Khutbah Jumat

Khutbah Jumat Pekan Ini Tentang Tetap Bersyukur dan Bersikap Moderat di Tengah Pandemi Covid-19

Untuk memudahkan para khatib dalam mencari bahan khutbah, berikut ini disajikan khutbah Jumat

Penulis: Machmud Mubarok | Editor: Machmud Mubarok
Pusdai.or.id
Masjid Pusdai Jabar 

Sebagai orang yang beriman, kita mestinya mampu menangkap isyarat yang diberikan Allah kepada kita, apapun bentuknya. Begitu banyak ayat Al-Quran yang menyebut objek bicara (mukhathab) ditujukan kepada orang-orang beriman.

Kenapa? Karena orang-orang beriman lah kelompok yang memiliki kemampuan untuk menangkap pesan-pesan ketuhanan, baik yang tersurat maupun yang tersirat, termasuk pesan-pesan musibah Covid-19 yang sedang kita alami saat ini.

Oleh karena itu, seberat apapun ujian yang kita rasakan, kita tidak perlu berkecil hati di hadapan Allah. Allah adalah Dzat Yang Maha segalannya dan Allah bisa melakukan apapun jika Dia berkehendak.

Tentu, selain kita harus bersabar dan tetap berusaha sebaik mungkin agar terhindar dari musibah, kita harus tetap menyediakan ruang batin untuk terus bersyukur atas semua nikmat yang Allah berikan selama ini.

Jika kita hitung, musibah yang sedang melanda dunia tidak sebanding dengan jumlah nikmat yang pernah diberikan Allah sepanjang kehidupan di dunia ini.

Terkait hal tersebut, syukur adalah cara terbaik agar kita tetap survive dengan sikap yang positif di tengah musibah pandemi. Syukur merupakan cara cerdas orang beriman dalam menghadapi musibah.

Syukur adalah wujud penghambaan nyata kepada Allah bahwa manusia sangat bergantung kepada-Nya. Syukur juga sekaligus menunjukkan bahwa musibah tidak menjadikan semua proses kehidupan ini berhenti total, apalagi dengan sikap putus asa dengan menuntut keadilan Tuhan.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Satu hal lagi yang juga patut kita syukuri di tengah situasi sulit seperti ini kita merasakan adanya iklim solidaritas yang terus tumbuh di tengah masyarakat.

Banyak kalangan berpunya yang memiliki kepedulian sosial (filantropi) untuk ikut serta memilkul beban dalam menghadapi bencana ini melalui penyaluran bantuan-bantuan sosial. Patut kiranya hal ini terus kita tumbuhkan agar situasi semakin membaik dengan terus saling membantu dan mengingatkan dalam kebaikan dan kebenaran.

Dalam konteks kehidupan umat beragama, kita juga merasakan terjaganya kerukunan, kebersamaan, dan saling pengertian di tengah keragaman, meski dinamika kecil tidak dapat dihindarkan. Hal ini tidak dapat dilepaskan karena praktik moderasi beragama (wasathiyah) yang telah terjaga di tengah umat beragama.

Sikap moderat dalam beragama benar-benar menjadi pondasi yang kokoh selain faktor ekonomi dan politik di tengah wabah penyakit yang melanda bangsa ini.

Jika kita semua mampu menempatkan cara pandang, sikap, dan perilaku beragama moderat dan tidak terseret dalam tarikan paham dan perilaku ekstrem kanan dan ekstrem kiri, niscaya kita akan tetap mampu bertahan sebagai bangsa yang besar dan maju.

Sejarah telah membuktikan bahwa umat beragama di Indonbesia telah mampu menunjukkan kepada dunia bahwa praktik “moderasi beragama” merupakan modal penting bagi berdiri dan tegaknya persatuan dan kesatuan bangsa dalam wadah NKRI yang terbangun hingga kini.

Pilar-pilar kebersamaan dan keharmonian dirajut melalui paham, sikap, dan perilaku beragama “jalan tengah” sehingga mempertebal ikatan persatuan dan kesatuan dalam kemajemukan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved