PROFIL Herman Lantang, Pendiri Mapala UI dan Sahabat Soe Hok Gie, Meninggal 22 Maret 2021

Berpulangnya Herman Lantang membawa duka bagi dunia pencinta alam. Rasa kehilangan Herman Lantang disampaikan oleh sejumlah pencinta alam.

Editor: Machmud Mubarok
Twitter
Herman Onesimus Lantang, pendiri Mapala UI. 

Herman mulai hijrah ke ibukota bersama orangtuanya yang saat itu dipindahtugaskan ke daerah baru.

Kemudian di Jakarta inilah ia melanjutkan kembali pendidikan formalnya, ketika di terima di SMA 1 ( Budi Utomo ) pada tahun 1957.

Tak puas sampai disitu, Herman mulai melirik perguruan tinggi yang menurutnya akan memberikan sistem pendidikan terbaik.

Saat itu, di tahun 1960, melalui segudang test yang cukup rumit, ia pun berhasil di terima di Fak. Sastra Universitas Indonesia, JurusanAnthropologi yang banyak berkutat dengan kebudayaan dan perilaku manusia sejak mulanya.

Melalui jurusan ini pula ia sempat melakukan penelitian mendalam terhadap perilaku suku terasing Dhani di Papua pada tahun 1972, yang mengantarkannya mencapai gelar sarjana penuh.

Selama menjadi mahasiswa, pribadi yang tangguh dengan idiologi sosialisnya mulai terbentuk. Melihat banyak rekan - rekan seangkatannya yang lebih memilih jalur politik praktis untuk mencapai kemapanan.

Ia dan rekan lainnya malah memilih alam sebagai media pengembangan diri. Menurutnya, hanya di alam kita bisa mengenal karakter masing - masing yang sebenarnya. Tak ada yang tersembunyi. Di alam pula kita bisa memupuk rasa solidaritas dan kecintaan terhadap ciptaan Tuhan yang bisa dinikmati.

"Politik tai kucing", Begitu tutur Herman Lantang, sahabat Soe Hok Gie ketika senat mahasiswa tidak menjadi sesuatu seperti harapan Soe serta kawan - kawannya yang lebih memilih menikmati film dan naik gunung bukan serta - merta mengidentifikasi dirinya dalam organisasi mahasiswa tertentu di dalam kampus.

Dalam jurnal harian Soe yang kemudian dibukukan dan dicetak oleh LP3ES "Catatan Seorang Demonstran", Gie juga menulis bahwa politik itu kotor.

Kemudian, ketika tak lagi berkegiatan di dalam kampus, jiwa petualangan pula yang membuat Herman bisa diterima di beberapa perusahaan pengeboran minyak ternama, seperti: Oil Field all part of Indonesia, East Malaysia Egypt dan Australia East Texas USA.

Di perusahaan tersebut ia lebih terkenal sebagai Mud Doctor, yang menangani masalah lumpur - lumpur dalam pengeboran minyak bumi.

Sebuah pekerjaan yang memang sangat jauh dari disiplin ilmu yang dulunya hanya Fakultas Sastra. Namun untuk profesi barunya itu, ia tidak main - main. Herman bahkan sempat mengecam pendidikan singkat di Houston Texas pada tahun 1974 mengambil studi tentang "Mud School".

Kini, Herman O Lantang, sahabat tokoh pergerakan mahasiswa 1960 - an Soe Hoek Gie, sudah pensiun bekerja dari perusahaan minyak. Pria uzur yang ternyata sangat suka wisata kuliner ini memendam bakat dalam memasak. Sehingga jangan heran, ketika berkegiatan di alam bebas, hasil masakan bang Herman, pasti langsung habis dilahap.

Kecintaannya terhadap dunia boga ini pula yang membuatnya banting stir menjadi pengusaha toko kue sejak dua tahun silam. Dengan modal ala kadarnya, rumahnya di bilangan Jagakarsa, Jakarta Selatan pun disulap menjadi toko kue "Kelapa Tiga Taart Tempo Doeloe", yang menjual aneka panganan kue - kue klasik yang menurutnya agak susah ditemukan di Jakarta.

Si pemilik nomor anggota Mapala UI ( Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia ) M 016 UI, yang juga mantan ketua Mapala UI ( 1972-1974 ), ini lebih banyak berkutat dengan ide - ide pembuatan kue istimewa, selain menjadi pembicara di seminar - seminar yang berhubungan dengan kegiatan alam bebas.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved