Tak Lagi Dihujat, Tahu Akal Busuk Sambo Netizen Minta Pembunuhan Brigadir J Jadi Film,Ini Pemeran FS

Deretan nama aktris dan aktor papan atas pun disiapkan netizen yang dinilai cocok untuk memainkan peran dalam kasus pembunuhan Brigadir J.

Kolase Tribuncirebon.com/Foto Tribunnews.com
Daftar 11 terdakwa kasus Brigadir J. Ferdy Sambo terkait dalam kasus. 

TRIBUNCIREBON.COM - Sidang kasus pembunuhan Brigadir J kini para terdakwa memasuki tahap sidang tuntutan.

Diketahui, Kuat Maruf dan Bripka Ricky Rizal alias Bripka RR dituntut 8 tahun penjara.

Mantan Kadiv Propam, Ferdy Sambo menerima tuntutan seumur hidup dalam kasus pembunuhan Brigadir J.

Adapun untuk Putri Candrawathi dan Bharada E masih menunggu hasil sidang tuntutan.

Tentu, hasil tuntutan kepada lima terdakwa pembunuhan Brigadir J dinantikan oleh banyak orang.

Bersamaan dengan hal itu, Ferdy Sambo yang dituntut penjara seumur hidup itu kini trending di Twitter.

Baca juga: Detik-detik Ferdy Sambo Tangisi Karir Kepolisian 28 Tahun Hancur, Kini Menyesal

Tak lagi dihujat, mengingat sudah mengetahui akal busuk Ferdy Sambo bersama empat terdakwa lainnya, soal pembunuhan Brigadir J.

Netizen justru menginginkan jika kasus Brigadir J difilmkan.

Deretan nama aktris dan aktor papan atas pun disiapkan netizen yang dinilai cocok untuk memainkan peran dalam kasus pembunuhan Brigadir J.

Aktor, Afdal berperan sebagai Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.

Chelsea Islan berperan menjadi Vera Simanjuntak.

Aktris senior, Lidya Kandou didapuk menjadi istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi.

Tak ketinggalan, Ray Sahetapy dipercaya berperan sebagai Fery Sambo.

Termasuk, artis yang tengah naik daun saat ini, Amanda Manopo berperan sebagai Rita Yuliana.

Sementara Roy Marten dipercaya berperan menjadi Kapolri Listyo Sigit.

Pemeran Richard Eliezer diperankan oleh Jefy Nichol.

Adapun yang berperan sebagai Kuat Maruf ialah Yadi Timo.

Baca juga: Ferdy Sambo Tak Sudi Bertanggungjawab Demi Bharada E, Tegaskan Tak Suruh Tembak Brigadir J

Suami Indah Permatasari, Arie Kriting pun turut dilibatkan dalam film kasus pembunuhan Brigadir J.

Ia didapuk berperan sebagai Deolipa Jumara.

Pengacara Brigadir J, Kamaruddin Simanjutak diperankan oleh Agus Melaz.

Sedangkan untuk Martin Lukas Simanjutak dimainkan oleh Buchek Deep.

Rupanya Tora Sudiro dipilih netizen untuk memainkan peran sebagai Ronny Talapessy.

Menariknya, Boy William juga berperan sebagai Reza Hutabarat.

Artis senior lainnya, Jajang C Noer juga dipercaya memainkan peran sebagai Rosti Simanjuntak.

Pun dengan Lukman Sardi didapuk sebagai ayah Brigadir J, Samuel Hutabarat.

Termasuk presenter ternama Okky Lukman memainkan peran sebagai Rohani Simanjuntak.

ART yang bekerja di rumah Ferdy Sambo, Susi dimainkan oleh Evi Masamba.

Sontak saja unggahan tersebut menuai beragam reaksi dari netizen.

Rupanya, banyak dari mereka yang mendukung jika kasus pembunuhan Brigadir J ini di filmkan.

"Cepet2lah Fredy Sambo jadi tayangan series,"

"Awas dibuatin drama beneran, orang indo kan gtu,"

"Yok perfilman indonesia bisa yok bisa,"

"Yuk bisa yuk dibikin film yuk pak sutradara,"

" Kreatif banget mana mirip semua lagi,"

Baca juga: Ini 5 Pengakuan Ferdy Sambo: Ngaku Bikin Skenario Pembunuhan Brigadir J & Siap Dihukum

Psikolog Sebut Tangisan Putri Candrawathi Palsu, Istri Ferdy Sambo Akting di Depan Hakim?

Pakar mikro ekspresi sekaligus psikolog, Poppy Amalya belum lama ini turut menyoroti ekspresi dan gestur Putri Candrawathi di persidangan.

Berdasarkan penilaian Poppy Amalya, ia menilai jika tangisan istri Ferdy Sambo ialah tangisan palsu.

Pasalnya, ia mengungkapkan jika Putri Candrawathi menangis bukan mengingat dugaan pemerkosaan yang dilakukan Brigadir J.

Tanpa mengurangi rasa empati kepada para penyintas, Poppy Amalya lantas membeberkan ekspresi korban pemerkosaan.

Menurutnya, seorang korban pemerkosaan biasanya akan gemetar dan menangis saat menceritakan pengalaman dirinya diperkosa.

Namun menurut dia, hal itu tidak terlihat pada rekaman saat Putri Candrawathi menceritakan momen pemerkosaan tersebut.

Putri Candrawathi justru menangis saat menyinggung sikap Polri yang memberikan penghargaan saat pemakaman Brigadir J.

Pada sidang Senin (12/12/2022) di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Putri Candrawathi terlihat menangis di depan hakim.

“Mohon maaf Yang Mulia, mohon izin yang terjadi adalah memang Yosua melakukan kekerasan seksual, pengancaman dan juga penganiayaan dengan membanting saya tiga kali ke bawah. Itu yang benar-benar terjadi.

Kalaupun Polri memberikan pemakaman seperti itu, saya juga tidak tahu.

Mungkin ditanyakan ke Institusi Polri kenapa bisa memberikan penghargaan kepada orang yang sudah melakukan perkosaan dan penganiayaan serta pengancaman kepada saya Ibu Bhayangkari,” ungkap Putri Candrawathi sambil menangis.

Melihat hal itu, Poppy Amalya pun mengungkap ekspresi yang diperlihatkan oleh Putri Candrawathi.

“Pada saat menjelaskan ini beberapa kali menunduk ekspresinya. Memang ini agak jauh, tapi kalau kita close up itu nunduk,” kata Poppy Amalya dilansir dari Youtube tvOneNews

Ia pun mengungkap ekspresi dan gestur yang biasanya diperlihatkan oleh korban pemerkosaan.

Baca juga: Susi Disemprot Hakim Saat Sidang Brigadir J, Suami ART Ferdy Sambo Itu Minta Sang Istri Jujur

“Kalau orang diperkosa itu pasti selain nunduk pasti ngelihat lagi ke atas terus nunduk lagi. Jadi statement yang disampaikan ini bisa jadi pengalaman emosional, bisa jadi asumsi adalah malu,” jelas dia.

Poppy Amalya juga mengatakan bahwa ada kontra indikasi antara pernyataan dan pikirannya.

“Jadi antara dengan yang diucapkan dengan statement dalam pikirannya ini kontra indikasi. Kemungkinan bisa aja pengalaman emosional mengingat pengalaman tersebut, karena punya konektifitas,” tuturnya.

Namun ia mengaku heran dengan tangisan Putri Candrawathi pada persidangan tersebut.

Menurut dia, harusnya Putri Candrawathi menangis saat menceritakan perkosaan, tapi yang terlihat tidak seperti itu.

“Tapi yang herannya menangisnya ini muncul pada saat stamenet kalaupun, karena kepolisian tidak mensupport-nya, karena polisi yang memberikan penghargaan, di situ menangisnya. Justru yang saya lihat harusnya pada saat me-recall memori perkosaan atau dilecehkan itu pasti nangis, biasanya,” kata dia.

“Mungkin nangis, mungkin gemeteran, namanya pengalaman diperkosa atau dilecehkan, itu mau kejadian 10 tahun kek, itu kalau re-call sudah gemeteran loh,” kata Poppy Amalya lagi.

Namun pada Putri Candrawathi, kata dia, tangisan itu baru muncul pada kelimat berikutnya.

Yakni pada saat menjelaskan bahwa kepolisian memberikan penghargaan kepada Brigadir J.

“Menangisnya ini bukan karena kejadian, saya enggak lihat nangisnya di awal, tapi setelah kalaupun baru semuanya nangis. Berarti kesedihannya ini, bahkan sampai gemetar karena Polri itu justru memberikan penghargaan kepada Brigadir J padahal dia dilecehkan,” pungkasnya.

 

Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved