Sosok
SOSOK Prof dr MT Zen, Guru Besar Geofisika ITB, Fasih 5 Bahasa Asing, Meninggal Dunia Hari Ini
Guru Besar ITB, Prof MT Zen, meninggal dunia, Selasa (24/5/2022) di Bandung, berikut ini sosoknya
Penulis: Machmud Mubarok | Editor: Machmud Mubarok
Satu hal yang mencemaskan MT Zen adalah kekhawatiran Indonesia menjadi negara yang gagal seperti halnya Somalia dan Dharfur Sudan, dimana orang saling berbunuhan. Tidak ada aturan. "Indonesia bisa menjadi negara yang gagal, jika tidak bisa survive di tengah kultur baru abad 21," ujarnya.
Menurut dia, abad 21 memiliki kultur tersendiri karena segala sesuatunya akan bersifat maya, misalnya, modal maya dan industri maya.
Indonesia menghadapi abad ke-21, dalam pandangan MT Zen tidak bisa ditunda-tunda lagi. Arus globalisasi dengan segala dampaknya terus bergulir. Di sisi lain, Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah internal yang sangat berat, terutama kesalahan dalam pengeloaan lingkungan alam dan kegagalan sumber daya insani.
Di bidang sumber daya insani, misalnya, sistem pendidikan Indonesia gagal menciptakan manusia-manusia berkarakter yaitu yang punya harga diri, kebanggaan diri, berani bertanggung jawab, dan punya etika. Kondisi ini diperparah dengan merebaknya korupsi dengan cara-cara yang tidak konvensional serta dalam jumlah yang sangat besar, bahkan mencapai triliunan.
"Karena itu pemberantasannya pun harus dengan cara-cara yang tidak konvensional. Jika perlu, dengan potong "lehernya" sebagai shock teraphy," kata anggota Akademi Ilmu Pengetahuan New York ini.
Meski Indonesia sudah dalam kondisi parah, MT Zen tetap berkeyakinan Indonesia masih punya masa depan yang cerah. Langkah yang paling utama adalah Indonesia harus dipimpin oleh orang yang berkarakter, punya keberanian mengambil tindakan, punya inisiatif dalam pembangunan serta memiliki visi jauh ke depan. "Kalau tidak, Indonesia akan celaka," ujarnya.
Selain itu, Indonesia juga harus tegas memberantas korupsi serta membenahi sistem pendidikan. Sistem pendidikan yang diimpikannya adalah sistem pendidikan yang memberi makna pada kehidupan, pendidikan yang bisa membebaskan pikiran dari segala ketakutan serta prasangka, serta bisa membentuk manusia yang beretika. Pendidikan, tambahnya, adalah motor penggerak dari transformasi kebudayaan-satu hal yang amat dibutuhkan bangsa ini. Bukan reformasi kebudayaan melainkan transformasi kebudayaan. Transformasi adalah perubahan menyeluruh mulai dari akar-akarnya. Bahasa Jermannya, ein um werten allerwerten. Jadi tata nilai juga harus kita rombak. Itu untuk melahirkan apa yang saya sebut suatu technological cultural. Yang kita tuju itu budaya tapi dasarnya itu technology, untuk melahirkan masyarakat berbasiskan pengetahuan dengan dasar-dasar etika yang kuat tetapi motor penggerak transformasi itu adalah pendidikan. Negara adidaya Berkebalikan dari kondisi di atas yang serba muram, MT Zen menegaskan, Indonesia sebenarnya memiliki semuanya yang dapat membuatnya menjadi bangsa yang besar, negara adidaya. Sayangnya, semua modal positif itu saat ini diurus secara keliru. Dia menyebut wilayah Indonesia sebagai benua maritim-suatu daerah yang sangat istimewa dibandingkan dengan negara-negara lain misalnya dengan Thailand, Malaysia, Laos, atau Kamboja. Terutama yaitu ukuran luasnya yang luar biasa besar. ”Kita juga amat diversified, keanekaragamannya amat tinggi. Kalau kita pintar, kita bijaksana, kita dapat memanfaatkan ini, dan akan merupakan aset. Tapi sebaliknya, jika kita tidak bisa mengelolanya malah itu bisa menjadi masalah. Kita itu Trans-Indonesia multietnik, multikultural, multilinguistik,” ujarnya. Pria yang bercita-cita memiliki hutan di rumahnya ini itu menuturkan, Indonesia bagi dia adalah merupakan laboratorium alami. ”Indonesia sebagai liebenstraum, ruang gerak, ruang bernafas, ruang hidup rakyat kita. Dan dilihat dari segi posisinya, geo politik, geo strategik, sangat-sangat hebat. Bila kita sempurna saja sedikit dengan pertahanan kita, kita betul-betul bisa menguasai South East Asia itu dengan amat mudah. Siapa yang dapat menguasai Asia Tenggara akan dapat dengan mudah menguasai Asia Timur. Itu konsep geopolitik saya.” Untuk menjadi negara adidaya persyaratannya besar. ”Saya menyebut teori the maritime strategic defense. Sebuah inisiatif yang tidak bisa mencontoh dari siapapun, itu harus kita kembangkan sendiri,” ujarnya. Konsep tersebut melibatkan sumber daya alam atau alam lingkungan sebagai modal. Dengan teori dan konsep itu, tegasnya, Indonesia akan mampu menguasai Asia Tenggara bahkan Asia Timur. Saat ini secara kewilayahan, Indonesia berada di tengah-tengah negara-negara adidaya. Di Asia Timur di bagian utara Indonesia terdapat China yang sudah menjadi negara adidaya, India di bagian lebih selatan sedang mengarah menjadi adidaya, dan di selatan Indonesia ada Australia yang merupakan negara Amerika. ”Di tengah itu (baca: Indonesia) ada vakum. Alam tidak suka dengan vakum -menyebabkan ketidakseimbangan. Jadi di tengah itu harus ada negara adidaya. Kita bisa menjadi negara adidaya; dengan resources dan orang-orang kita, dengan kebudayaan kita....”
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "MT Zen, Khawatirkan Negara Gagal", Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2008/06/27/09232248/~Nasional.
Dimasa kecil, penulis sering diceritakan oleh ayah tentang kebangkitan Asia, dan dia mulai menceritakan tentang Dairen dan Port Arthur, koloni Rusia yang direbut oleh Jepang di tahun 1905. Kalimat tersebut merupakan kalimat pertama buku "Membangun Masyarakat dengan Sistem Perekonomian Berbasiskan Pengetahuan" karangan Profesor M. T. Zen yang dibagikan kepada pengunjung pada acara Orasi Ilmiah oleh Guru Besar Emiritus Teknik Geofisika ITB. Hal tersebut kiranya menjadi titik awal yang melatarbelakangi beliau menelaah secara mendasar pendidikan di Indonesia. Acara yang dihadiri oleh para guru besar dan elemen kampus lainnya ini diselenggarakan di Balai Pertemuan Ilmiah ITB, Jumat (24/10). Acara orasi dimulai pukul 14.00 hingga 16.00 yang dibagi menjadi dua sesi, yaitu pemaparan oleh M. T. Zen dan tanggapan pengunjung.
Beliau mengungkapkan industri IT (Information Technology), ICT (Information and Communication Technology), dan software merupakan industri yang paling pesat perkembangannya. Perusahaan tersebut semakin manambah keuntungan dengan melakukan outsourcing, dimana biaya produksi dan biaya jasa dapat ditekan menjadi sangat rendah dan lebih sering daripada tidak, kualitas pekerjaan sekurang-kurangnya sama dengan di negeri asal, bahkan lebih. Pada masa ini, Indonesia, seperti kata beliau, jangan mau kalah. Pada seminar ITB 2005 di BPI, M. T. Zen menyatakan pembentukan software house mutlak diperlukan di Indonesia. Beliau mengkaitkan hal tersebut dengan kebangkitan Asia untuk Indonesia berani tampil. Jepang setelah menyerang pangkalan laut Amerika, Pearl Harbour, luluh lantak dibumihanguskan oleh Amerika tahun 1945. Namun, tahun 1960 Jepang bangkit dan bertahan hingga sekarang sebagai negara maju. Taiwan di tengah ancaman besar China berhasil menduduki peringkat ke-4 dunia dalam nilai produksi industri IT. Banyak lagi contoh yang diberikan oleh penggagas dan pendiri Jurusan Teknik Geofisika ITB ini, antara lain terbangunnya sistem perekonomian pasar terbuka yang cepat dan luas di China dan keberhasilan India memicu pengembangan lembaga-lembaga research dan perguruan-perguruan tinggi pemerintah India serta berhasil "mencuri"pengetahuan dari negara maju.
Kemajuan negara-negara asia tersebut merupakan akibat keberhasilan mereka bertransformasi menuju ke Knowledge Based Economy (KBE). KBE merupakan implementasi Knowledge Society ke kegiatan ekonomi secara riil. Knowledge Society sendiri merupakan istilah yang pertama kali diungkapkan oleh Robert E Lane (1966), dimana semakin bertambahnya relevansi antara masyarakat dengan perkembangan sains dan teknologi. Dalam bukunya, KBE tidak mungkin direduksikan hingga menjadi satu sektor saja, seperti dot.coms, atau sektor IT.
Untuk Indonesia, sedikitnya literatur tentang IT, ICT, dan software yang signifikan menjadi salah satu penghalang menjadikan Indonesia menjadi negara KBE. Tidak meratanya penduduk, menurut penghobi scuba diving ini, bisa dijadikan stimulus untuk berlomba ke arah kemajuan antar propinsi jika ada arahan dari pemerintah. Bussiness Monitor International (BMI) memproyeksikan bahwa pasaran IT di Indonesia di tahun 2012 akan mencapai lima miliar dollar amerika. Berbagai permasalahan yang mendera Indonesia merupakan PR yang sangat berat. Namun, tanda-tanda bahwa masyarakat Indonesia mempunyai hasrat bergerak ke arah KBE merupakan titik-titik terang. Perguruan tinggi dan lembaga-lembaga pendidikan lain harus berinisiatif memperkuat hasrat ini. ITB sebagai pusat teknologi dapat bergerak dengan mengajak universitas lain merintis penggunaan IT, ICT, dan software sebanyak mungkin. ITB dapat memanfaatkan holding company, PT Ganesha ITB, yang diharapkan mampu mempelopori usaha tersebut dengan target perusahaan dan universitas di sekitar Bandung. Teori Triple Helix, dimana pemerintah, perguruan tinggi, dan industri tidak lagi dipisah, bisa menjadi sarana memasyarakatkan KBE ini. Guru besar pada Texas AM University, Houston ini juga memberikan kesimpulan umum, yaitu musuh utama Indonesia berada di dalam kalbunya, seperti ketidakjujuran; Indonesia harus membuka diri dengan masyarakat dunia; Indonesia harus menjadi negara modern berlandaskan etika yang kuat berbasiskan pengetahuan.