Human Interest Story

Kisah Odo, Buruh Tani Majalengka yang Bertahan Hidup di Masa Pandemi, Paling Banyak Dapat Rp 50 Ribu

Penghasilannya menurun drastis akibat para pemilik lahan jarang memanggil dirinya untuk membajak sawah.

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Machmud Mubarok
TribunCirebon.com/Eki Yulianto
Odo (50), seorang buruh tani di Desa Sadasari, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka. 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto

TRIBUNCIREBON.COM, MAJALENGKA - Pandemi Covid-19 berdampak hampir ke semua sektor kehidupan.

Dalam masa ini, banyak masyarakat yang mengalami masa-masa sulit. Mereka harus bertahan di kondisi yang serba terbatas.

Kondisi tersebut juga dirasakan oleh Odo (50), seorang buruh tani di Desa Sadasari, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka.

Ditemui dalam acara penerimaan bantuan ke para buruh tani di Majalengka, Odo mengaku menjadi salah satu orang yang terdampak dalam masa pandemi Covid-19.

Kesehariannya sebagai buruh tani di desa tempat ia tinggal. Odo  mengaku mengalami penurunan pendapatan.

Penghasilannya menurun drastis akibat para pemilik lahan jarang memanggil dirinya untuk membajak sawah.

"Saya hanya pengolah lahan, bukan pemilik. Jadi di masa pandemi Covid-19 ini, juragan saya jarang panggil saya, mungkin karena sulit membayar," ujar Odo, yang menerima bantuan uang tunai sebesar Rp 1,5 juta di Lapangan Tenis Setda, Kamis (1/4/2021).

Baca juga: DPC Partai Demokrat Sukabumi Syukuran, Rayakan Ditolaknya KLB yang Nobatkan Moeldoko Sebagai Ketum

Baca juga: Saksi Mata Ungkap Detik-detik Mobil Boks Hanyut di Sungai Cipugur Mundu Cirebon, Nekat Terobos Air

Baca juga: Persib Bandung Turunkan Kiper Teja Paku Alam dan Farshad Noor Sejak Menit Awal Lawan Persiraja

Sebelum pandemi Covid-19 meluas di Indonesia, dalam sehari Odo bisa mendapatkan upah hingga Rp 80 ribu.

Namun, kini pendapatannya merosot, bahkan pernah seharian tak sepeser pun uang di tangan.

Pasalnya, selain pemilik lahan menekan pengeluaran untuk para buruh tani, harga gabah juga ketika panen dalam keadaan merosot.

Belum lagi, saingan dengan para buruh tani lainnya dalam menjual gabah kepada para pengepul.

"Ketika panen, biasanya puncak pendapatan saya, karena selain dapat uang dari juragan, bisa juga dapat dari hasil menjual gabah, dapat upah lah istilahnya mah. Tapi ini mah Rp 50 ribu juga sudah untung," ucapnya.

Dari penghasilannya yang tak seberapa ini, ia mengaku tak jarang harus meminjam uang ke para tetangga.

Hal ini yang membuatnya juga terus mencari rezeki di tengah sulitnya pemasukan di masa pandemi Covid-19.

Halaman
12
Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved