Teror Macan
Petani Kopi di Kuningan Berhenti Menggarap Lahan Usai Lihat Macan Sebesar Domba Tangkas
Sejumlah petani kopi memilih berhenti melakukan aktivitas dan penggarapan di lahan yang biasa dikelola secara pribadi setelah melihat wujud macan
Penulis: Ahmad Ripai | Editor: Mutiara Suci Erlanti
Laporan Kontributor Kuningan, Ahmad Ripai
TRIBUNCIREBON.COM, KUNINGAN - Sejumlah petani kopi memilih berhenti melakukan aktivitas dan penggarapan di lahan yang biasa dikelola secara pribadi setelah melihat wujud macan di kawasan lahan Perhutani wilayah Kuningan selatan,
"Kabar petani kopi dan palawija pilih berhenti dan tidak melakukan penggarapan lahan yang dikelolaannya, itu benar dan menimpa pada warga desa kami yang berdomisili di Kampung Ciawi," kata Kepala Desa Selajambe, Didi saat memberikan keterangan kepada TribunCirebon.com, Kamis (12/1/2023).
Didi mengungkap, tidak banyak petani yang terlibat langsung mengelola lahan di Perhutani sebagai penggarap tanaman kopi dan palawija.
Namun, hal ini jelas menjadi dampak dan menjadi pekerjaan rumah pemerintah desa sebagai pelayan masyarakat.
"Ya, dengan adanya petani yang pilih berhenti menggarap lahan pertanian di lahan Perhutani. Tentu menjadi pekerjaan rumah besar bagi kami sebagai penyelenggara pemerintahan. Bayangkan saja, petani biasa mendapat keuntungan dari hasil tanaman yang diolahannya, kini mereka berhenti karena takut ancaman macan tersebut," ujarnya.
Diungkapkan Didi, para petani itu berhenti menggarap lahan setelah melihat langsung sosok macan di beberapa titik bebatuan di lahan perhutani tersebut.
"Jadi menurut petani yang sudah melihat sosok macan saat di lahan garapan. Sekarang dia, seperti ketakutan dan sangat depresi hingga sering menghabiskan waktu di sekitaran tempat tinggalnya saja," katanya.
Sebab, masih kata Didi, saat melihat sosok kucing buas itu postur tubuh macan hampir sebesar domba tangkas ukuran dewasa.
Jumlah macan besar dengan postur besar itu ada sebanyak 4 ekor dan lebih dari 5 anakan macan berada di sekitarnya.
"Kata petani yang cerita ke saya, saat dia melihat macan itu posturnya gede, ukurannya lebih besar dari domba tangkas. Tinggi badannya diatas satu meter dan panjang hampir dua meter, belum termasuk ekornya," ujarnya.
Menyinggung soal pekerja rumah bagi pemerintah, Didi mengungkap, hingga kini belum menyiapkan bentuk pekerjaan apa yang biasa dijadikan pengganti dari kebiasaannya sebagai petani kopi atau palawija.
"Soal pekerjaan rumah bagi kami. Dalam pemberdayaan masih disesuaikan dengan kegiatan sosial di lingkungan. Yang penting mereka bisa bertahan dan bisa menutupi kebutuhan hajat hidup keluarganya," katanya.
Baca juga: Macan Teror Warga Kuningan Selatan, Sering Terlihat Bermain di Lahan Bebatuan, Lebih dari Satu
Diberitakan sebelumnya, kemunculan hewan buas liar di kawasan lahan perhutani di Kabupaten Kuningan, sontak menjadi teror sekaligus ancaman bagi sejumlah petani di daerah.