Kasus Bunuh Diri di Kuningan

Mahasiswa Nekat Akhiri Hidup dengan Cara Gantung Diri di Kuningan, Begini Tanggapan Wakil Rektornya

Seorang mahasiwa nekat mengakhiri hidup dengan cara gantung diri di Kuningan mendapat tanggapan dari wakil rektornya.

Penulis: Ahmad Ripai | Editor: dedy herdiana
Kompas.com
Ilustrasi gantung diri 

"Iya, sekarang agama ataupun keyakinan apa yang membolehkan tindakan bernilai kejahatan hingga merugikan pribadi itu terjadi di biarkan. Oke, mungkin tindakan ini diketahui terjadi di Jepang dengan istilah Harakiri, namun untuk belakangan ini tidak ada sama sekali terjadi serupa," katanya.

Mengambil benang merah dari kejadian, kata Susanto, ini tidak lepas dari kejiwaan dan keyakinan orang tersebut, sehingga nekat melakukan tindakan demikian.

"Untuk masalah kejiwaan atau psikolog, kita di PKB ada bagiannya untuk menerima konseling atau pembina mental untuk masyarakat umum," ujarnya.

Selain itu, sebagai pengimbang pemerintah, Susanto meminta leading sektor di pemerintahan bisa melakukan pembinaan mental warga di setiap lingkungan. Praktek ini bisa melalui Bagian Kesra di Setda Kuningan, atau Tim Penggerak PKK yang memiliki sumber anggaran tidak sedikit untuk masalah sosial lingkungan.

"Kami minta pemerintah lebih peka, dan tidak bosen melakukan pembinaan terhadap warga Kuningan. Ini kejadian tentu bikin malu kita semua sebagai penyelenggara negara, apalagi korban merupakan warga terpelajar," katanya.

Terpisah, meski curah hujan dengan insitas sedang tidak menyurutkan semangat warga untuk melangsungkan upacara prosesi pemakaman di tempat pemakaman umum, Blok Karanganyar, Kelurahan Cigintung,Kuningan, Jawa Barat, Kamis (4/3/2021).

Termati di lokasi TPU setempat, jenazah korban yang dibawa menggunakan mobil ambulan tampak di iringi sejumlah kendaraan roda empat dan roda dua lainnya.

Sesaat tiba di lokasi, petugas kifayah bareng warga dan keluarga bergegas mengeluarkan jenazah dari mobil untuk di makamkan. Terlihat penuh kehati - hatian warga alias pengiring jenazah itu tampak dari raut wajah mereka masing - masing.

Kondisi itu di mungkinkan akibat lokasi TPU yang berada di dataran lebih tinggi alias di atas jalan lingkungan warga setempat.

Mardo Sungkono (65) saat berada di lokasi pemakaman tadi menyebut prosesi pemakaman tetap berjalan. "Iya tadi semua berjalan dengan tertib dan pemakaman juga di lakukan berdasarkan syariat Islam," ungkap Mardo Sungkono yang akrab di sapa Pak Sungkono.

Sungkono yang juga Ketua RW02 di Lingkungan Karanganyar, Kelurahan Cigintung ini mengatakan, untuk mengenal siapa korban itu tidak tahu persis, karena korban merupakan tetangga RW yang masih dalam Kelurahan Cigintung.

"Meski kita beda alamat domisili, namun kita bantu mengawal prosesi pemakaman warga tetangga tersebut," ujar Sungkono.

Tidak banyak warga mengiringi prosesi pemakaman, kata Sungkono ini dapat di lihat dari beberapa alasan, yakni memang tidak boleh berkerumun di masa Pandemi Covid19 dan kebetulan waktunya hujan berlangsung.

"Ya bisa karena hujan dan tak boleh berkerumun jadi prosesi pemakaman dilakukan ala kasarnya. Yang penting tidak kurang dari penilaian secara hukum kewajiban kifayah," ungkapnya.

Kematian Mahasiswa yang diketahui bernama Dede Janu Aryanata (26), warga Perumahan Taman Ciharendong Kencana, Kuningan, Jawa Barat langsung mendapat respon orang tua korban, yakni Nanang (65).

Halaman
123
Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved