Cuaca Terasa Dingin Disebut Karena Muncul Fenomena Aphelion, Ini Kata BMKG Kertajati Majalengka
media sosial diramaikan dengan beredarnya narasi yang mengatakan bahwa cuaca akan terasa dingin disebabkan adanya fenomena Aphelion
Penulis: Eki Yulianto | Editor: Machmud Mubarok
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto
TRIBUNCIREBON.COM, MAJALENGKA - Belakangan ini media sosial diramaikan dengan beredarnya narasi yang mengatakan bahwa cuaca akan terasa dingin pada awal tahun hingga bulan Agustus 2022 mendatang.
Cuaca itu disebabkan adanya fenomena Aphelion.
Aphelion sendiri merupakan kondisi di mana bumi memiliki jarak paling jauh dari Matahari.
Baca juga: Hujan Disertai Angin Kencang dan Petir Diprediksi Bakal Melanda Majalengka, Ini Penjelasan BMKG
Baca juga: Suhu Cuaca di Majalengka Terasa Sangat Panas dari Biasanya Akhir-akhir Ini? Begini Penjelasan BMKG
Namun informasi tersebut dibantah oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kertajati.
BMKG menyebut informasi itu adalah berita bohong.
Prakirawan BMKG Kertajati Majalengka, Ahmad Faa Izyin mengatakan, masyarakat tidak perlu mempercayai informasi dan narasi yang beredar tersebut.
“Untuk itu jaga kondisi kesehatan kita agar tetap sehat dengan keadaan cuaca yang sedemikian rupa. Jangan sampai nanti sebagai dalih untuk corona fase berikutnya.
“Kami pastikan yang beredar tersebut adalah hoak,” ujar Faiz, sapaan akrabnya, Sabtu (4/6/2022).
Menurutnya, tidak benar cuaca dingin yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh fenomena aphelion.
Adapun, cuaca dingin disebabkan oleh periode musim hujan, bukan karena bumi berada di titik terjauh dengan matahari.
“Memang benar bahwa fenomena aphelion terjadi ketika titik bumi berada paling jauh dengan matahari. Hal ini karena bentuk orbit tidak berbentuk bulat sempurna, melainkan elips. Namun, cuaca dingin di beberapa wilayah Indonesia tidak terkait dengan fenomena aphelion. Secara umum wilayah Indonesia berada pada periode musim penghujan dengan masa puncak terjadi pada Februari 2022, sehingga menyebabkan penurunan suhu," ucapnya.
Sementara, dalam narasi yang beredar juga menyebutkan fenomena tersebut diklaim terjadi karena bumi berada sangat jauh dari matahari.
Jarak Bumi ke Matahari perjalanan 5 menit cahaya atau 90.000.000 km.
Fenomena aphelion menjadi 152.000.000 km , 66 % lebih jauh.