Kisah Abang Pengkian di Tugu 0 Km Indramayu, Puluhan Tahun Setia Tunggu Majikan yang Sewa Jasanya

Kebanyakan masyarakat di Indramayu mengenal para buruh serabutan itu dengan sebutan Abang Pengkian. Keberadaan Abang Pengkian ini pun sudah lama ada

Penulis: Handhika Rahman | Editor: dedy herdiana
Tribuncirebon.com/Handhika Rahman
Para Abang Pengkian saat mangkal di Tugu 0 Kilometer Indramayu di Jalan Letnan Jenderal S Parman Indramayu, Selasa (19/7/2022). 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman

TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Ito (50) adalah salah satu dari puluhan buruh serabutan yang biasa mangkal di tugu 0 kilometer Indramayu di Jalan Letnan Jenderal S Parman Indramayu.

Kebanyakan masyarakat di Indramayu mengenal para buruh serabutan itu dengan sebutan Abang Pengkian. Keberadaan Abang Pengkian ini pun sudah lama ada, sejak puluhan tahun lalu.

Ciri khas sepeda ontel dan perkakas pekerjaan kasar seperti pengki, pacul, arit, golok dan lain sebagainya menjadi ciri khas Ito bersama puluhan Abang Pengkian yang biasa mangkal di sana.

Baca juga: KISAH Suami Berbulan-bulan Rawat Istri yang Sakit di Majalengka, Kerap Menyuapi hingga Memandikan

Mereka biasa manggal dari pukul 07.00 WIB sampai dengan siang hari setiap harinya untuk menunggu majikan yang mau menyewa jasa mereka.

Semua pekerjaan dilakoni Ito dan teman-temannya dengan senang hati, mulai dari mengarit, mengangkut pasir, dan pekerjaan kasar lainnya, apapun mereka lakukan demi mendapat upah untuk dibawa pulang ke rumah.

"Tapi hari ini belum dapat sama sekali," ujar Ito kepada Tribuncirebon.com, Selasa (19/7/2022).

Para Abang Pengkian saat mangkal di Tugu 0 Kilometer Indramayu di Jalan Letnan Jenderal S Parman Indramayu, Selasa (19/7/2022).
Para Abang Pengkian saat mangkal di Tugu 0 Kilometer Indramayu di Jalan Letnan Jenderal S Parman Indramayu, Selasa (19/7/2022). (Tribuncirebon.com/Handhika Rahman)

Pada siang ini, ada tiga Abang Pengkian yang terlihat manggkal di Tugu 0 Kilometer, baik Ito, Didi (55), maupun Awarid (60), ketiganya belum mendapat orderan sama sekali.

Meski demikian, diakui Ito, hal tersebut bukan masalah besar. Lanjut dia, yang terpenting adalah usaha dahulu dan tidak hanya diam bermalas-malasan.

"Bisa pulang dengan selamat itu juga rezeki, disyukuri saja karena tidak ada kerjaan lain," ujar dia.

Ito sendiri menggeluti pekerjaan sebagai Abang Pengkian terhitung sudah lebih 25 tahun lamanya atau sejak usianya masih muda.

Ia mengikuti jejak ayahnya yang dahulu juga merupakan Abang Pengkian di Tugu 0 Kilometer.

Baca juga: Kisah Dani, Pemuda Desa Belawa Cirebon, Bisa Terbitkan 5 Buku di Masa Pandemi Covid-19

Disampaikan Ito, selama menjalani profesi tersebut, hasil yang didapat tidak menentu, tergantung kesepakatan harga yang disepakati dengan penyewa jasa.

Berapa pun hasil yang diterima, kata dia harus disyukuri.

Tidak jarang pula, Ito dan teman-temannya mengaku tidak mendapat orderan pekerjaan sama sekali walau sudah menunggu seharian.

"Kadang misal ada borongan dapat berapa, terus dibagi ada berapa orang, seorang dapat Rp 50 ribu, ya alhamdulillah," ujarnya.

"Gak ada orang yang mau nyewa jasa juga sering, tapi ya gak papa, disyukuri saja," lanjut Ito.

Didi, sesama Abang Pengkian menambahkan, setianya bergelut menjadi Abang Pengkian karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa dilakukan.

Kendati demikian, kata dia, sebagai orang tua, Didi juga berusaha dengan cara menyekolahkan anak agar bisa bernasib lebih baik dari dirinya.

"Alhamdulillah kalau anak saya ada yang sudah lulus sekolah, sekarang sudah kerja di pabrikan," ujar dia.


 

 

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved