MISTIS Boneka Cingcowong dari Kuningan Ini dapat Bergerak Sendiri Saat Ritual Pemanggilan Hujan

Betapa tidak boneka Cingcowong ini disebut-sebut mistis karena bisa bergerak sendiri, bahkan disebut seperti jelangkung.

Editor: Mumu Mujahidin
Tribuncirebon.com/Ahmad Ripai
Cingcowong atau boneka pemanggil hujan di Desa Luragung Landeuh, Kecamatan Luragung, Kuningan, Jawa Barat, 

Laporan Kontributor Kuningan, Ahmad Ripai

TRIBUNCIREBON.COM, KUNINGAN - Boneka Cingcowong yang digunakan dalam ritual pemanggilan hujan di Kuningan ini menjadi perhatian.

Betapa tidak boneka Cingcowong ini disebut-sebut mistis karena bisa bergerak sendiri, bahkan disebut seperti jelangkung.

Di balik ritual pemanggilan hujan melalui tradisi Cingcowong, ternyata ada beberapa cerita menarik.

Ritual Cingcowong masih dilakukan warga Desa Luragung Landeuh, Kecamatan Luragung, Kuningan, Jawa Barat.

Salah seorang seniman sekaligus pemerhati seni budaya tradisional, Dani, mengatakan bahwa prosesi ritual pemanggilan hujan melalui tradisi Cingcowong menjadi sebagai salah satu upaya pelestarian budaya tradisi.

"Untuk mengenang lebih dalam suatu budaya itu tentu harus beretika. Seperti sebelum pelaksanaan pagelaran Cingcowong sekarang misalnya," ungkap Dani, Jumat (24/9/2021).

Baca juga: Rumah Kuncen Cingcowong Boneka Pemanggil Hujan di Luragung, Mendadak Ramai oleh Warga Setempat

Kuncen Cingcowong membawa boneka pemanggil hujan saat hendak memulai ritual di Luragung, Kamis (23/9/2021).
Kuncen Cingcowong membawa boneka pemanggil hujan saat hendak memulai ritual di Luragung, Kamis (23/9/2021). (TribunCirebon.com/Ahmad Ripai)

Dani juga menjelaskan tentang bahan yang digunakan untuk pembuatan boneka Cingcowong yang mirip jelangkung tersebut.

Disebutkannya, bahwa bahan yang dugunakan tidak sembarang.

Semua bahannya harus dari bambu yang biasa digunakan untuk menangkap ikan di sungai.

"Iya, bahan baku untuk buat Cingcowong itu dari bambu. Tapi bambu itu kita sebut bubu atau rangkaian bambu yang biasa untuk menangkap ikan," katanya.

Selain itu boneka Cingcowong itu harus dirias untuk menjadikannya lebih menarik.

"Untuk tata rias itu sesuai dengan, yang menjadi keharusan bagi Cingcowong itu kembang yang menjadi nilai tambah untuk periasan tadi. Kembang itu biasanya dari pohon Kamboja yang biasa tumbuh di lahan pemakaman," katanya.

Menyinggung soal gerakan yang terjadi pada Cingcowong saat prosesi ritual, Deni mengungkap bahwa itu benar terjadi atas kekuatan di luar nalar.

Sehingga kuncen dan sejumlah warga lainnya yang terlibat dalam ritual itu mengikuti gerakan Cingcowong.

"Biasanya, ketika gerakan semakin menjadi pada Cingcowong. Musik penyerta saat pagelaran makin semangat ditabuh," katanya.

Rumah Kuncen Langsung Diguyur Hujan

Rumah Kuncen Cingcowong atau boneka pemanggil hujan di Desa Luragung Landeuh, Kecamatan Luragung, Kuningan, Jawa Barat,  langsung diguyur hujan.

Hal itu terjadi setelah sang kuncen bersama sejumlah warga melakukan ritual pemanggilan hujan dengan media Cingcowong atau boneka pemanggil hujan.

"Tadi, Mak Kuncen hanya sebentar melaksanakan praktek pemanggilan hujan. Dari mulut Mak kuncen tadi terlihat kumat-kamit, kaya baca mantra gitu," kata Ade warga setempat saat ditemui di lokasi rumah Kuncen Cingcowong, Jum'at (24/9/2021).

Baca juga: Rumah Kuncen Cingcowong Boneka Pemanggil Hujan di Luragung, Mendadak Ramai oleh Warga Setempat

Kuncen Cingcowong membawa boneka pemanggil hujan saat hendak memulai ritual di Luragung, Kamis (23/9/2021).
Kuncen Cingcowong membawa boneka pemanggil hujan saat hendak memulai ritual di Luragung, Kamis (23/9/2021). (TribunCirebon.com/Ahmad Ripai)

Dia menjelaskan, usai dibacakan mantra, Cingcowong yang hampir sama dengan jelangkung ini terlihat bergoyang dan naik turun.

"Tadi pas Mak Kuncen udah baca mantra, Cingcowong bergerak naik turun dan berjalan hingga membuat kuncen dan satu orang yang pegang Cingcowong terseret mengikuti gerak Cingcowong tersebut," katanya.

Mengenai peralatan pendukung saat melangsungkan pagelaran Cingcowong, Ade mengatakan bahwa alat lain yang di gunakan itu ada kipas angin dari anyaman bambu alias hihid, tangga, serta alat musik tradisional sebagai pengiring dalam pagelaran tersebut.

"Kalau alat-alat pendukung tadi. Ada tangga, hihid, musik tradisional sebagai pengiring," katanya.

Curah hujan saat melangsungkan ritual Cingcowong, Ade menyebut bahwa pelaksanaan tradisi budaya Buhun ini suka demikian.

"Ya kalau usai menggelar Cingcowong itu biasa langsung hujan. Kebetulan tadi disela pagelaran hujan gerimis gitu, dan pagelaran bisa terlihat seperti tadi," katanya. (*)

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved