Mahasiswa S2 ITB Tulis Surat Permintaan Maaf Pada Keluarga dalam Bahasa Inggris Sebelum Akhiri Hidup

Polisi temukan juga secarik kertas berupa surat, yang berisikan permintaan maaf dalam bahasa Inggris, dan ditujukan kepada saudara dan keluarga korban

Editor: Mumu Mujahidin
Tribun Jogja - Tribunnews.com
Ilustrasi Gantung Diri: Mahasiswa S2 ITB Tulis Surat Permintaan Maaf Pada Keluarga dalam Bahasa Inggris Sebelum Akhiri Hidup 

Laporan wartawan TribunJabar.id, Cipta Permana.

TRIBUCIREBON.COM, BANDUNG - Warga Cisitu Bandung digegerkan dengan penemuan mayat seorang pemuda ditemukan tidak bernyawa di kamar kos-kosan.

Dia pertama kali ditemukan rekan satu kostannya di Jalan Cisitu Indah V, Kecamatan Coblong, Kota Bandung.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, korban yang diduga meninggal tidak wajar dengan cara gantung diri itu merupakan penghuni kosan berinisial A, mahasiswa Pascasarjana ITB.

Direktur Kemahasiswaan ITB, G Prasetyo Adhitama menjelaskan, bahwa identitas korban merujuk pada salah seorang mahasiswa Pascasarjana Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) ITB, bernama Ardian Nur Hidayatullah Rifai (27). 

Berdasarkan data akademik kemahasiswaan ITB, mahasiswa S2 ITB kelahiran Pamekasan, 10 Desember 1994, diketahui merupakan angkatan 2018, yang saat ini menginjak semester enam, dan diketahui tengah menempuh thesis sebagai syarat kelulusannya.

Baca juga: Mahasiswa S2 ITB Bandung Diduga Akhiri Hidup di dalam Kamar Kos, Ditemukan Penghuni Kos Lainnya

"Jadi hingga saat ini kami masih menunggu informasi resmi dari pihak kepolisian terkait  korban. Sebab, informasi yang kami terima, sajauh ini baru dari rekan satu kos dengan korban yang juga mahasiswa ITB dan berada pada fakultas yang sama," ujarnya saat dihubungi melalui telepon, Minggu (22/8/2021).

Prasetyo menuturkan, berdasarkan catatan akademiknya, yang bersangkutan dapat lulus tahun ini.

Meskipun umumnya, untuk masa pendidikan Pascasarjana dapat ditempuh selama dua tahun.

"Kalau dari akademiknya sebetulnya tidak ada masalah, hanya saja umumnya program Pascasarjana dapat ditempuh dua tahun, namun yang bersangkutan sepertinya melakukan perpanjangan, yang saat ini memasuki tahun ketiga dan sedang menyelesaikan thesis atau tugas akhirnya," ucapnya.

Atas terjadinya peristiwa ini, pihak ITB berduka, sekaligus menyayangkan apa yang telah dilakukan korban, dengan anggapan dapat menyelesaikan masalah psikologis yang membelenggunya. 

Bahkan, selama ini, pihak ITB selalu berupaya untuk mencegah terjadinya hal tersebut, dengan adanya program bimbingan konseling, sebagai sarana konsultasi bagi para sivitas akademikanya yang memiliki persoalan, baik terkait urusan akademik maupun non akademik.

Baca juga: Polisi Nekat Akhiri Hidupnya, Chat Teman Wanita Sebelum Gantung Diri, Begini Katanya

"Sejauh ini, dari informasi rekan-rekan korban, tidak ada yang mengetahui apakah korban memiliki masalah psikologis yang berpotensi menuntunnya berbuat sejauh ini.

Tapi karena persoalan psikologis ini bisa bersumber dari berbagai sebab, seperti masalah pribadi, proses belajar, sosial dan lain sebagainya, juga bisa terjadi pada siapa saja, maka kami (ITB) menyediakan sarana konsultasi bagi para sivitas akademika ITB melalui program bimbingan konseling, yang seharusnya bisa dimanfaatkan, untuk mencari solusi dari permasalahan yang dihadapinya," ujar Prasetyo.

Berdasarkan informasi, jenazah almarhum telah dibawa ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung dan dalam pengurusan pihak keluarga yang tinggal di Bandung.

Almarhum selanjutnya akan di bawa dan dimakamkan di daerah tempat asalnya di Pamekasan, Madura.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved