Mobil Penelitian Kebumian Vibroseis Sita Perhatian Warga dan Pengendara di Kuningan

saat beraktivitasnya mobil tersebut, sejumlah petugas dari TNI - Polri pun larut dalam pengamanan lingkungan setempat.

Penulis: Ahmad Ripai | Editor: Machmud Mubarok
TribunCirebon.com/Ahmad Ripai
Aktivitas mobil truk Vibroseis di sekitar kawasan Rumah Sakit Linggajati atau di Desa Bandorasa Wetan, Kecamatan Cilimus, Kuningan Jawa Barat, menarik perhatian warga, Senin (8/11/2021). 

"Ya untuk pengoperasian kendaraan Truck Vibroseis di sekitar Kecamatan Cigugur, ada 15 rumah rusak ringan dan kami sudah ganti. Pergantian bangunan rusak itu sudah dan itu karena genteng merosot," ungkap Erwan Cahya Dewa, Humas Kegiatan Mobil Truk Vibroseis yang beroperasi di wilayah Kuningan, saat memberikan keterangan kepada wartawan di salah satu Warung di Kecamatan Kramatmulya, Kuningan, Jum'at (5/11/2021).

Erwan mengatakan, kehadiran mobil Vibroseis di Kuningan itu melibatkan beberapa daerah yang menjadi sasaran penelitian di sebanyak 12 kecamatan di bawah kaki Gunung Ciremai.

"Kita hadir sekadar melakukan penelitian kebumian yang melibatkan beberapa desa di 12 Kecamatan. Pelaksanaan kegiatan atau hasilnya itu akan diserahkan kepada pemerintah, Karena pelaksanaan kegiatan ini dibawah naungan Kementerian ESDM," ujarnya.

Baca juga: Jadi Lokasi Peledakan Bom The Mother of Satan, Gunung Ciremai Masih Dibuka untuk Pendakian

Baca juga: Kondisi Raja Gunung Ciremai, Macan Tutul Bernama Slamet Ramadhan Dipantau Lewat Kamera Pengintai

Teknik pelaksanaan kegiatan penelitian kebumian itu hanya memperlihatkan struktur berbatuan saja. "Jadi yang saya tekankan di sini kita memang bukan kegiatan Geotermal. Ulasan kegiatan, kami ini ramah artinya kegiatan cuman lewat saja dengan menggunakan Vibroseis yang ada di lihat lokasi-lokasi," katanya.

Mengenai pelaksanaan kegiatan juga dari pemerintah dan sudah mengantongi izin dari Bupati, juga sebelumnya sudah dilakukan sosialisasi baik di kecamatan maupun di desa.

"Kegiatan kita cepat, mobil vibro ini geraknya cepat artinya satu hari ini bisa empat sampai lima desa terlewati. Dalam prakteknya di analogikan itu ketika ingin  melihat istri sedang hamil itu kan untuk mengetahuinya dilakukan USG. Nah, anak kita laki-laki atau perempuan, dan kita cuman lewat doang," katanya.

Studi untuk penelitian di Kuningan berdasarkan estimasi ada sekitar 12 Kecamatan yang meliput Kecamatan Kuningan, Cigugur, Darma, Kadugede, Nusaherang, Jalaksana, Cilimus, Kramatmulya, wilayah kaki Gunung.

"Untuk daerah Kecamatan dalam penelitian ini, Kecamatan Darma, Kadugede dan sebagainya. Kenapa di kaki Gunung, kita melihat potensi longsor atau apa. Kita mencegah, di Gunung itu banyak tebing-tebing. Pergerakan itu bisa satu hari dua kilo, artinya jalannya bergeser 40 kg.

Ini tidak ada kaitannya dengan Geotermal, ini bukan dan kita cuman lewat saja. Kita dari Kawali (Ciamis), kita tidak ada hubungannya dengan pertanian dan kita hanya menjalankan tugas dari pemerintah pusat untuk melakukan ini dan data ini kita akan cepat ngambilnya dari jalan saja," katanya.

Tujuan penelitian ini, untuk melihat batuan-batuan itu, di sini untuk kekuatan dijalan bagaimana kekerasannya , di bawah kaki gunung itu kadang mudah longsor. kemudian kandungan airnya serta potensi-potensi lainnya. (*)

Sumber: Tribun Cirebon
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved