Membumikan Budidaya Teripang Pasir Berbasis IMTA di Pesisir Pantura Jabar, Punya Harga Jual Tinggi

Sebagai negara maritim, Indonesia terkenal dengan kekayaan baharinya. Ada banyak biota laut yang hidup di sepanjang perairan Indonesia.

Penulis: Handhika Rahman | Editor: dedy herdiana
Tribuncirebon.com/Handhika Rahman
Petambak saat menunjukan teripang pasir hasil budidayanya di Desa/Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Minggu (31/10/2021). 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman

TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Sebagai negara maritim, Indonesia terkenal dengan kekayaan baharinya. Ada banyak biota laut yang hidup di sepanjang perairan Indonesia.

Salah satu yang menjadi primadona adalah teripang atau yang lebih dikenal dengan sebutan timun laut. Istilah tersebut diberikan untuk hewan invertebrata Holothuroidea yang dapat dimakan.

Belakangan ini, budidaya teripang menjamur di sejumlah wilayah di Indonesia, terutama di daerah pesisir.

Kendati demikian, teripang rupanya masih asing di Kabupaten Indramayu, pamornya kalah terkenal dengan budidaya udang vename dan ikan bandeng.

Namun siapa sangka, hewan yang masuk dalam filum Echinodermata ini ternyata memiliki kandungan gizi dan nilai ekonomis yang tinggi.

Di Kabupaten Indramayu sendiri, hanya terdapat satu kelompok petambak saja yang eksis membudidayakan biota laut tersebut, lokasinya berada di Desa/Kecamatan Balongan.

Para petambak di sana membudidayakan Teripang Pasir (Holothuria scabra) di empang seluas 1.657 m² sejak tahun 2020.

Pagi itu, Wati (53) tampak sibuk menyortir satu per satu teripang yang ada di dalam keramba di empang budidaya.

Teripang Pasir yang ukurannya masih kecil, ia pindahkan ke keramba yang lebih luas dengan ukuran 2x3 meter.

Sedangkan teripang yang sudah lumayan besar, dipindahkan ke keramba yang lebih kecil berukuran 2x1 meter.

Wati (53) petambak budidaya teripang pasir di Desa/Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Minggu (31/10/2021).
Wati (53) petambak budidaya teripang pasir di Desa/Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Minggu (31/10/2021). (Tribuncirebon.com/Handhika Rahman)

"Karena kalau di keramba yang lebih besar, pertumbuhan teripang bisa lebih cepat," ujar Wati, Sabtu (30/10/2021).

Wati sendiri merupakan satu dari 8 petambak budidaya Tripang Pasir yang tergabung dalam Kelompok Tani Kesambi Barokah di Desa Balongan.

Ia sempat tidak menyangka, empang miliknya yang sebelumnya digunakan untuk budidaya udang vename (Litopenaeus vannamei), sekarang bertransportasi menjadi tempat budidaya teripang pasir, komoditas yang masih asing baginya.

Saat pandemi sekarang, usaha apapun yang bisa menghasilkan pendapatan lebih akan Wati lakukan untuk tetap bertahan di zaman yang tidak mudah ini.

Di tahun 2020, saat gelombang Covid-19 sedang mengganas dan sektor ekonomi melemah, Wati mengaku seperti mendapat angin segar.

Ia ditawari PT Kilang Pertamina Internasional Unit Balongan untuk membudidayakan teripang.

Harga jual tinggi hingga mencapai Rp 1 juta per kilogram untuk teripang kering dan Rp 500 ribu per kilogram untuk teripang basah membuatnya tertarik membudidayakan biota laut yang biasa hidup di dasar substrat pasir tersebut.

PT Kilang Pertamina Internasional Unit Balongan juga memberikan sejumlah bantuan sebagai penunjang budidaya.

"Saat itu dikasih bibit, ada 1.000 teripang yang didatangkan dari Bali, terus dikasih juga pembinaan bagaimana cara membudidayakannya," ujar dia.

Sempat Gagal dan Bangkit Kembali

Budidaya Teripang Pasir rupanya bukan hal yang mudah dilakukan, biota laut yang satu ini sangat sensitif terhadap perubahan cuaca.

Di tahun pertama budidaya, para petambak teripang harus menelan pil pahit, semua teripang pasir yang mereka budidayakan semuanya mati.

Teripang-teripang itu menggelembung dan perutnya pecah, dari dalam perut teripang itu juga keluar cairan kekuningan.

"Mati semua, padahal usianya sudah 3 bulan jalan, 3 bulan lagi siap panen," ujar dia.

Masih disampaikan Wati, matinya semua teripang karena cuaca ekstrem, selama 3 hari berturut-turut wilayah setempat diguyur hujan deras pada Februari 2021 kemarin.

Air hujan diketahui merusak salinitas atau kadar garam di empang, termasuk pH air hingga membuat semua teripang mati.

Untuk budidaya teripang pasir sendiri, kadar garam perairan atau tingkat salinitas harus dijaga dalam rentang 20-45 ppt, kisaran 30-34 ppt adalah yang paling optimal dalam mempercepat pertumbuhan.

Oleh karena itu, petambak di Desa Balongan harus rutin mengecek kadar garam, suhu, hingga pH air agar selalu terjaga, mereka menggunakan alat bernama Water quality meter.

"Waktu itu karena hujan jadi kadar garamnya turun drastis, belum sempat ditambah air laut lagi," ujar dia.

Tidak patah arang, kegagalan tersebut rupanya tidak mematahkan semangat para petambak dan justru sebaliknya.

Pada Mei 2021, para petambak kembali mencoba peruntungan, mereka menebar lagi bibit teripang pasir sebanyak seribu ekor yang didatangkan dari Bali.

Kini, teripang tersebut sudah berusia 5 bulan dan sekitar 1 bulan lagi siap dipanen saat bobotnya sudah berkisar 250 gram.

"Sebenarnya, beberapa sudah ada yang bisa dipanen, ada sebagian yang beratnya sudah sampai 300 gram," ucap dia.

Bangun Kolam Karantina Untuk Tempat Evakuasi Darurat

Kolam evakuasi teripang pasir jika dalam kondisi darurat seperti cuaca ekstrem di Desa/Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Minggu (31/10/2021).
Kolam evakuasi teripang pasir jika dalam kondisi darurat seperti cuaca ekstrem di Desa/Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Minggu (31/10/2021). (Tribuncirebon.com/Handhika Rahman)

Community Development Officer PT Kilang Pertamina Internasional Unit Balongan, Astri Widayati mengatakan, kolam evakuasi ini sengaja dibuat untuk kondisi darurat pada Juni 2021 kemarin.

Kolam evakuasi itu memiliki ukuran 4x8 meter, di atasnya dilapisi terpal biru agar saat hujan turun, kadar garam dan pH perairan kolam tidak rusak.

Saat ini, kolam itu belum pernah dipakai, para petambak berharap cuaca tetap stabil sehingga teripang yang mereka budidayakan tidak perlu dievakuasi.

Di sisi lain, kejadian pada tahun 2020 lalu, kata Astri Widayati, menjadi pelajaran berharga bagi para petambak termasuk dirinya selaku pendamping lapangan yang ditugaskan khusus oleh PT Kilang Pertamina Internasional Unit Balongan.

Kolam evakuasi teripang pasir jika dalam kondisi darurat seperti cuaca ekstrem di Desa/Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Minggu (31/10/2021).
Kolam evakuasi teripang pasir jika dalam kondisi darurat seperti cuaca ekstrem di Desa/Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Minggu (31/10/2021). (Tribuncirebon.com/Handhika Rahman)

"Baik saya maupun petambak teripang, kita di sini sama-sama belajar, contohnya semisal dalam perawatan teripang itu ternyata untuk proses penggantian airnya harus dilakukan dua minggu sekali saat cuaca panas kaya gini, itu kita dapat tidak secara instan, kita tahu itu setelah menjalani program ini," ujar dia.

 Budidaya Teripang Pasir dengan Teknologi Terpadu Berbasis IMTA

Teknologi Integrated Multi-Trophic Aquaculture (IMTA) merupakan suatu sistem  budidaya yang seimbang dan saling menguntungkan.

Yakni dengan menggunakan komoditas utama yang mempunyai nilai jual lebih tinggi lalu diikuti dengan komoditas penunjang lainnya.

Antar komoditas itu akan saling memanfaatkan nutrien sehingga kualitas air tetap stabil dan komoditas yang dibudidayakan dapat tumbuh dan hidup lebih baik. 

Konsep itu coba diterapkan para petambak di empang budidaya teripang pasir di Desa Balongan, mereka menggabungkan tiga komoditas dalam satu sistem budidaya, meliputi teripang pasir, ikan bandeng, dan rumput laut.

Community Development Officer PT Kilang Pertamina Internasional Unit Balongan, Astri Widayati mengatakan, budidaya berbasis IMTA ini akan membentuk suatu ekosistem sendiri di dalam empang.

Rumput laut berfungsi untuk menjernihkan air dan sebagai pakan ikan bandeng, kemudian kotoran dari ikan bandeng itu menjadi makanan untuk teripang pasir.

"Tapi sekarang kita baru ada ikan bandeng dan teripang yang sudah berjalan, insya Allah kedepannya juga ada rumput laut," ujar dia.

Bulan depan, disampaikan Astri Widayati, selain memanen teripang pasir, para petambak juga akan memanen ikan bandeng.

Harga Jual Tinggi dan Baik Untuk Kesehatan

Kandungan dari teripang rupanya memiliki profil nutrisi yang mengesankan untuk kesehatan tubuh manusia, seperti protein, lemak, vitamin A, vitamin B2 (riboflavin), vitamin B3 (niacin), kalsium, dan magnesium.

Selain itu, teripang juga diketahui bersifat antikoagulan, antitumor, antijamur, dan antioksidan.

Sehingga tidak heran jika teripang ini kerap kali dimanfaatkan untuk pengobatan selain untuk dikonsumsi, khasiatnya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Seperti mengatasi penyakit arthritis atau radang sendi, menurunkan kadar kolestrol darah, menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah, menghambat pertumbuhan sel kanker, mempercepat penyembuhan luka, serta menjaga kesehatan fungsi hati.

"Karena manfaat itu, banyak juga yang mencari teripang buat obat selain untuk konsumsi," ujar Area Manager Communication, Relation and CSR PT Kilang Pertamina Internasional Unit Balongan, Imam Rismanto.

Meski belum pernah panen, pihaknya optimis, teripang pasir bakal menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Indramayu, terlebih dengan harga jualnya yang tinggi.

Untuk sementara, penjualan teripang pasir ini akan dikirim ke wilayah Surabaya dan Sidoarjo untuk dijual ke pengepul di sana.

Membumikan Teripang Pasir di Pesisir Pantura Jabar

Teripang merupakan sumber daya hayati laut yang bernilai ekonomis tinggi dan mempunyai peluang pasar cukup baik. 

Banyaknya permintaan pasar ekspor dengan harga tinggi telah memicu masyarakat untuk membudidayakan teripang

Negara tujuan ekspor teripang di antaranya Jepang, China, Singapura, Hong Kong, Korea, Thailand, Amerika Serikat, dan beberapa negara Eropa. 

Dalam buku Pedoman Umum Identifikasi dan Monitoring Populasi Teripang oleh Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut tahun 2015 disebutkan, di dunia terdapat lebih dari 1.400 spesies timun laut dan sekitar 66 spesies di antaranya adalah teripang yang masuk dalam perdagangan.

Di Indonesia terdapat 350 spesies timun laut dan 54 spesies di antaranya adalah kelompok teripang yang diperdagangkan. 

Namun dari 54 spesies itu, baru 33 spesies yang sudah divalidasi penamaannya secara taksonomi.

Sebaran teripang sendiri di laut Indonesia banyak terdapat di sejumlah wilayah, beberapa di antaranya yang sudah terindentifikasi berada di Perairan Pantai Madura, Bali, Lombok, Aceh, Bengkulu, Bangka, Riau, dan sekitarnya.

Di Kabupaten Indramayu sendiri, walau memiliki garis pantai sepanjang 114 kilometer, teripang ini masih sulit ditemukan, sedangkan untuk budidaya bahkan tidak ada sama sekali.

Peluang inilah yang membuat PT Kilang Pertamina Internasional Unit Balongan mencoba untuk mendorong para petambak di Desa Balongan melakukan budidaya.

"Budidaya ini adalah yang pertama di Kabupaten Indramayu, kita uji coba di tahun 2020 dengan teknis IMTA," ujar Area Manager Communication, Relation and CSR PT Kilang Pertamina Internasional Unit Balongan, Imam Rismanto.

Masih disampaikan Imam Rismanto, pendamping teknis yang ahli di bidang budidaya teripang juga sengaja dihadirkan untuk mengedukasi para petambak.

PT Kilang Pertamina Internasional Unit Balongan menjalin kerjasama dengan para alumni perikanan Universitas Gajah Mada (UGM) dalam melakukan pendampingan.

Pendampingan tersebut mulai dari bagaimana cara pemeliharaan, mengatur makan, mengecek salinitas, dan lain sebagainya.

"Jadi betul-betul kita lakukan pendampingan, semoga kedepan mereka bisa mandiri dan dapat kita aplikasikan juga di tambak lain," ujar dia. (*)

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved