Teror Macan

Muncul Teror Macan di Kuningan, Petugas BKSDA Siap Lakukan Hal Ini

Kemunculan teror macan di kawasan Perhutani di wilayah Kuningan selatan menjadi perhatian dan catatan petugas BKSDA Cirebon

Penulis: Ahmad Ripai | Editor: Mutiara Suci Erlanti
Tangkapan Layar Video
ILUSTRASI Warga Kuningan dihebohkan dengan beredarnya video macan tutul yang tengah naik ke pohon. 

Laporan Kontributor Kuningan, Ahmad Ripai

TRIBUNCIREBON.COM,KUNINGAN - Kemunculan teror macan di kawasan Perhutani di wilayah Kuningan selatan menjadi perhatian dan catatan petugas BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Cirebon.

"Teror Macan di kawasan Perhutani di Kuningan itu tidak mungkin. Sebab, macan atau yang sering disebut Macan Jawa, sejak tahun 1970 an di Indonesia itu dinyatakan punah," kata Ade, petugas BKSDA saat di konfirmasi melalui sambungan selelurnya, Jum'at (13/1/2023).

Ade mengatakan, jika benar terjadi teror hewan jenis kucing besar pada wilayah perhutani di Kuningan, itu biasanya macan kumbang atau macan tutul dengan tipe bulu hitam penuh.

Baca juga: Petani Kopi di Kuningan Berhenti Menggarap Lahan Usai Lihat Macan Sebesar Domba Tangkas

"Ya, untuk kemunculan teror hewan buas jenis kucing besar. Itu biasanya macan kumbang dan macan tutul tipe bulu hitam," katanya.

Ade mengungkap, keberadaan jenis macan kumbang itu memang memiliki habitat di kawasan Perhutani di wilayah Kuningan selatan.

Namun perlu diketahui, bahwa karakter macan itu biasanya memiliki rasa malu dan tidak mungkin ganas saat sama berhadapan dengan warga.

"Perlu diketahui, keberadaan macan di kawasan perbuatan di Kuningan itu memiliki kebiasaan pendiam dan malu - malu. Jadi, tidak mungkin bisa langsung menyerang saat bertemu dengan manusia, pasti keduanya akan berlari dan menyelamatkan diri," katanya.

Ade menjelaskan, jika benar terjadi teror macan di kawasan Perhutani tersebut. BKSDA tentu tidak tinggal diam dan akan memberikan pelayanan terhadap kenyamanan sosial lingkungan sekitar.

Baca juga: Geger Teror Macan di Selajambe, Bupati Kuningan Siap Kerahkan Paguyuban Tukang Moro

"Bentuk pelayanan itu akan diberikan. Ketika ada permohonan secara administratif keluar dari pemerintahan setempat. Kemudian, Jiak memang pernah diketahui warga lain. Kami minta bukti dokumen pada jejak atau tempat yang pernah di singgahi macan tersebut," katanya.

Mengenai kawasan lahan Perhutani sekitar terdapat habitat Kucing besar, Ade mengemukakan, berdasarkan beberapa waktu lalu itu pernah ada laporan dengan kasus sama.

Saat itu juga dilakukan pengamanan lingkungan hingga melakukan penangkapan dengan cara menjebak.

"Pengalaman waktu lalu pernah kita terjun pengamanan lingkungan serta memasang jebakan untuk menangkap macan tersebut. Hal itu, tentu atas laporan warga yang di kuatkan dengan sejumlah bukti, mulai jejak, titik lokasi yang di singgahi, sampai kotorannya pun ada di fotokan," katanya.

Diberitakan sebelumnya, sejumlah petani kopi memilih berhenti melakukan aktivitas dan penggarapan di lahan yang biasa dikelola secara pribadi setelah melihat wujud macan di kawasan lahan Perhutani wilayah Kuningan selatan,

"Kabar petani kopi dan palawija pilih berhenti dan tidak melakukan penggarapan lahan yang dikelolaannya, itu benar dan menimpa pada warga desa kami yang berdomisili di Kampung Ciawi," kata Kepala Desa Selajambe, Didi saat memberikan keterangan kepada TribunCirebon.com, Kamis (12/1/2023).

Didi mengungkap, tidak banyak petani yang terlibat langsung mengelola lahan di Perhutani sebagai penggarap tanaman kopi dan palawija.

Namun, hal ini jelas menjadi dampak dan menjadi pekerjaan rumah pemerintah desa sebagai pelayan masyarakat.

"Ya, dengan adanya petani yang pilih berhenti menggarap lahan pertanian di lahan Perhutani. Tentu menjadi pekerjaan rumah besar bagi kami sebagai penyelenggara pemerintahan. Bayangkan saja, petani biasa mendapat keuntungan dari hasil tanaman yang diolahannya, kini mereka berhenti karena takut ancaman macan tersebut," ujarnya.

Diungkapkan Didi, para petani itu berhenti menggarap lahan setelah melihat langsung sosok macan di beberapa titik bebatuan di lahan perhutani tersebut.

"Jadi menurut petani yang sudah melihat sosok macan saat di lahan garapan. Sekarang dia, seperti ketakutan dan sangat depresi hingga sering menghabiskan waktu di sekitaran tempat tinggalnya saja," katanya.

Sebab, masih kata Didi, saat melihat sosok kucing buas itu postur tubuh macan hampir sebesar domba tangkas ukuran dewasa.

Jumlah macan besar dengan postur besar itu ada sebanyak 4 ekor dan lebih dari 5 anakan macan berada di sekitarnya.

"Kata petani yang cerita ke saya, saat dia melihat macan itu posturnya gede, ukurannya lebih besar dari domba tangkas. Tinggi badannya diatas satu meter dan panjang hampir dua meter, belum termasuk ekornya," ujarnya.

Menyinggung soal pekerja rumah bagi pemerintah, Didi mengungkap, hingga kini belum menyiapkan bentuk pekerjaan apa yang biasa dijadikan pengganti dari kebiasaannya sebagai petani kopi atau palawija.

"Soal pekerjaan rumah bagi kami. Dalam pemberdayaan masih disesuaikan dengan kegiatan sosial di lingkungan. Yang penting mereka bisa bertahan dan bisa menutupi kebutuhan hajat hidup keluarganya," katanya. 

Diberitakan sebelumnya, kemunculan hewan buas liar di kawasan lahan perhutani di Kabupaten Kuningan, sontak menjadi teror sekaligus ancaman bagi sejumlah petani di daerah.

Terutama dengan penampakan kucing besar alias macan yang sempat diketahui sejumlah petani saat beraktivitas di lahan garapan.

"Teror macan atau hewan buas, itu dirasakan oleh sejumlah petani, termasuk warga kami saat beraktivitas di lahan garapan yang berada di kawasan lahan perhutani," kata Didi, Kepala Desa Selajambe, Kecamatan Selajambe saat memberikan keterangan ancaman lingkungan tersebut, Kamis (12/1/2023).

Didi menyebut, ancaman macan yang pencahayaan tubuh cerah dan bermotif belang itu sering menampakkan, dan terjadi di beberapa titik di kawasan lahan Perhutani di  wilayah Kuningan selatan.

"Cerita sering terjadi penampakan macan di titik tertentu. Begini, ketika warga kami (petani) biasa beraktivitas di lahan garapan di pasir (bukit) itu melihat lebih dari satu ekor macan itu seperti bermain," kata Didi.

Lokasi bermain macan itu biasanya, kata Didi mengemuka, bahwa macan punya kebiasaan berkumpul di lahan bebatuan dan lokasi itu menjadi titik kumpul kucing ganas dalam waktu tertentu.

"Lokasi bebatuan itu biasanya di jadikan tempat kenyamanan macan. Ciri bahwa lokasi bebatuan itu paulinan macan, ini bisa terlihat dengan mengkilapnya batu tersebut. Sebab batu itu media saat tubuh macan menggesekkan secara berulang," ujarnya.

Mendalami kasus ancaman lingkungan terhadap sosial masyarakat, Didi mengungkap bahwa teror terjadi itu memiliki banyak alasan sebagai penyebab.

Terlebih dengan tingkah orang tidak bertanggungjawab hingga menimbulkan kerusakan habibat hewan yang berada di lahan perhutani di wilayah Kuningan selatan.

"Memahami kejadian ancaman lingkungan terhadap sosial masyarakat. Ini jelas memiliki beberapa faktor penyebab dan harus mendapat perhatian dari semua lapisan masyarakat," katanya.

Beberapa faktor penyebab teror hewan buas, kata Didi menambahkan, pembuktian ini kuat dugaan akibat kerusakan pada ekosistem atau rantai makan di kawasan lahan perhutani tersebut.

"Salah satu contoh saja, rusa atau kancil yang biasa menjadi santapan macan atau binatang buas pada umumnya.

Kini populasi rusa atau kancil ini sepertinya berkurang, sebab hewan itu sering turun ke permukiman untuk mencari makan. Kajian itu yang terjadi secara alami dan terbukti di lingkungan bisa menjadi dasar," katanya.

Permasalahan sosial lingkungan, kata Didi berharap pemerintah bisa melakukan pendampingan dan perhatian terhadap masyarakat terdampak tersebut.

"Kami hanya masyarakat di perhatikan. Sebab ancaman lingkungan alam dari hewan buas, bukan pertama kali dirasakan warga kami. Seperti pernah sebelumnya, petugas BKSDA sempat turun dan pasang jebakan untuk menangkap macan hingga akhir tak berhasil," katanya. (*) 

 

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved