Di Jabar, 160 Pasien Covid-19 Meninggal Saat Isolasi Mandiri, Total Positif Corona 89.363 Warga
Berdasarkan data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jawa Barat, 160 warga Jabar meninggal dunia saat isolasi meninggal dunia saat isolasi mandiri
Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG - Berdasarkan data terakhir Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jawa Barat per 12 Juli 2021, tercatat 160 warga Jabar meninggal dunia saat isolasi mandiri Covid-19.
Hal itu diungkapkan Co-Inisiator Lapor Covid-19, Ahmad Arif dalam diskusi virtual yang diselenggarakan Center For Indonesia's Strategic Development Initiatives (Cisdi), Senin (12/7/2021).
Selain itu dijelaskan, dari 89.363 warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Jawa Barat, hanya 16.334 orang di antaranya yang dirawat di rumah sakit.
Sedangkan 79.029 orang lainnya, menjalani isolasi mandiri (isoman) di pusat isolasi dan kediamannya masing-masing.
Baca juga: Sesak Napas Karena Terinfeksi Covid-19? Lakukan Teknik Ampuh untuk Atasi Kekurangan Oksigen
Baca juga: Vaksin Gotong Royong Batal Dijual Kimia Farma Hari Ini, Warga Tak Bisa Daftar Lewat Kanal Tersedia
Ia menyatakan berdasarkan upaya pengumpulan data Lapor Covid-19, Jawa Barat menempati posisi pertama sebagai daerah dengan angka terbanyak kematian pasien Covid-19 di luar rumah sakit.
Posisi kedua adalah DI Yogyakarta dengan 84 laporan, kemudian Banten dengan 63 laporan.
Arif mengatakan angka-angka tersebut didapat dari laporan dan verifikasi melalui berbagai media sosial atau aplikasi pesan, serta sejumlah berita di media massa.
Kemudian ditemukan sampai 12 Juli 2021, totalnya di Indonesia terdapat 451 kematian pasien Covid-19 yang tengah menjalani isolasi mandiri.
Arif pun yakin bahwa data ini adalah fenomena gunung es karena bisa saja banyak data kematian yang belum terlacak dan terlaporkan. Ia pun menyoroti mulai banyaknya laporan kasus serupa dari luar Pulau Jawa.
"Sebagai catatan yang di sini bahwa jumlah yang terdata ini hanya sebagian yang ada, tidak semua terberitakan atau terlaporkan. Beberapa waktu yang lalu, misalnya kami komunikasi dengan teman-teman di Jakarta, bahwa rata-rata sehari itu menerima laporan ada 45 yang meninggal di rumah," katanya.
Arif mengatakan sebagian pasien isoman meninggal karena tidak terpantau dan terlambat untuk ditangani secara medis. Anggota keluarganya yang juga positif pun menyulitkan pengurusan jenazah.
Baca juga: Kapolresta Cirebon Ajak Warga Bantu Tetangganya yang Jalani Isolasi Mandiri Karena Terpapar Covid-19
Baca juga: Tips Isolasi Mandiri dari Dokter Tirta: Pasien OTG Tak Usah PCR Usai Isoman 10 Hari dan Bebas Gejala
Pendiri CISDI Diah Saminarsih, mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan pasien Covid-19 meninggal saat isoman. Di antaranya pasien terlambat ditemukan karena proses tes yang tidak cepat.
"Kematian paling banyak terjadi pada lansia dan orang dengan komorbid. Kasus kematian dilaporkan terjadi karena penurunan saturasi oksigen pasien. Pasien terlambat datang ke faskes ketika kondisi sudah memburuk," katanya.
Menanggapi hal tersebut, Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan mrmang berdasarkan fenomena yang terjadi, warga positif Covid-19 mayoritas menjalani isolasi mandiri, bukan perawatan di rumah sakit.