Menengok Dodol Cina Legendaris Khas Majalengka, Selalu Laris Saat Imlek Datang

Dodol Cina produk Iim ini, telah menyebar ke berbagai daerah dan kota, tidak melulu  di Majalengka.

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Machmud Mubarok
TribunCirebon.com/Eki Yulianto
Iim Gunardi, produsen Dodol Cina di Majalengka, menunjukkan produk Dodol Cina buatannya. 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto

TRIBUNCIREBON.COM, MAJALENGKA - Momen menjelang Imlek, bagi sebagian kalangan identik dengan salah satu jenis kue.

Ya, Dodol Keranjang atau dikenal juga dengan Dodol Cina adalah kuliner jenis kudapan yang muncul setiap kali perayaan Imlek atau Tahun Baru Cina.

Di Majalengka, ada produsen Dodol Cina yang telah jadi makanan legendaris.

Iim Gunardi (60), warga RT 8 RW 4, Blok Omas, Desa Liangjulang, Kecamatan Kadipaten adalah pelaku usaha Dodol Cina yang sudah produksi sejak 1970-an silam.

Baca juga: Jelang Imlek, Perajin Dodol Cina di Majalengka Kebanjiran Orderan, Pemesan Banyak dari Bandung

Baca juga: Omzetnya Puluhan Juta, Ibang Sebut Setiap Tahunnya Penjualan Dodol Cina Alami Peningkatan

Dodol Cina produk Iim ini, telah menyebar ke berbagai daerah dan kota, tidak melulu  di Majalengka.

Bandung dan Tangerang adalah dua kota besar yang sudah menjadi pasar dari Dodol Cina Iim itu.

Sebagai produsen legend, di tengah kehidupan modern, Iim tetap menjaga nilai-nilai lokalitas Dodol buatannya.

Jika Dodol di pasaran dikemas dengan menggunakan plastik, kudapan buatan Iim ini tetap menggunakan Daun Pisang, tepatnya jenis Pisang Klutuk.

Dodol buatan Iim sendiri terbilang istimewa.

Pasalnya, aktivitas membuat kue itu hanya dilakukan pada saat menjelang Imlek, dan hanya jenis Dodol Cina.

Selama 1 bulan itu, Iim menghabiskan beras ketan sekitar 5 ton.

"Khusus menjelang Imlek saja, 1 bulan sebelum Imlek. Selain itu mah, nggak bikin kue," ujar Iim saat berbincang dengan media, Kamis (27/1/2022).

Dodol Cina khas Majalengka yang dibuat hanya saat Imlek.
Dodol Cina khas Majalengka yang dibuat hanya saat Imlek. (TribunCirebon.com/Eki Yulianto)

Dalam perjalanannya, permintaan Dodol buatan Iim mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.

Semakin berkurangnya produsen Dodol, membuat kudapan Iim itu semakin banyak diminati oleh banyak kalangan, termasuk dari luar daerah.

Saat ini, jelas dia, di Kecamatan Kadipaten hanya dia yang masih membuat Dodol musiman itu.

"Dulu mah banyak yang bikin, tapi sekarang tinggal saya aja yang bikin," ucapnya.

Selain legend karena sudah berjalan sejak 1970-an lalu, kualitas juga menjadi salah satu Dodol Cina buatan Iim banyak peminat.

Beras Ketan dan Gula menjadi bahan baku pembuatan Dodol musim Imlek itu.

"Ini tanpa bahan pengawet. Semakin lama, semakin enak. Asal disimpan di tempat yang ada udara," jelas dia.

Iim mengaku, sampai saat ini tidak bisa memenuhi jumlah permintaan.

Padahal, jelas dia, permintaan, termasuk dari luar daerah, cukup tinggi.

Namun, ada hal yang membuat dia tidak bisa memenuhi permintaan itu.

"Permintaan mah banyak, tapi kami nggak mampu memenuhi. Tempatnya kurang," katanya.

Untuk ukuran sendiri, Iim lebih memfokuskan ukuran kecil.

Namun, pada umumnya pembelian lebih banyak 1 kilo.

"Satu kilo itu isi 3 biji. Tapi kadang ada juga yang pesan dengan ukuran tertentu," ujarnya.

Sementara, proses pembuatan Dodol Cina sendiri memerlukan waktu yang lama.

Proses mengadon adalah tahapan yang paling lama memerlukan waktu.

Setelah proses membuat adonan, bahan Dodol tidak langsung dimasak, melainkan harus didiamkan sekitar 1 pekan. 

Hal itu agar nantinya Dodol terasa lembut. 

Proses memasak sendiri, membutuhkan waktu sekitar 12 jam, untuk bahan sebanyak setengah kuintal.

"Setelah selesai memasak, langsung dikemas dan dibiarkan adem. Kalau saya, dikipasin," ucap Iim. 

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved