Penyebab Kematian Si Abah Macan Tutul Penguasa Gunung Sawal Terungkap, Begini Kata BKSDA Ciamis
Akhirnya penyebab kematian Si Abah macan tutul (Phantera pardus) penguasa Gunung Sawal yang ditemukan sudah jadi kerangka, terungkap.
TRIBUNCIREBON.COM,CIAMIS – Akhirnya penyebab kematian Si Abah macan tutul (Phantera pardus) penguasa Gunung Sawal yang ditemukan sudah jadi kerangka, terungkap.
Penyebab kematian Si Abah macan tutul penguasa Gunung Sawal itu dijelaskan langsung olehKepala Bidang BKSDA Wilayah III Jabar di Ciamis, Andi Witria S.Hut MSc kepada Tribun Rabu (9/2/2022).
“Sewaktu ditemukan kerangkanya relatif utuh. Nyaris tidak ada yang hilang. Tidak ada bekas kekerasan di tubuhnya. Di yakini si Abah mati secara alami,” ujar Andi.
Si Abah, menurut Andi, diyakini mati secara alami, karena usia sudah tua (14 tahun) dan sudah tidak punya kelengkapan gigi untuk berburu.

Baca juga: Si Abah Macan Tutul Penguasa Gunung Sawal Ciamis Ditemukan Tinggal Tulang, Ini Diduga Penyebabnya
Bangkai Si Abah yang sudah menjadi kerangka tersebut ditemukan oleh warga di hutan rakyat daerah Cipaku Girang Jalatrang Cipaku, Jumat (4/2) lalu.
Pertama kali ditemukan oleh Mang Endar, warga setempat yang sedang mencari kayu bakar di hutan rakyat tersebut. Sewaktu pulang dari mencarikayu bakar.
Mang Endar melihat ada tengkorak dan tulang belulang.
Awalnya disangka bangkai domba, tapi yang bersangkutan curiga karena ada taringnya.

Sebagai warga yang tinggal di sisi hutan Gunung Sawal, Mang Endar yakin itu adalah bangkai macan.
Yang bersangkutan menginformasikanya ke rekannya yang bertugas di Disbudpora Ciamis. Sehingga informasi tersebut secepatnya sampai ke petugas BKSDA.
Tanpa menunggu waktu, hari itu juga petugas BKSDA resort XX Gunung Sawal mendatangi lokasi dan mengevakuasi bangkai macan yang diyakini sebagai Si Abah macan tutul tersebut.
“Kerangkanya cukup lengkap hampir mencapai 80%. Mungkin karena cuaca lembab bangkai macan yang diyakini si Abah tersebut mengalami pembusukan secara sempurna. Mulai dari pembusukan daging, pembusukan kulit dan terakhir pembusukan bulu. Sehingga tinggal kerangka,” katanya.
Kerangka binatang buas tersebut teridentifikasi sebagai Si Abah dari taring bawah bagian kirinya patah. Grahamnya juga sudah tidak utuh, gigi serinya gingsul.
“Dari identifikasi morfopologi tersebut, diyakini bahwa kerangka itu adalah si Abah,” ujar Andi Witria.
Dan kerangka si Abah tersebut kini sudah disimpan di BKSDA Wilayah III Jabar di Ciamis untuk proses pengawet dengan bantuan dari Lab Zoologi Unsil Tasikmalaya.