Lipsus Pariwisata

2 Tahun Dihantam Pandemi, Bendera Putih Sempat Berkibar, Wisata di Ciayumajakuning Kini Menggeliat

Sejumlah aturan pembatasan diberlakukan agar penyebaran Covid-19 bisa dikendalikan. Dampaknya, jumlah pengunjung wisata di Ciayumajakuning berkurang.

Editor: Machmud Mubarok
TribunCirebon.com/Ahmad Imam Baehaqi
Suasana obyek wisata Taman Air Goa Sunyaragi, Jalan Brigjend Dharsono, Kota Cirebon, Jumat (11/3/2022). 

TRIBUNCIREBON.COM - Wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan, dikenal sebagai Ciayumajakuning dikenal sebagai bagian dari daerah Pantai Utara atau Pantura, khususnya Indramayu dan Cirebon.

Di lima wilayah Pantura ini, pariwisata menjadi primadona. Mulai wisata pantai di Indramauyu, wisata alam di Majalengka, hingga wisata gunung di Kuningan, tersedia semua.  Bahkan wisata reliji juga menjadi salah satu tempat favorit, yaitu makam Sunan Gunung Jati di Cirebon.

Namun pandemi Covid-19 sejak 2020 membuat kunjungan wisatawan merosot drastis. Sejumlah aturan pembatasan diberlakukan agar penyebaran Covid-19 bisa dikendalikan. Dampaknya, jumlah pengunjung berkurang.

Terutama ketika pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), salah satu poin dari kebijakan itu ialah menutup sementara sektor wisata guna mengurangi risiko penularan.

Baca juga: 3 Desa di Perbatasan Kuningan Timur Jadi Sasaran Pengembangan Wisata, Kadis Porapar Bilang Begini

Baca juga: Sandiaga Uno Targetkan 100 Desa Wisata dari Majalengka Ikut ADWI 2022, Ini Tanggapan Pemkab

Para pedagang dan pengelola wisata saat mengibarkan bendera putih di objek wisata Pantai Balongan Indah (Bali) Indramayu, Sabtu (31/7/2021).
Para pedagang dan pengelola wisata saat mengibarkan bendera putih di objek wisata Pantai Balongan Indah (Bali) Indramayu, Sabtu (31/7/2021). (Foto istimewa/Pantai Balongan Indah)

Selama kebijakan itu, semua destinasi wisata pantai di sepanjang 114 kilometer garis pantai Indramayu mematuhi peraturan pemerintah. Pengelola setuju walau harus menanggung risiko terpuruk tidak bisa mendapat pemasukan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, tidak sedikit pelaku usaha mesti berhutang agar dapur rumah bisa tetap mengebul.

Seperti yang terjadi di Pantai Balongan Indah di Kecamatan Balongan, para pedagang dan pengelola objek wisata di sana sempat melakukan aksi pemasangan ratusan bendera putih pada Juli 2021 lalu.

Pengelola Pantai Balongan Indah, Akso Surya Darmawangsa mengakui bahwa pemasangan ratusan bendera putih tersebut sengaja dilakukan dengan maksud mencerminkan keterpurukan yang dialami mereka selama penerapan PPKM.

"Kami tidak memiliki pemasukan, bendera putih ini mengambarkan kami menyerah," ucap Akso, beberapa waktu lalu.
Buntut pemberlakuan PPKM Level 3 yang diperpanjang, berdampak pada berlanjutnya masa penutupan objek wisata di seluruh daerah.

Hal yang sama juga terjadi di Majalengka. Pengelola objek wisata melakukan protes terkait kebijakaan PPKM dengan cara mengibarkan bendera putih sebagai tanda menyerah dan frustrasi.

Seperti dilakukan pengelola objek wisata Bukit Sanghiyang Dora yang berada di Desa Leuwikujang, Kecamatan Leuwimunding, Kabupaten Majalengka yang memasang bendera putih di akses pintu masuk.

Mereka mengibarkan bendera putih sebagai tanda menyerah, menyusul PPKM Level 3 diperpanjang oleh pemerintah.
Ketua Pengelola Bukit Sanghiyang Dora, Ahmad Sodikin mengatakan, sejatinya objek wisata yang dikelolanya itu masih dalam tahap pengembangan.

Namun, dengan terus diperpanjangnya kebijakan pemerintah terkait penutupan objek wisata, hal itu justru mematikan pengembangan tersebut.

Baca juga: Bupati, Kapolres dan Dandim Kuningan Datangi Sejumlah Tempat Wisata, Begini Penjelasan Acep Purnama

Tak hanya dari segi pendapatan, upaya pengenalan wisata yang menawarkan bukit dengan pemandangan menakjubkan itu seakan sia-sia.

"Dasarnya begini, ketika objek wisata yang sedang dalam tahap pengembangan ini dimatikan dengan adanya kebijakan penutupan objek wisata, kita frustasi," ujar Ahmad kepada Tribun di lokasi, beberapa waktu lalu.

Ia mengungkapkan, pihaknya saat ini juga kesulitan untuk membayar upah kepada para karyawan. Bahkan, ada sejumlah karyawannya yang terpaksa mengundurkan diri karena upah yang tak menentu dari pihak pengelola.

"Masalahnya apa, kita punya karyawan, selagi ditutup dan tidak ada pemasukan, menggaji karyawan dari mana. Bahkan, ada beberapa karyawan yang mengundurkan diri dengan makin turunnya pendapatan buntut ditutupnya objek wisata," ucapnya.

Terasering Panyaweuyan berada di Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, yang merupakan kawasan konservasi.
Terasering Panyaweuyan berada di Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, yang merupakan kawasan konservasi. (Istimewa)

Salah satu tempat wisata terkenal di Majalengka, yaitu Terasering Panyaweuyan, terdampak oleh kondisi Pandemi. Padahal, tempat wisata ini baru merasakan peningkatan jumlah wisatawan terbanyak  pada tahun baru 2019 .

Di mana, saat itu virus Corona belum tiba di Indonesia.

"Mulai terasa saat libur lebaran, kebijakan-kebijakan pembatasan kunjungan mulai diluncurkan pemerintah," ujar Mulyadi kepada Tribun, Sabtu (5/3/2022).

Semenjak saat itu, pengelola wisata hanya bisa pasrah dengan seluruh kebijakan yang diterapkan pemerintah.

Termasuk, saat harus menutup selama beberapa waktu akibat lonjakan kasus Covid-19.

"Waktu libur lebaran dan tahun baru 2021 yang paling terasa, di mana kita harus tutup. Padahal momen-momen itu kesempatan pelaku wisata untuk mendapatkan keuntungan dari lonjakan wisatawan," ucapnya.

Menurut Kabid Pemasaran Kepariwisataan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Majalengka, Ria Restiana, penurunan jumlah pengunjung atau wisatawan karena adanya pengetatan mobilitas masyarakat demi mencegah penularan virus Corona.

"Kalau tahun 2021, jumlah kunjungan wisatawan 472.906. Itu diambil dari 38 objek wisata baik alam, buatan dan lainnya. Kenapa hanya 38 wisata? Karena tidak semua wisata dikelola oleh pemerintah." ujar Ria kepada Tribun, Kamis (10/3/2022).

Setahun sebelumnya, lanjut Ria, angkanya lebih turun lagi. Wisatawan hanya 375 ribu. Alhasil target Pendapatan Asli Daerah (PAD) pun tak tercapai.
“Bahkan di triwulan pertama di 2020, jumlahnya hanya 40 ribu dan sebelum pandemi atau tahun 2019, jumlahnya masih banyak, yakni 701 ribu," ucapnya.

Ratusan objek daya tarik wisata di Kuningan juga mengalami penurunan jumlah pelancong selama Pandemi Covid-19 hingga sekarang.

"Jumlah pengunjung sebelum terjadi Pandemi Covid-19 itu ada sekitar 4 juta lebih, total wisatawan yang menghabiskan masa liburan atau berwisata yang berada di Kuningan. Jumlah itu, selama Pandemi Covid-19 mengalami penurunan hampir separo alias sekitar 2 juta pengunjung tercatat," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Pemuda Olahraga Kuningan Toto Toharudin di Hotel Prima Resort, Kuningan Jumat (11/3/2022).

Terpisah Direktur BUMDes Objek Wisata Talaga Biru Cicerem, Iim Ibrahim saat ditemui di lokasi wisata perairan Talaga Biru mengatakan, Pandemi Covid-19 sangat berpengaruh terhadap pendapatan. "Biasanya, pendapatan yang dihasilkan dari Jumlah pengunjung dalam setiap bulannya itu sekitar Rp 60 juta, kini hanya separo dan untuk mengejar nilai separo full saja tidak bisa," ujarnya.

Hal ini, kata Iim Ibrahim akibat penurunan jumlah pengunjung juga. "Ya jelas, kita tidak pernah mendapat kunjungan wisata di Pandemi Covid-19 itu di atas 1 ribu, padahal kuota atau kapasitas wisata kami ini mampu menampung sebanyak 3 ribu orang pengunjung," ujar Iim Ibrahim lagi.

PPKM Berdampak Besar

Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 di Kota Cirebon juga berdampak pada tingkat kunjungan objek wisata Goa Sunyaragi. Kabag Humas Badan Pengelola Taman Air Goa Sunyaragi (BPTAGS) Cirebon Eko Ardi Nugroho, mengatakan, penurunan jumlah pengunjung selama masa PPKM level 4 mencapai hampir 50 persen.

"Jumlah pengunjung selama Januari 2022 mencapai 6552 orang, tapi pada Februari 2022 turun menjadi 3848 orang," ujar Eko Ardi Nugroho saat ditemui di Taman Air Goa Sunyaragi, Jalan Brigjend Dharsono, Kota Cirebon, Jumat (11/3/2022).

Ia mengatakan, sejumlah kebijakan yang diberlakukan selama PPKM level 4 di Kota Cirebon juga turut memberikan andil dalam penurunan jumlah pengunjung Goa Sunyaragi.

Di antaranya, penyekatan jalan pada Senin - Jumat dan penerapan ganjil genap saat akhir pekan di wilayah perbatasan Kota Udang.

"Saat akhir pekan biasanya ada 10 bus yang datang ke Goa Sunyaragi, tapi saat PPKM level 4 hanya ada dua bus," kata Eko Ardi Nugroho.

Eko menyampaikan, selama PPKM level 4 juga tidak sedikit biro perjalanan wisata yang membatalkan kunjungannya ke Goa Sunyaragi setelah mengetahui adanya penyekatan dan ganjil genap di perbatasan Kota Cirebon.

Namun, pihaknya berharap, menurunnya PPKM Kota Cirebon ke level 3 membuat kunjungan wisata ke Goa Sunyaragi kembali meningkat.

Terlebih, pemerintah pusat menghapus syarat PCR dan antigen bagi pelaku perjalanan yang telah menjalani vaksinasi Covid-19 lengkap hingga dosis kedua.
"Kami juga berkomitmen menerapkan protokol kesehatan secara ketat di areal Goa Sunyaragi, dan mudah-mudahan PPKM level 3 ini dapat menggeliatkan dunia pariwisata," ujar Eko Ardi Nugroho.

Optimisme Mulai Muncul
Memasuki 2022, optimisme mulai menyeruak. Pariwisata mulai menggeliat termasuk di wilayah Ciayumajakuning. Jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Majalengka, Jawa Barat mulai meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Peningkatannya sudah mencapai 40 persen dari tahun sebelumnya meski baru di triwulan pertama.

Kabid Pemasaran Kepariwisataan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Majalengka, Ria Restiana mengatakan, jumlah kunjungan wisatawan ke sejumlah objek wisata itu sebanyak 103.565 ribu orang. Jumlah itu tercatat dari bulan Januari, Februari, Maret atau di triwulan pertama.

"Alhamdulillah, meski baru di awal tahun. Jumlah kunjungan wisatawan di Majalengka mulai geliat lagi. Jumlahnya 103.565 ribu. Jumlah itu sudah mendekati jumlah kunjungan wisatawan tahun 2021 di angka 472.906 orang,"

Lebih jauh Ria menuturkan, peningkatan kunjungan wisatawan di awal tahun 2022 ini, membantu dalam mempercepat pemulihan ekonomi daerah akibat dampak pandemi Covid-19.
Dengan bertambahnya jumlah wisatawan tentu ekonomi masyarakat juga terus membaik. Khususnya, bagi para pelaku usaha di sektor wisata dan masyarakat sekitar.

"Kita terus berbenah, kita harapkan sektor wisata kembali menggeliat meski sejumlah event di tahun ini kembali ditiadakan.
"Bagi para pelaku wisata, terus memperhatikan protokol kesehatan, baik kepada pengunjung, juga pelaku usaha, karena pandemi belum berakhir," katanya.

Cara yang dilakukan pengelola Panyaweuyan Majalengka untuk membangkitkan kembali kunjungan wisatawan adalah dengan terus mengedukasi masyarakat terkait penerapan protokol kesehatan di tempat wisata.

"Kita di lokasi, di medsos terus menginformasikan bahwa pandemi Covid-19 belum berakhir. Oleh karena itu, agar sama-sama menjaga lingkungan wisata, kita terus edukasi masyarakat atau pengunjung," jelas dia.

Mangku menjelaskan, di tengah pemberlakuan PPKM Level 3 yang dijalankan di Majalengka, sektor pariwisata masih tetap diperbolehkan buka.

Hanya saja, jika terjadi adanya kasus Covid-19 atau klaster di lokasi wisata, tempat tersebut harus ditutup sementara waktu.

"Oleh karena itu, untuk terus berjalan, wisata kami banyak yang berkunjung, jangan ada yang terpapar. Caranya gimana? Yaitu tadi mengedukasi masyarakat agar tetap menjaga protokol kesehatan. Kalau sakit, ditunda saja dulu liburannya," katanya.

Begitu pula di Kuningan, pemerintah melalui dinasnya, telah menyiapkan dan menjalankan formula sekaligus terobosan dalam mengembangkan sektor wisata di Kuningan.

"Ada tiga pola pengembangan wisata yang kami lakukan. Seperti Punggawa Desa itu kepanjangan pemuda ngawangun desa, Sapari Ku Masagi itu Sapta pesona pariwisata Kuningan masyarakat bersinergi. Tidak hanya itu, program unggulan lainnya itu jumling saboga alias Jum'at keliling sapa warga," katanya.

Menurut Toto saat ini jumlah desa wisata ada sebanyak 45 titik di desa berbeda di Kuningan.

"Tentunya, desa wisata dan wisata desa ini harus dibedakan. Jumlah mendominasi di daerah masih wisata desa dan untuk desa wisata itu berada di Desa Cibuntu dan itu menjadi keterwakilan desa wisata tingkat Jabar untuk nasional," katanya.

Mengenai penjelasan desa wisata, kata Toharudin menyebut bahwa sektor pengembangan itu semata pada wisata saja dan belum merata terhadap lingkungan masyarakat sekitar.

"Misal di desa ada salah satu wisata dan itu belum bersinergi dengan budaya, kearifan lokal dan pengembangan UMKM. Nah, ini berbeda dengan wisata desa yang lebih lengkap diketahui bahwa di lokasi itu satu kesatuan, antara wisata, Kebudayaan, kearifan lokal dan pengembangan UMKM dalam sektor ekonomi meningkat," katanya.

Di sisi lain, pemerintah telah menghapus persyaratan surat keterangan negatif Covid-19 dari hasil pemeriksaan swab test PCR maupun rapid test antigen bagi para pelaku perjalanan.

Asalkan para pelaku perjalanan tersebut telah menjalani vaksinasi Covid-19 lengkap hingga dosis kedua. Namun, mereka tetap diminta mengikuti vaksinasi booster atau dosis ketiga.

Kebijakan itu diberlakukan menyusul rencana pemerintah pusat ditetapkannya pandemi Covid-19 menjadi endemi dalam waktu dekat.

Kabid Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Cirebon, Hanry David, mengaku sangat menyambut baik rencana tersebut.

Bahkan, pihaknya berharap, dihapusnya surat keterangan hasil pemeriksaan swab test PCR maupun rapid test antigen dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kota Cirebon.

"Setelah aturan itu diberlakukan, kami optimistis kunjungan wisatawan ke Kota Cirebon meningkat," kata Hanry David saat dihubungi melalui sambungan teleponnya, Jumat (11/3/2022).

Ia mengatakan, selama dua pekan terakhir Kota Cirebon telah menerapkan PPKM level 4 yang membuat sejumlah fasilitas publik ditutup sementara dan penerapan ganji genap hingga penyekatan jalan perbatasan.

Pihaknya mengakui selama periode tersebut jumlah wisatawan yang biasanya berdatangan ke Kota Udang pada akhir pekan pun menurun.

Namun, saat ini Kota Cirebon menerapkan PPKM level 3 sehingga diharapkan kunjungan wisatanya akan meningkat, terlebih dihapusnya persyaratan PCR dan antigen.

"Mudah-mudahan, ini pertanda baik untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kota Cirebon, karena PPKM level 4 kemarin membuat mereka enggak bisa datang," ujar Hanry David.

David juga optimistis jika kebijakan ganjil genap dan penyekatan di perbatasan Kota Cirebon maka tingkat kunjungan wisata melonjak signifikan.

Sementara Sekda Kota Cirebon, Agus Mulyadi, mengakui beberapa kebijakan yang diterapkan di masa PPKM level 4 akan dievaluasi, karena saat ini telah turun ke level 3. Di antaranya, penutupan fasilitas publik, penerapan ganjil genap dan penyekatan di perbatasan Kota Cirebon, hingga lainnya.

"Tentunya, kebijakan-kebijakan tersebut akan dievaluasi sesuai leveling PPKM, karena sekarang Kota Cirebon turun ke PPKM level 3," kata Agus Mulyadi. (Handhika Rahman/Eki Yulianto/Ahmad Ripai/Ahmad Imam Baehaqi)

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved