WASPADAI Isu Gempa Megathrust, Tim SAR di Pangandaran Akan Standby 24 Jam Setiap Harinya

Koordinator Pos SAR Pangandaran, Edwin menyampaikan, antisipasi terjadinya bencana gempa megathrust pihaknya akan terus memantau dan tetap waspada.

Editor: dedy herdiana
Tribun Jabar/Andri M Dani
Tagana Pangandaran memantau Pantai Pangandaran pascagempa 5,6 Skala Richter, Sabtu (18/5/2019). Saat gempa, Pangandaran tengah sepi pengunjung. 

Di antaranya adalah sensor harus dipasang pada batuan keras (bedrock) yang memiliki noise dan amplifikasi yang kecil.

Dwikorita juga menekankan bahwa lokasi penempatan harus berada di wilayah yang minim tutupan lahan agar sinar matahari dapat mencukupi kebutuhan energi solar panel untuk mengoperasikan sensor tersebut.

"Lokasi penempatan juga harus jauh dari aktivitas manusia dan kendaraan agar sinyal yang diterima sensor bebas dari noise atau gangguan sekitar," ujar Dwikorita di laman BMKG.

Setelah dilakukan survei ke beberapa lokasi, didapatkan lokasi ideal yang terletak di Bukit Trianggulasi, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo.

Lokasi ini juga mendapat dukungan dari kepala desa setempat, Wagiran, yang mengaku senang daerahnya terpilih untuk peletakkan sensor seismograf.

"Kami mengucapkan terima kasih kepada BMKG atas bantuannya yang berwujud sensor seismograf yang akan berdiri di atas Bukit Trianggulasi. Dan kami juga mengucapkan terima kasih atas perjuangannya," ujar Wagiran.

Kepala Stasiun Geofisika Sleman, Ikhsan, mengatakan bahwa penambahan shelter gempa bumi ini bertujuan untuk meningkatkan kerapatan jaringan sensor gempa bumi di Indonesia, khususnya di selatan Pulau Jawa yang notabene berada dekat dengan zona megathrust.

BMKG selalu berkomitmen untuk memperkuat sistem monitoring gempa bumi dan tsunami di Indonesia, dalam upaya pengurangan risiko bencana sehingga zero victims dapat terwujud.

Suasana pantai Pangandaran, beberapa waktu lalu.
Suasana pantai Pangandaran, beberapa waktu lalu. (TRIBUN JABAR/ANDRI M DANI)

Ini Titik-titik Megathrust di Pangandaran

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pangandaran menyebut wilayah di Pangandaran banyak titik yang sangat rawan terjadi bencana alam tsunami.

"Menurut survei ITB bekerja sama dengan Badan Meteorologi dan Geofisika pada bulan Oktober tahun 2020 ada isu gempa megatrhust," ujar Adang Ismail, Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Pangandaran, saat ditemui Tribunjabar.id di satu hotel di Pangandaran sewaktu sosialisasi bencana bersama Jamtani, Kamis (3/6/2021).

"Kemudian kami bekerja sama dengan pihak ITB untuk melakukan penelitian, ternyata yang paling banyak itu di Pangandaran," katanya.

Baca juga: Hari Ini Gempa Bumi Guncang 4 Wilayah, Sebaiknya Bangunlah Rumah Tahan Gempa, Ini Panduannya

Pangandaran bagian pantai barat itu, kata Adang, yakni 80 kilometer dari permukaan atau bibir pantai.

Kemudian setelah pantai barat, selanjutnya wilayah Parigi, Bojongsalawe (Bojes), Batu Karas Cijulang, dan Pantai Madasari hingga Kesik Luhur Kertaraharja.

"Semua lokasi tersebut merupakan daerah pantai dan paling rawan terjadi tsunami.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved