Dokter Tita Hadirkan HEUP Project, Edukasi Kesehatan bagi Warga, Berlatar Saat Pasien Datang ke UGD

Dokter Tita Rashida: "Ketika sedang masa koas, saya melihat pasien yang datang ke UGD sudah parah dan penangannya terlambat . . .

Editor: dedy herdiana
dok. pribadi dokter Tita 
Dokter Tita founder HEUP Project  

Setelah menjalani secara langsung, Tita menyadari jika masalah komunikasi yang awalnya ingin membantu justru infonya tidak tersampaikan. 

"Awalnya sempat mikir mungkin karena koas di rumah sakit yang udah macem-macem jenis pasien yang datang, kayanya kalau puskesmas lebih santai, ternyata sama saja," ucapnya. 

Ia menyadari betul ada batasan komunikasi yang besar antara tenaga kesehatan dan pasien yang sebenarnya hal tersebut adalah hal yang simple dan bisa diselesaikan dengan cepat. 

Setelah mendiskusikan hal ini dengan temannya pada 2015, mereka pun ikut seminar ruang guru dan mengerjakan HEUP Project ini. 

"Daripada kita menuntut nggak ada pendidikan gawat darurat di sekolah, kenapa enggak, kita saja yang buat sendiri daripada menunggu," ujarnya. 

Menyebarkan edukasi soal kesehatan pada 2015 diakui Tita memang tidaklah mudah. 

Ia pun melihat survey apa yang dibutuhkan masyarakat ketika terjadi kecelakaan di rumah. 

Terbentuklah kelas kecil untuk edukasi soal bantuan hidup dasar ketika terjadi di rumah, dan responnya ternyata cukup banyak yang tertarik. 

Bermodalkan media sosial, HEUP Project pun semakin aktif dan membuat berbagai kegiatan edukasi kesehatan setiap bulan mulai di Bandung, Bogor, dan Jakarta. 

Lalu di masa pandemi ini pun HEUP Project membagikan edukasi lewat instagram terutama soal covid-19 yang kini sedang melanda seluruh dunia. 

Dinilai sebagai garda pertama dalam bidang kesehatan, Tita pun mengakui bahkan sebagai dokter ia harus memahami bagaimana kondisi pasien, apa yang harus dikatakan, dan nasihat apa yang diberikan itu harus benar-benar bisa ditangkap oleh pasien. 

"Terkadang kita menganggap semua orang paham apa yang kita katakan, padahal belum tentu dan batasan yang dirasakan itu cukup besar," ungkapnya. 

Apalagi di masa pandemi Covid-19 seperti ini, Tita merasakan betul komunikasi yang serba terbatas karena harus menggunakan hazmat dan berbagai proses lainnya selama bertugas di rumah sakit.

Adanya pandemi membuat komunikasi pun tidak bisa ideal seperti dahulu. 

"Kita nggak bisa duduk ngobrol bareng sama keluarga pasien, ketika menjelaskan juga harus cepat karena kalau enggak pasien lain nggak tertangani," ucapnya. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved