Kelaparan Karena Pemerintahan Taliban, Seorang Ayah Terpaksa Jual Anaknya untuk Beri Makan Keluarga
Ayah di Afghanistan mengaku putus asa dan terpaksa menjual anaknya 420 poundsterling (Rp 8,3 juta) untuk memberi makan anggota keluarga
"Tapi, saya tidak bisa menjual anak perempuan saya dengan harga harga semurah itu, jadi saya meminta 50.000 afghani. Kami masih berdiskusi," ungkapnya.
"Dia mungkin memiliki masa depan yang lebih baik dengan bekerja di toko dari pada tinggal bersama saya, dan harganya mungkin menyelamatkan keluarga saya," terangnya.
Nazir melarikan diri ke Kabul bersama istri dan 5 anaknya sebelum Taliban merebut ibu kota, dan sekarang bekerja sebagai kuli di pasar.
Namun, upahnya tidak cukup untuk membayar sewa.
"Kami lega bahwa perang dan pertempuran telah berakhir, tetapi kami semua menghadapi musuh baru, kemiskinan," katanya.
Keadaan ekonomi Afghanistan yang mengerikan telah diperburuk oleh penarikan pasukan bantuan asing, yang menyumbang tiga perempat dari pengeluaran publik.
Cadangan uang dari pemerintah Afghanistan sebelumnya juga telah dibekukan, saat Taliban merebut kendali negara.
Pada akhir Agustus, Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (WFP PBB) memperingatkan bahwa pasokan makanan di Afghanistan akan segera habis.
WFP mengatakan sedang berjuang mendapatkan pasokan untuk negara yang berpenduduk 18,5 juta orang dan bergantung pada bantuan asing.
Baca juga: Di Bawah Pemerintahan Taliban, China Janjikan Bantuan Rp 441,6 Miliar untuk Afghanistan
Baca juga: Pasukan Taliban Tindak Keras Demonstrasi Wanita Afghanistan, Mencambuk dan Memukul
Warga Afghanistan Kelaparan
Juru bicara Kelompok Taliban, Suhail Shaheen mengakui saat ini Afghanistan membutuhkan bantuan kemanusiaan dari negara-negara tetanga dan negara-negara di kawasan regional.
Saat ini ada sekitar 30–50 juta warga Afghanistan tengah kelaparan dan membutuhkan bantuan.
“Mereka sangat membutuhkan makanan dan bantuan sesegera mungkin. Orang-orang Afghanistan.
Mereka hidup di bawah garis kemiskinan, jadi ini adalah tantangan dan prioritas bagi kami," ujarnya dalam sebuah wawancara yang dikutip dari APTN pada Kamis (9/9/2021).
Shaheen menyebut selama 20 tahun belakangan, rakyat Afghanistan telah menderita.