VIDEO - Pulang dari Jepang, Nadiawan Putuskan Jadi Petani Jahe Merah, 'Pokoknya Man Jadda Wajada'

Nadiawan punya sedikit pengalaman untuk bertani. Sejak 2018, sepulang bekerja di Jepang, dirinya bertani dengan menanam palawija di lahan seluas 2.850

Penulis: Ahmad Ripai | Editor: Machmud Mubarok

Laporan Kontributor Kuningan, Ahmad Ripai

TRIBUNCIREBON.COM, KUNINGANNadiawan Zovival Hizbullah (25), seorang pemuda Desa Bandorasa Kulon, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan sejak kecil bercita- cita ingin menjadi pilot. 

Namun cita-cita itu tak kesampaian. Kini Nadiawan malah memantapkan pilihannya untuk menjadi petani jahe merah.

Ditemui di sekitar lahan tanam palawija, Nadiawan Zovival Hizbullah memilih jenis jahe merah sebagai tanaman untuk berkegiatan sebagai petani di desa. 

Baca juga: Angka Kemiskinan di Kuningan, Indramayu dan Kota Cirebon Naik, Pandemi Covid-19 Jadi Biang Kerok

Baca juga: Ratusan WNA China Bebas Masuk Indonesia di Saat Larangan Masuknya Warga Asing, Ini Kata Imigrasi

Baca juga: Komjen Listyo Sigit Akan Dilantik Jadi Kapolri oleh Jokowi Rabu 27 Januari, Siapa Kabareskrim Baru?

Hal itu terjadi setelah dirinya, pulang dari Negeri Matahari terbit alias Negara Jepang sekitar tahun 2018 silam.

“Ya, kalau cita –cita kecil dulu pengen jadi pilot, dari pernah bekerja di Jepang akhirnya saya putuskan menjadi petani.

Seperti sekarang menanam jahe merah di sektar lahan dekat rumah ini,” ungkap Nadiawan Zovival Hizbullah kepada wartawan, Senin (25/1/2021).

Penanaman jahe merah ini sudah enam bulan lebih atau beberapa waktu di masa pandemi covid-19 terjadi di Kuningan.

“Belum lama Kuningan menjadi siaga covid-19, saya pilih jadi petani untuk tanam jahe merah ini,” ujarnya.

Nadiawan punya sedikit pengalaman untuk bertani. Sejak 2018, sepulang bekerja di Jepang, dirinya bertani dengan menanam palawija di lahan seluas 2.850 meter persegi.

"Iya sebelum menanam jahe merah, saya pernah tanam palawija seperti jagung dan cabai di lahan seluas 200 bata ini,” ungkapnya.

Memilih tanam jahe merah di masa pandemi COVID-19, kata dia, ini karena ada kerja sama dengan sebuah perusahaan yang siap menampung hasil panen jahe merah ini.

“Dulu tanam jahe merah sempat binggung mau jual kemana dan pada awal tanam hingga panen nanti, jahe merah sudah dipesan oleh sebuah perusahaan,” katanya.

Jahe merah pesanan ini, kata Nadiawan,  harus merupakan jahe merah organik. 

“Jenis Jahe merah organik sendiri ialah jahe merah yang ditanam dilarang menggunakan bahan-bahan kimia. 
Dan semua dilakukan secara alami atau organik begitu,” ujarnya.

Ia memperkirakan kisaran waktu 4 hingga 5 bulan ke depan bisa memanen jahe merahnya. 

“Mudahan dalam waktu selama lima bulan, dari 2.500 pohon yang ditanam ini  diperkirakan akan mendapat 7,5 ton jahe merah organic,” katanya.

Mengenai harga kontrak yang dibangun dengan perusahaan saat panen nanti, jahe merah organik dihargai Rp 30 ribu per kilogramnya.

”Dari nilai kontrak harga jual tadi, jika diestimasikan itu akan  mendapat keuntungan hingga Rp 225 juta dari jumlah 2.500 pohon estimasi panen 7,5 ton,” katanya.

Nadiawan pun bertekad untuk terus mengembangkan untuk menanam jahe merah organik. 

“Kami berjalan dengan percaya dirinya akan berhasil menjadi petani jahe merah. Kalimat penyemangat itu sudah sering kita dengar dengan sebutan Man jadda wajada, siapa yang bersungguh sungguh pasti akan berhasil,” katanya. (*)

Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved