Sekolah Tatap Muka Mau Dimulai Januari 2021? Tunggu Dulu, Baca Penjelasan Dokter Kamil Ini

melihat kondisi saat ini, ada kekhawatiran jika sekolah tatap muka kembali dibuka, kasus Covid-19 akan mengalami peningkatan.

Editor: Machmud Mubarok
Eki Yulianto/Tribuncirebon.com
KBM Tatap Muka di salah satu sekolah di Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka 

Data tersebut diambil dari situs covid19.go.id, per tanggal 20 Desember 2020. Ditemukan bahwa jumlah anak berusia 0-18 tahun yang terinfeksi Covid-19 di Indonesia mencapai 74.249 anak (sekitar 11,5 persen dari total kasus di Indonesia).

Kemudian, terdapat 56.817 kasus Covid-19 pada anak berusia 6-18 tahun. Jumlah anak berusia 0-18 tahun yang meninggal dunia akibat Covid-19 mencapai 530 anak, dengan tingkat kematian 0,7 persen.

"Jumlah kasus Covid-19 pada anak ada di pulau Jawa, dengan angka 45.180 kasus, dan angka kematian 420 jiwa," sebut Kamil.

Data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada 17 Agustus 2020 menunjukkan, terdapat sekitar 110 juta anak usia sekolah di Indonesia, yang terbagi menjadi 50 juta anak SD-SMA, dan 60 juta anak Paud dan TK.

Berdasarkan anjuran IDAI, pembukaan kembali sekolah di masa pandemi belum bisa dilakukan, kata Kamil.

"Apabila sekolah kembali dibuka, maka akan berpotensi meningkatkan penyebaran virus karena adanya mobilitas atau pergerakan masif," terangnya.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Kamil, saran yang diajukan oleh IDAI untuk pembukaan sekolah tatap muka di masa pandemi mencakup beberapa hal, yaitu:

  • Pemetaan positif per kelurahan
  • Pemetaan lokasi sekolah, apakah guru dan murid berasal dari zona merah, dan sekolah berada di zona kuning
  • Transportasi guru dan murid apakah lintas zona
  • Kontak guru atau murid dengan orang lain

"Ini adalah saran yang sangat keras dari IDAI. Kalau penekanan mobilitas dan penzonaan yang benar belum dapat dilakukan, sebaiknya sekolah jangan dibuka dulu," ucap Kamil.

"Masalah pembagian zona ini kan dilihat berdasarkan kasus, bukan dari transmisi atau penyebaran virus. Jadi menurut saya, pembagian zona tidak bisa dijadikan dasar." 

Dalam kesempatan yang sama, Juhaeri Muchtar PhD, VP Epidemiology and Benefit-Risk Evaluation Global Pharmaco-vigilance Sanofi mencontohkan bagaimana keputusan membuka kembali sekolah di AS.

"Di Amerika, keputusan untuk membuka sekolah diambil oleh masing-masing negara bagian atau state," sebut Juhaeri.

"Keputusan negara bagian mengacu pada sains, yaitu melihat tren kasus, ethic, hukum, dan bisnis yang ada."

Dia menceritakan anaknya yang merupakan murid di salah satu sekolah di negara bagian New Jersey diberikan opsi untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dari rumah, atau terus berada di sekolah.

"Tapi prosedur yang diikuti sekolah sangatlah ketat, dan sekolah harus mendapat sertifikat dari negara bagian."

Prosedur itu, kata Juhaeri, mencakup:

  • Penggunaan masker di seluruh area sekolah
  • Ukuran kelas yang lebih kecil
  • Tidak ada makan di sekolah Pergi ke kamar kecil dengan persetujuan
Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved