Fenomena Hari Tanpa Bayangan Bikin Warga Indramayu Penasaran, Langsung Nyobain: Iya Bener Juga Sih

Fenomena hari tanpa bayangan rupanya juga terjadi di Kabupaten Indramayu, Kamis (4/3/2021).

Penulis: Handhika Rahman | Editor: Fauzie Pradita Abbas
Tribuncirebon.com/Handhika Rahman
Saidi (41) saat mencoba fenomena Hari Tanpa Bayangan di Kelurahan Margadadi, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Kamis (4/3/2021). 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman

TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Fenomena hari tanpa bayangan rupanya juga terjadi di Kabupaten Indramayu, Kamis (4/3/2021).

Kejadian langka tersebut terjadi pada pukul 11.58.25 WIB.

Mengetahui hal tersebut, membuat sejumlah warga geger, mereka pun berbondong-bondong mencoba fenomena itu dengan pergi di ruang terbuka.

Salah satunya yang dilakukan Saidi (41), warga Kelurahan Margadadi, Kecamatan Indramayu, ia sengaja mencoba fenomena itu dengan menggunakan botol air mineral.

Pantauan Tribuncirebon.com, di tempat terbuka, ia meletakan meja lalu menaruh botol air mineral itu.

Beruntung, siang ini cuaca di Kabupaten Indramayu sedang cerah.

"Penasaran benar tidak, tapi iya juga sih kaya menghilang bayangannya Walau Sedikit," ujar dia kepada Tribuncirebon.com.

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kertajati merilis bahwa akan terjadi Hari Tanpa Bayangan di wilayah Ciayumajakuning (Kota dan Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan) dan Sumedang.

Menurut Prakirawan Cuaca BMKG Kertajati, Ahmad Faa Iziyn mengatakan, fenomena ini pertama dialami oleh Kabupaten Kuningan, yakni pada 2 Maret 2021 pukul 11.58.14 WIB.

Pada 3 Maret 2021, fenomena itu terjadi di Kota Cirebon pukul 11.57.42 WIB, Kabupaten Cirebon pukul 11.58.01 WIB, Kabupaten Majalengka 11.59.01 WIB, dan Kabupaten Sumedang pukul 12.00.15 WIB.

"Kalau Kabupaten Indramayu mengalami hari tanpa bayangan pada 4 Maret 2021, pukul 11.58.25 WIB," ujar dia.

Ahmad Faa Iziyn menjelaskan, hari tanpa bayangan ini disebabkan oleh adanya peristiwa kulminasi atau biasa disebut juga transit dan istiwa. 

Dalam kondisi demikian, matahari tepat berada di posisi paling tinggi atau tepat di atas kepala pengamat atau di titik zenit.

Akibatnya, bayangan dari benda tegak terkesan tidak ada atau seolah-olah menghilang karena bertumpuk dengan benda itu sendiri. 

Fenomena inilah yang oleh sebagian besar masyarakat mengenalnya dengan sebutan hari tanpa bayangan.

"Waktu tanpa bayangan pun, harus tepat jamnya, termasuk menit dan detiknya. Kalau lewat maka akan terlihat bayangan lagi," ujar dia.

Diberitakan sebelumnya, Fenomena hari tanpa bayangan atau kulminasi matahari tahun 2021 terjadi di sejumlah wilayah di Jawa Barat, termasuk Majalengka.

Mendengar hal itu, banyak masyarakat yang penasaran akan fenomena tersebut.

Seperti tampak yang dilakukan oleh warga di halaman Kantor Sekretaris Daerah (Setda) Majalengka, Rabu (3/3/2021).

Pantauan Tribun, mereka sangat antusias untuk membuktikan kebenaran bahwa fenomena hari tanpa bayangan memang terjadi.

Adapun, fenomena hari tanpa bayangan di Majalengka sendiri terjadi pukul 11.59.01 WIB.

Namun, saat memasuki waktu tersebut, tampak cuaca di kota angin ini dalam keadaan mendung.

Hal itu juga membuat pembuktian hari tanpa bayangan menjadi gagal.

Salah satu warga yang melakukan fenomena hari tanpa bayangan itu, Bima (27).

Baca juga: Selebgram Dinda Shafayana Mengaku Alami Pelecehan di Toilet, Begini Penjelasan Kopi Kenangan

Baca juga: Kabarkan Berita Duka, Melly Goeslaw Sedih Kehilangan Rina Gunawan yang Rajin Mengingatkan Ibadah

Baca juga: Untuk Pertama Kalinya, Tak Ada Zona Merah Covid-19 di Jabar, Kuningan & Majalengka Masuk Zona Kuning

Dirinya mengaku, sedikit kecewa dengan cuaca yang terjadi di saat hendak mencari pembuktian fenomena hari tanpa bayangan tersebut.

Ia pun tampak ragu, apakah bayangan yang terlihat itu memang terjadi fenomena atau didukung oleh cuaca yang mendung.

"Benar si tidak ada bayangan, tapi itu karena fenomena atau cuaca. Tidak tahu juga," ujar Bima, Rabu (3/3/2021).

Selain Majalengka sendiri, menurut BMKG, fenomena hari tanpa bayangan terjadi di Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Sumedang.

Sementara, Kabupaten Kuningan sudah terjadi pada kemarin hari dan Kabupaten Indramayu diprediksi bakal terjadi esok hari, Kamis (4/3/2021).

Dalam penjelasannya, Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Kertajati, Faa Izyin menjelaskan, fenomena kulminasi atau transis atau istiwa adalah ketika matahari berada di posisi paling tinggi di langit.

Posisinya tepat di atas kepala pengamat atau di titik zenit.

"Akibatnya bayangan benda tegak akan terlihat (menghilang) karena bertumpuk dengan benda itu sendiri," ujar Kang Faiz sapaan akrabnya, Rabu (3/3/2021).

Sehingga, jelas dia, fenomena ini kerap disebut sebagai hari tanpa bayangan.

Dalam pemberitaan Kompas.com, Selasa (10/9/2019), Astronom Amatir Indonesia Marufin Sudibyo menjelaskan, bahwa fenomena hari tanpa bayangan sebenarnya bukanlah fenomena langka. 

Hari tanpa bayangan atau lengkapnya hari tanpa bayangan Matahari adalah suatu hari bagi suatu tempat tertentu di mana manusia dan obyek lain yang berdiri tegak akan kehilangan bayang-bayangnya, manakala Matahari mencapai titik kulminasi atas (istiwa') atau mengalami kondisi transit.

Akibatnya, bayangan akan jatuh tegak lurus karena bertumpu pada benda itu sendiri. Orang-orang membahasakannya menjadi bayangan yang hilang atau tanpa bayangan.

Setiap hari di antara terbit dan terbenamnya, Matahari menempuh lintasan khayali di langit yang tercermin dari dua parameter, yaitu altitud Matahari dan azimuth Matahari. 

"Kulminasi atas terjadi saat altitud Matahari mencapai maksimum pada hari itu," kata Marufin.

Situasi tersebut terjadi bersamaan dengan saat azimuth Matahari bernilai 180º atau 0º, fenomena yang disebut sebagai transit Matahari. Sehingga pada saat kulminasi atas terjadi, bayang-bayang benda tegak yang dibentuk oleh pancaran sinar matahari akan tepat mengarah ke utara atau ke selatan. 

Hari tanpa bayangan Matahari terjadi manakala altitud Matahari tepat 90º, sehingga Matahari tepat berada di titik zenith (titik tertinggi yang bisa dicapai peredaran benda langit). 

Secara astronomis, hari tanpa bayangan Matahari terjadi manakala nilai deklinasi Matahari, yakni salah satu parameter dalam sistem koordinat langit, tepat sama dan senilai dengan garis lintang sebuah tempat. 

Matahari mengalami gerak semu tahunan yang sifatnya siklik mulai dari yang terbesar deklinasi +23º 26' hingga yang terkecil deklinasi -23º 26'. 

Perubahan deklinasi tersebut membuat Matahari akan menempati titik zenith yang tepat berada di atas Garis Balik Utara (lintang 23º 26' LU) setiap 21 Juni, pada saat deklinasi Matahari mencapai maksimum dan berada di atas Garis Balik Selatan (lintang 23º 26' LS) setiap 22 Juni pada saat deklinasi Matahari mencapai minimum. 

 Lantas, bagaimana dengan hari tanpa bayangan di Indonesia? Dikatakan Marufin, bahwa Indonesia secara geografis terletak di antara lintang 6º LU hingga lintang 11º LS. 

Dengan demikian, akan terjadi hari tanpa bayangan Matahari pada titik-titik tertentu di Indonesia, manakala Matahari memiliki deklinasi +6º hingga deklinasi -11º dan sebaliknya. 

"Hari tanpa bayangan Matahari dapat terjadi di seluruh Indonesia, meski bergantung kepada garis lintang masing-masing tempat," ujar Marufin yang juga aktif di Jogja Astro Club dan International Crescent Observationts Project (ICOP).

Sementara itu, menurut Andi Pangerang selaku Peneliti dari Pusat Sains Antariksa LAPAN, di sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami fenomena hari tanpa bayangan Matahari ini dua kali dalam setahun, tepatnya di kota-kota yang terletak di antara Garis Balik Utara (23.4 derajat Lintang Utara) dan Garis Balik Selatan (23,4 derajat Lintang Selatan).

Sedangkan, untuk kota-kota yang terletak tepat di Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan akan mengalami hari tanpa bayangan hanya sekali dalam setahun, yaitu ketika Solstis Juni (21/22 Juni) maupun Solstis Desember (21/22 Desember).

"Di luar wilayah tersebut, Matahari tidak akan berada di atas kepada kita (zenit) ketika tengah hari sepanjang tahun," ujarnya.

Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved