Kepala Presiden Putin Dihargai Rp 14 Miliar, Pengusaha Asal Rusia: Dia Penjahat Perang
Pengusaha asal Rusia bernama Alex Konanykhin menghargai kepala presiden Vladimir Putin 1 juta dollar AS atau setara Rp 14 miliar.
TRIBUNCIREBON.COM - Seorang pengusaha asal Rusia bernama Alex Konanykhin menghargai kepala presiden Vladimir Putin 1 juta dollar AS atau setara Rp 14 miliar.
Simak profil Alex Konanykhin, pengusaha Rusia yang menawarkan harga 1 juta USD atau sekitar Rp14,4 miliar untuk kepala Presiden Vladimir Putin.
Lewat unggahan di LinkedIn-nya, Konanykhin memberikan penawaran tersebut pada pihak berwenang agar menangkap Putin sebagai bentuk bantuan untuk Ukraina, menyusul invasi Moskow yang masih berlangsung.
"Saya berjanji untuk membayar 1.000.000 USD kepada petugas yang sesuai tugas konstitusional mereka, menangkap Putin sebagai penjahat perang di bawah hukum Rusia dan internasional," tulisnya, sebagaimana diberitakan Independent.
"Putin bukan Presiden Rusia karena ia berkuasa dari hasil operasi khusus meledakkan gedung-gedung apartemen di Rusia, kemudian melanggar konstitusi dengan menghilangkan pemilihan umum yang bebas, dan membunuh lawan-lawannya."
Di unggahannya, Konanykhin juga menyertakan foto Putin dan menuliskan judul, "Dicari: Mati atau hidup. Vladimir Putin atas pembunuhan massal."
Baca juga: Bukain Ukraina, Negara Ini Ketakutan Setengah Mati Bakal Hancur Jika Putin Luncurkan Rudal Nuklir

Profil Alex Konanykhin
Alex Konanykhin lahir di Ostashkov pada 25 September 1966.
Menurut akun LinkedIn-nya, Konanykhin adalah kreator sekaligus Produser Eksekutif acara Unicorn Hunters.
Ia merupakan lulusan Sekolah Bisnis Universitas Standford.
Mantan bankir ini sekarang berprofesi sebagai pengusaha.
Konanykhin memulai kariernya dengan mendirikan bank swasta di Rusia menjelang akhir pemerintahan komunis.
Di tahun 1991, ia mendirikan Bank Pertukaran Rusia, lalu menjadi Presidennya.
Bank tersebut menjadi lembaga pertama yang menerima lisensi perdagangan mata uang dari pemerintah Yeltsin.
Pada 1992, Konanykhin adalah satu diantara delegasi untuk menemani Yeltsin ke Washington DC, bertemu Presiden AS George H W Bush, dan ke Kanada bertemu Perdana Menteri Brian Mulroney.
Kala itu, Richard Sakwa menobatkan Konanykhin sebagai orang terkaya di Rusia dengan kekayaan bersih mencapai 300 juta USD.
Hingga saat ini, ia sudah mengembangkan sekitar 100 perusahaan berbeda di Rusia, menurut Wikipedia.
Sebagai pengusaha, Konanykhin aktif menjadi kontributor bagi media bisnis seperti Forbes dan Entrepreneur.
Berdasarkan catatan Forbes, ia adalah CEO dari TransparentBusiness, sebuah perusahaan yang mengembangkan teknologi untuk mengurangi korupsi dalam pengadaan layanan publik terkait Teknologi Informasi.
Dikutip dari Independent, Konanykhin punya sejarah yang rumit dengan pemerintah Rusia.
Di tahun 1992, ia membelot ke AS dan menjadi orang pertama yang diberikan suaka politik di Amerika Serikat karena menentang korupsi di Rusia pasca-Soviet.
Pada 1996, ia pernah ditangkap saat tinggal di AS, usai pihak berwenang Rusia mengklaim dirinya menggelapkan 8 juta USD dari Russian Exchange Bank.
Agen FBI bersaksi bahwa mafia Rusia telah membuat kontrak dengan Konanykhin, dan kasus itu diselesaikan dan ia diberikan suaka politik.
Suakanya dicabut beberapa tahun kemudian, tetapi deportasi Konanykhin akhirnya dibatalkan oleh Hakim Distrik AS, T S Ellis, yang menolaknya, dan mengatakan bahwa keputusan untuk mengembalikannya ke Moskow "tak disukai".
Baca juga: Hadiah 1 Juta USD untuk Kepala Putin, Pengusaha Rusia Alex Konanykhin: Dicari Hidup atau Mati
Siaran Media Rusia Diblokir Buntut Invasi ke Ukraina
Setelah disanksi ekonomi melalui pemblokiran akses pada layanan SWIFT, kini negara beruang merah kembali diancam Uni Eropa dengan melarang penayangan RT News dan Sputnik di wilayah Eropa.
Sebagai informasi, RT News dan Sputnik News merupakan media informasi berbasis aplikasi televisi yang dikendalikan pemerintah Rusia.
Sanksi yang dilayangkan UE tersebut, mulai berlaku pada Rabu (2/3/2022) kemarin.
Larangan ini dilayangkan UE setelah platform berbagi video, YouTube serta TikTok memblokir aksesnya untuk layanan RT dan Sputnik.
Bahkan data Ruters yang dikutip The Free Press Journal, Google pada hari Selasa kemarin ikut menghapus aplikasi Russia Today (RT) dan Sputnik dari toko playstorenya.
Menyusul media social lainnya, Facebook, Instagram, dan Twitter diketahui juga turut membatasi penayangan tautan yang menandai media pemerintah Rusia tersebut.
Selain bentuk protes Eropa terhadap aksi invasi Rusia, aturan ini juga diterapkan untuk membatasi aksi propaganda yang dilakukan Rusia melalui saluran medianya.
“Russia Today dan Sputnik, serta anak perusahaan mereka, tidak akan lagi dapat menyebarkan kebohongan mereka untuk membenarkan perang Putin dan menabur perpecahan di serikat kita,” ujar Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen.
Leyen menambahkan, jika nantinya layanan ini tak kunjung ditutup maka dikhawatirkan pemerintah Rusia akan memanipulasi informasi sehingga menciptakan adanya disinformasi sistematis.
Hal ini tentunya dapat mengancam ketertiban dan keamanan masyarakat Uni Eropa di akun sosial medianya.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Selain Disanksi Ekonomi, Kini Siaran Media Pemerintahan Rusia Ikut Diblokir Uni Eropa
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Namira Yunia Lestanti)