Diterangi Cahaya Empat Batang Lilin di Bangsal Witana, Ratusan Orang Hikmat Menyimak Babad Cirebon

TRIBUNCIREBON.COM, CIREBON - Doa dan tawasulan mengawali tradisi pembacaan babad Cirebon, yang kembali dilakukan di Keraton Kanoman, Kamis (20/7/2023) malam.

Tawasulan dipimpin Penghulu Keraton Kanoman, Kiai Sirodjuddin, diikuti ratusan warga yang sejak siang juga mengikuti pawai dari Balai Kota Cirebon.

Pembacaan Babad Cirebon menjadi rangkaian acara peringatan Hari Jadi ke-654 Kota Cirebon.

Sejumlah perwakilan Pemkot dan DPRD Kota Cirebon juga turut menghadiri pembacaan Babad Cirebon.

Mereka berkumpul di Bangsal Witana Keraton Kanoman.

Pembacaan babad dilakukan Pangeran Kumisi Keraton Kanoman, Pangeran Besus Nugraha.

Babad Cirebon dikutip dari kitab Purwaka Caruban Nagari yang ditulis Wangsakerta pada 1669.

Empat lilin setinggi kira-kira 50 sentimeter menjadi sumber penerang utama bagi Pangeran Kumisi saat membacakan babad.

Sultan Kanoman, Sultan Raja M Emirudin, Patih Keraton Kanoman, Pangeran Patih M Qodiran, dan lainnya menyimak dengan hikmat.

Juru Bicara Keraton Kanoman, Ratu Raja Arimbi Nurtina, mengatakan Babad Cirebon merupakan tradisi yang dilaksanakan setiap 1 Muharam. Sudah ratusan tahun tradisi ini berlangsung. Sejak 1529 hingga kini.

"Namun, tidak menutup kemungkinan tradisi babad Cirebon sudah dilaksanakan sebelum tahun tersebut," ujar Arimbi saat ditemui di Keraton Kanoman, Kamis (20/7/2023) malam.

Ia mengatakan, dipilihnya di Bangsal Witana sebagai tempat pembacaan babad juga bukan tanpa alasan. Konon, Bangsal Witana merupakan bangunan pertama yang didirikan saat Ki Gedeng Alang-Alang dan Pangeran Walangsungsang membuka pedukuhan yang menjadi cikal bakal Cirebon.

"Kalau zaman sekarang mungkin disebut titik nol kilometernya. Bangsal Witana adalah titik tersebut di masa itu," kata Arimbi.

"Wi itu berarti pembuka dan tana berarti tanah. Jadi, witana itu berarti tanah pembuka," lanjutnya.

Bangsal Witana berada persis di belakang Bangsal Mande Mastaka atau tempat bertakhtanya Sultan Kanoman, Raja M Emiruddin.