Cerita Enjang, 5 Jam Terjebak di Hutan Gunung Putri pada Jumat Malam, Ada Suara dan Teriakan Aneh
Berada di dalam mobil tersesat di Gunung Putri selama lima jam saat tengah malam ak membuat keluarga Enjang Imron (48) putus asa.
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Firman Suryaman
TRIBUNCIREBON.COM, TASIKMALAYA - Berada di dalam mobil di tengah hutan, tersesat di Gunung Putri dan jauh dari permukiman selama lima jam saat tengah malam, tak membuat keluarga Enjang Imron (48) putus asa.
Padahal suasana horor dan mistis menyelimuti keberadaan mereka.
Baca juga: Janda di Cianjur Melahirkan Tanpa Hamil, Sosok Ayah Bayi yang Dilahirkan Siti Jainah Masih Misterius
Baca juga: Dipunggungi Marshanda saat Bersaksi, Jaksa: Saya Lebih Senang Melihat Wajahnya Dibanding Belakangnya
Baca juga: BMKG Prakiraan Cuaca 33 Kota, Rabu 17 Februari 2021: Waspada Dua Wilayah Ini Potensi Hujan & Petir
Ada suara aneh, ada tanah longsor di depan mata mereka, serta suasana gelap-gulita tengah hutan.
Keluarga Enjang tersesat dan terdampar di tengah hutan Gunung Putri, Desa Maniis, Kecamatan Cingambul, Majalengka, Jumat (12/2/2021) malam hingga Sabtu (13/2) dini hari.
Mereka pulang dari Cirebon menaiki Toyota Avanza carteran menuju Tasikmalaya, dan memotong jalan via kawasan Jahim, Majalengka.
Namun setiba di sebuah pertigaan, Enjang yang bertindak sebagai sopir mendapati kabut di depan matanya serta merasa ada jurang menganga.

Tanpa pikir panjang, Enjang belok kiri masuk jalan sempit dan entah kenapa terus melaju di jalan rusak berbatu itu.
Mobil yang dikendarai Enjang itu terus melaju tanpa menghiraukan kondisi jalan yang bukan lagi jalan aspal hingga sejauh sekitar 5 km.
Mobil yang tumpangi keluarga Enjang itu berhenti karena terpaksa setelah kondisi salah satu ban mobilnya pecah melindas batu tajam.
"Kami terjebak di sana selama sekitar lima jam. Mulai pukul.21.00 hingga pukul 01.00 Sabtu dini hari, hingga tim penolong datang," kata Enjang, Sabtu (16/2) sore.
Enjang mengungkapkan, selama terjebak di tengah hutan, semua anggota keluarga yang berjumlah tujuh orang relatif tenang.
"Anak bungsu saya, Adel yang berusia 4 tahun juga bisa tenang, setelah saya ajak main kemping-kempingan. Untungnya dia mau. Termasuk ketika harus bergelap-gelap di dalam mobil," ujar Enjang.
Menurut Enjang, semua anggota keluarga termasuk dirinya terus berdoa dan membaca ayat suci Al-Qur'an.
"Sesekali kami pun mencandai suasana horor di malam gelap itu. Yang membuat kami bisa tenang, karena sebelumnya berhasil mengontak orang Majalengka untuk meminta pertolongan. Jadi ada harapan bakal ditemukan," ujar Enjang.

Namun selama lima jam itu, tambah Enjang, kejadian horor memang sempat muncul.
Seperti ada yang teriak minta ampun, minta tolong, ada yang menyapa serta munculnya tanah longsor yang hampir saja menimpa mobil jika mobil tidak pindah posisi karena ban pecah.
Sekitar pukul 01.00, tim penolong pun akhirnya sampai di lokasi. Terdiri dari dua anggota polisi serta sejumlah warga.
Enjang bersama enam anggota keluarganya lantas dievakuasi hingga di pertigaan, tempat mereka awalnya tersesat.
"Saat tiba kembali di pertigaan, saya terkejut karena yang tadinya terlihat kabut dan jurang, ternyata jalan menuju Tasik.
Serta di sisi kanan itu sebuah rumah makan yang terang benderang, dengan halaman parkir cukup luas.
Di situ pula kami istirahat sebelum pulang ke Tasikmalaya," kata Enjang.
//
Sebelumnya Enjang menceritakan bahwa kejadian itu berawal setelah ia bersama rombongan keluarga menunaikan salat magrib di sebuah masjid, sebelum memasuki kawasan Jahim, Majalengka.
Enjang bersama keluarga saat itu sedang dalam perjalanan pulang ke Tasikmalaya, seusai menengok keluarga dekat yang sakit di Cirebon.
Mereka menggunakan mobil rental Toyota Avanza. Penumpangnya terdiri dari Aen (60), warga Jalan Paseh, Engkoy (65), Makmur (80) dan Deuis (50) ketiganya warga Karikil, Kecamatan Mangkubumi, Ade (45) warga Jalan Letjen Ibrahim Adjie dan Adel (4), putra bungsu Enjang.
Dalam perjalanan Cirebon-Tasikmalaya ia sengaja menggunakan jalur alternatif via kawasan Jahim, Majalengka. Karena jauh lebih dekat dibanding jalur utama via Kawali, Ciamis.
Perjalanan berikutnya seusai solat magrib, Enjang menyebut sebagai perjalanan horor. "Setelah melaju sekitar dua kilometer, tibalah di sebuah pertigaan dan jalan utama terhadang kabut," kata Enjang
Saat itu waktu menunjukkan sekitar pukul 19.30. Enjang mulai tak enak hati saat melihat ke depan selain ada kabut juga seperti ada jurang. Padahal sepengetahuannya itu jalan menuju Tasikmalaya.
"Melihat kondisi seperti itu entah kenapa saya malah langsung belok kiri. Tidak berhenti dulu melihat situasi sebenarnya," ujarnya.
Setelah berjalan sekitar 1 km mobil mulai memasuki jalan rusak. Tapi lagi-lagi entah kenapa Enjang terus melajukan kendaraannya.
"Entah kenapa, walau perasaan tak enak semakin menerpa, saya terus saja melaju ke depan. Padahal jalan tambah tak karuan dan gelap gulita," ujar Enjang.
Baca juga: Gara-gara Lockdown, Distribusi Vaksin Covid-19 kepada Nakes di Majalengka Terhambat
Baca juga: Jalaluddin Rakhmat Meninggal karena Covid-19, Sang Cendekiawan Rencananya akan Dimakamkan Disini
Baca juga: Rizky Billar Tampak Seksi dan Tampan di Mata Lesti Kejora Saat Lakukan Ini, Boy William: Seksi Ya
Enjang mengaku tadinya ia berniat parkir dan balik arah. Tapi menurut perasaannya di depan seperti ada perkampungan, sehingga ia terus melaju.
"Apalagi samar-samar terdengar suara azan, perasaan saya ada perkampungan dan nanti akan parkir di sana. Tapi setelah berjalan sekitar 5 km, medan malah tambah berat dan perkampungan pun ternyata tidak ada," kata Enjang.
Ia akhirnya memutuskan berhenti dan berupaya memarkir kendaraannya balik arah. Dengan susah payah karena jalan sempit dan jelek, Enjang akhirnya berhasil memutar arah.
Namun baru berjalan sekitar dua menit, tiba-tiba ban mobil ada yang pecah karena melintas batu tajam. Perjalanan pun akhirnya terhenti.
"Saat itu waktu menunjukkan pukul 21.00 dan kemudian turun hujan sehingga tak bisa mengganti ban," ujar Enjang.
Enjang sempat memundurkan kendaraan karena posisinya tidak pas. Mobil pun sempat dihadang jalan longsor yang tiba-tiba terjadi.
Kondisi tersebut membuat perasaan Enjang tambah khawatir. Enjang pun akhirnya menyuruh kerabatnya, Ade, menghubungi temannya di Majalengka untuk meminta tolong.
Beberapa jam kemudian, Sabtu (13/2) dini hari, barulah pertolongan tiba. "Yakni datang dua anggota polisi bersama sejumlah warga. Saya langsung plong dan sangat terharu, karena lepas dari suasana horor selama beberapa jam," ujar Enjang.
Ia bersama keluarganya kemudian dievakuasi menuju pertigaan. "Setelah itu kami dipulangkan dengan menggunakan mobil bantuan," kata Enjang. (firman suryaman)