ ٍُج ِْٞت ُ اىذَّػ ََ٘اد ََِْٞغ ٌ قَش ِْٝت س ٌَُّٰٖاَىيَٕزَا ج ََْؼًب اجْؼَو ْ ج ََْؼ ََْب َََٗل
ََٗلَ ٍَؼ ََْب شَق ًِّٞب ََٗلَ تَذَع ْ ف َِْْٞب ،ًٍُْ٘ب ٍَؼْص ِِٓ تَفَشُّقًب ٍِِْ ثَؼْذ َٗاجْؼَو ْ تَفَشُّق ََْب ،ًٍُْ٘ب ٍَشْد
ًٍُْٗب ٍَذْش.ٌَُّٰٖاَىيََُلَد ص ِِْٔٞ ى ََِب ف ٌُْْٖ َٗفِّق ٌََُّّٖ ٍُُْ٘س َِّب، اَىي َُٗلَح َ أ ْ أَصْيِخ ًََِْلٌُْٖ َٗص ََلَح ُ اْإلِس
،ََِِِْٞ َٗاى َُْسْي ٌَُّٰٖاَىي.َََِِْٞ ٌَُْٖ َٝب سَة َّ اىْؼَبى م َََب أ ٍََشْت ٌٍِِْٖ َََِٖب ًِ ث َٚ اىْق َِٞب ػَي ٌُِْْْٖ أَػ ٌَُّٰٖاَىيْأَثْؼِذ
ِ َٗاى أ َْٕو َ اىْخ َْٞش ٌَِْْٖٞ َٗقَشِّة ْ إِى َِِْٝ ِ َٗاى َُْفْسِذ ثِطَب َّخ َ اىس ُّْ٘ء ٌَُْْْٖ ػ ََََِِِِْْٞٞ َٝب سَة َّ اىْؼَبى َّْبصِذ.ٌَُّٰٖ
اَىيٍٍَُنَب ِّ مُو ِْٜ ف ََِِِْٞ ٍُُْ٘س ِ اى َُْسْي َُٗلَح َ أ ْ أَصْيِخ.ِِٜ ا َلْ خِشَح ف َٗ ً ِٜ اىذ َُّّْٞب دَس ََْخ سَث ََّْب ات َِْب ف ِ
ً َٗ ق َِْب ػَزَاة َ اى َّْبس دَس ََْخ.ََٗػَي ٍ ٍُذ َََّذ س َِّٞذ َِّب َٚ َّٚ هللا ُ ػَي َٗصَي،ٌََّ َٗسَي ِِٔ َٗصَذْج ِِٔ ٚ اۤى َََِِْٞ
ُ لِلِِٰ سَة ِّ اىْؼَبى َٗاىْذ ََْذ.َ
َُْْْن ِ َٗاى َِِ اىفَذْشَبء ػ ََْْٖٚٝٗ َٚ ِٛ اىْقُشْث َٗإ ِْٝتَبء ِ ر ُِ ِ َٗاإلِْدْسَب َُّ هللا َ َٝؤ ٍُْش ُ ثِبىْؼَذْه ِ ػِجَبد َ هللاِ! إش
،َُُْٗ ٌُْ تَزَمَّش ٌُْ ىَؼَيَّن َٝؼِظُن ِْٜ ََِِٔ َٗاىجَغِّؼ َٚ ػَي ُُْٓٗ َٗاشْنُش ،ٌُْ َٝزْمُشْم ٌَِْٞ ُ فَبرمُش ُٗا هللا َ اىْؼَظ
َٗىَزِمْش ُ هللا ِ أَمْجَش ،ٌُْ ُٝؼْطِن ِِٔ فَضْي ٍِِْ ُُْٓ٘ َٗاسْئَي ،ٌُْ َٝضِدْم.
Baca juga: Teks Khutbah Jumat 18 Agustus 2023: Spirit Kemerdekaan, Merawat Bumi dan Jaga Lingkungan
| NASKAH Khutbah Jumat Hari Ini 10 Oktober 2025: Mengisi Jiwa dengan Ilmu dan Petunjuk Al-Qur’an |
|
|---|
| NASKAH Khutbah Jumat Hari Ini 10 Oktober 2025: Menjaga Hati Tetap Bersih dari Dorongan Nafsu Jahat |
|
|---|
| NASKAH Khutbah Jumat Hari Ini 10 Oktober 2025: Kunci Rezeki dan Kehidupan yang Berkah |
|
|---|
| NASKAH Khutbah Jumat Hari Ini 10 Oktober 2025: Tetap Tenang di Tengah Ujian dan Fitnah Zaman |
|
|---|
| NASKAH Khutbah Jumat Hari Ini 10 Oktober 2025: Keindahan Akhlak, Kunci Pintu Surga |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.