Cerita Pria Pengantar PSK di Semarang Tidak Patok Tarif Harga, Malah Rela Tidak Dibayar dengan Uang

Pria yang mengaku bernama Gareng ini rela menjadi pengantar wanita Pekerja Seks Komersial (PSK) setiap malam.

Editor: dedy herdiana
Tribunjabar.id/Tiah SM
Ilustrasi: PSK 

TRIBUNCIREBON.COM, SEMARANG - Rasa kemanusiaan dari sosok pria di Semarang ini memang jarang ditemukan di tengah masyarakat.

Pria yang mengaku bernama Gareng ini rela menjadi pengantar wanita Pekerja Seks Komersial (PSK) setiap malam.

Sebagai pengantar wanita PSK, dia tidak mematok tarif harga dalam setiap memberikan jasa antarnya, malah ia pun rela jika si PSK wanita itu tidak membayarnya dengan uang.

Gareng merupakan pria yang belum genap 25 tahun asal Kota Semarang, Jawa Tengah, yang selalu menemani wanita panggilan atau sering disebut oleh kaum milenial gadis BO, menemui tamunya.

Gareng layaknya anak kekinian pada umumnya yang memiliki banyak jaringan dan teman.

Meski demikian, Gareng punya pengalaman yang mungkin tak pernah dialami pemuda sebayanya. 

Jika pemuda lainya menghabiskan sepertiga malam dengan bermain game ataupun istirahat, Gareng justru menyusuri jalan perkotaan.

Layaknya driver ojek online namun pelanggan yang sering ia antar adalah wanita panggilan atau sering disebut oleh kaum milenial gadis BO.

Baca juga: Pengakuan Seorang PSK Janda Muda yang Ingin Kembai Hidup Normal Tapi Terhambat Karena Ini

Baca juga: Terungkap! 500 PSK Berada di Kawasan Wisata Puncak, Tersebar Mulai Ciawi Hingga Cisarua

Gareng bercerita banyak mengenai kegiatan yang acap kali ia lakoni jasa pengantar wanita PSK.

Menurut Gareng, bukan karena cuan atau untuk mendapatkan uang, ia melakukan kegiatan tersebut karena memiliki kedekatan.

Ilustrasi PSK
Ilustrasi PSK (ISTIMEWA)

“Sebenarnya bukan untuk mendapatkan cuan juga, karena saya tidak pernah mematok tarif saat diminta mengantar wanita-wanita itu,” ucap Gareng kepada Tribunjateng.com, Kamis (12/11/2021) dini hari.

Sebagai pengantar wanita PSK, Gareng mengatakan karena memiliki kedekatan dengan beberapa wanita panggilan membuatnya mau mengantar dan menjemput mereka.

“Sudah seperti teman sendiri, ada yang sudah lama kenal juga,” katanya.

Kondisi para wanita panggilan dan cerita yang sering Gareng dengar langsung dari wanita-wanita tersebut, membuat Gareng tergugah.

“Sebenarnya mereka kasihan, karena kondisi ekonomi. Bahkan ada yang ditinggal lari suaminya saat hamil dan kini harus jadi tulang punggung keluarga,” terang Gareng.

Baca juga: Anggota Satpol PP Pakai Jasa PSK Sebelum Razia, Wali Kota Tangerang Serahkan ke Inspektorat

Berawal dari pengalamannya yang sering jadi teman sharing, Gareng menuturkan hanya ingin membantu wanita-wanita tersebut.

“Saya hanya membantu mengantarkan dan tak mau menerima uang dari mereka.

Tak jarang mereka memaksa agar saya menerima uang usai mengantar atau menjemput, tapi tetap saya tolak.

Mentok-mentoknya mereka memberi rokok,” jelasnya.

Ilustrasi
Ilustrasi (soofashionating)

Di tengah perbincangan, Gareng berapi-api kala melihat cercaan yang dilontarkan masyarakat melalui media sosial mengenai wanita-wanita malam.

“Jangan hanya mengomentari negatif apalagi pakai dalil kalau belum tahu betul kondisi wanita-wanita tersebut.

Kalau berani komentar pedas berani juga memberi pekerjaan ke mereka agar mereka lepas dari dunia hitam,” ucapnya.

Menurutnya, jika ada pilihan lebih baik wanita-wanita tersebut juga tak mau melakoni pekerjaan yang penuh resiko itu.

“Kalau ada pilihan lain pastinya mereka tidak terjun ke pekerjaan penuh resiko seperti itu.

Baca juga: Curhat Pengalaman Pahit Perias Pengantin Jadi PSK: Begitu Tahu Saya Waria Langsung Cancel

Beberapa yang saya antar juga mengatakan hal serupa, namun mereka terpaksa, ada anak dan keluarga yang harus makan setiap hari,” terang Gareng yang sudah mengantar para wanita panggilan sejak ia duduk di bangku SMA itu.

Dilanjutkan Gareng, beberapa orang yang ia antar mengaku was-was bahkan di antaranya takut ketika hendak menemui pelanggannya.

“Mereka sangat rentan dan bisa jadi korban kekerasan ataupun kriminalitas, karena pelanggannya tak jarang jarang dalam kondisi mabuk,” katanya.

Di penghujung perbincangan, ia menambahkan harus ada penangan serius untuk mengentaskan wanita-wanita tersebut.

“Sekarang cari pekerjaan sulit, mereka juga rata-rata tak berijazah tinggi sementara anak dan keluarga butuh makan, kalau masih ada suami yang menghidupi masih lumayan, padahal banyak juga yang ditinggal lelakinya.

Ilustrasi PSK
Ilustrasi PSK (Net)

"Harusnya pemerintah membuat program yang lebih fokus ke mereka jangan hanya musiman, masyarakat juga ikut membantu jangan hanya memberi komentar miring, mereka sama seperti kita sama-sama manusia, yang dihadapkan dengan kondisi serba sulit.

"Kalau sama-sama saling membantu untuk membuka peluang lebih baik saya yakin mereka akan terentaskan,” ujarnya. (*)

Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Pangakuan Gareng Tukang Antar Jemput Gadis BO: Mereka Sering Was-was Mau Ketemu Tamu

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Kisah Gareng, Rela Jadi Tukang Antar Jemput PSK & Tak Mau Dibayar:Mereka Terpaksa karena Harus Makan, https://jakarta.tribunnews.com/2021/11/13/kisah-gareng-rela-jadi-tukang-antar-jemput-psk-tanpa-mau-dibayarmereka-terpaksa-karena-harus-makan?page=all.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved