Berbekal Sarung dan Alquran, Akbar Merasa Tak Pernah Takut dan Khawatir ke Mana Pun Pergi Mengembara

Akbar minta untuk tinggal di rumah Uti, karena merasa tidak nyaman di rumah ayahnya. Setelah itu, Akbar memilih pergi dari rumah neneknya

Editor: Machmud Mubarok
Istimewa/Awan Rozy
Muhammad Gifari Akbar saat membaca Alquran sambil berteduh dari hujan di Jalan Braga. 

TRIBUNCIREBON.COM - Muhammad Ghifari Akbar (16), remaja yang fotonya viral saat sedang membaca Alquran di emperan toko Jalan Braga, Bandung, ternyata sudah 5 tahun lebih mencari ibunya yang pergi mencari kerja di Arab Saudi.

"Ibunya pergi mau kerja ke Arab sejak usia Akbar 8 bulan dan kakaknya usia 18 bulan," jelas nenek Akbar, Uti (71), saat ditemui di rumahnya di Kampung Sodong, Kelurahan Muarasanding, Kecamatan Garut Kota, Kamis (5/11/2020) pagi.

Sejak itu, Akbar tak pernah lagi bertemu dengan sang ibu yang bernama Siti.

Baca juga: Bupati KBB Murka Lihat Isi Kulkas Dirut RSUD Cikalong Wetan Penuh Cemilan, tapi Karyawan Gak Digaji

Baca juga: Pria Minum Darah Segar Mantan Istri Seusai Membacok hingga Tewas, Begini Kronologisnya

Baca juga: Mahasiswi di Indramayu Bentangkan Kertas Bertuliskan Bukan Mantan Saja yang Berkhianat, DPR Juga

Baca juga: Seekor Babi di Majalengka Dipukuli Warga hingga Mati, Sempat Bikin Resah dan Ganggu Warga di Kebun

Setelah ditinggal ibunya, menurut Uti, Akbar sempat tinggal bersama paman dari ayahnya di Singajaya, Garut.

Setelah ayahnya menikah lagi, Akbar sempat tinggal bersama orangtuanya di rumah yang tidak jauh dari neneknya. 

Namun, tidak lama kemudian Akbar minta untuk tinggal di rumah Uti, karena merasa tidak nyaman di rumah ayahnya. Setelah itu, Akbar memilih pergi dari rumah neneknya dan berhenti sekolah.

"Awalnya suka ngamen, tapi gitarnya dirampas orang," katanya.

Setelah keluar sekolah, Akbar pun makin tidak betah di rumah. Sejak itulah Akbar memulai melancong ke berbagai kota, mulai Bantul Yogyakarta, Lampung hingga terbaru ke Kota Bandung.

Di Kota Bandung inilah Akbar terfoto tengah mengaji di emper toko Jalan Braga. "Saya hanya bisa pesan jangan tinggalkan lima waktu (shalat) dan baca Quran biar selamat di manapun," kata Uti.

Amanah dari nenek dan ayahnya ini dipegang kuat oleh Akbar. Setiap kali mengembara, ia selalu bawa bekal sarung dan Al Quran.

Dengan bekal itu, Akbar merasa tak pernah takut dan khawatir ke mana pun pergi.

"Kalau lapar di jalan nggak punya uang, saya ngaji saja, fokus sampai lapar hilang," katanya.

Akbar tidak ingat pasti sejak kapan dirinya mulai hidup di jalanan. Yang pasti, selama hidup di jalanan, ia tidak pernah hidup seperti anak lainnya yang bernasib serupa.

Akbar memilih masjid untuk tempat istirahat. Jika tidak ada masjid, ia mencari tempat yang dianggapnya nyaman.

Akbar tak pernah mau mengingat-ingat pengalamannya selama hidup di jalanan.

Muhammad Gifari Akbar (16), remaja yang bekerja sebagai pemulung tengah membaca Alquran di rumahnya di Kampung Sodong, Kelurahan Muarasanding, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Kamis (5/11/2020).
Muhammad Gifari Akbar (16), remaja yang bekerja sebagai pemulung tengah membaca Alquran di rumahnya di Kampung Sodong, Kelurahan Muarasanding, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Kamis (5/11/2020). (Tribun Jabar/Firman Wijaksana)

Namun, ketika ditanya soal kerasnya hidup di jalanan, Akbar mengaku pernah dipalak oleh rekannya. Namun, ia tidak pernah melawan.

"Kasih aja, itu mungkin rezekinya dari situ, biarin aja," katanya.

Setelah lima tahun lebih mengembara dan menggelandang demi mencari ibu, Akbar pun menyerah.

Kini ia mengaku sudah tak lagi ingin bertemu perempuan yang melahirkannya. "Biarin aja, kalau mau ketemu ya datang ke sini aja, kalau masih ingat," katanya menahan emosi.

Ingin belajar di pesantren

Akbar mengaku akan berhenti hidup di jalanan dan menempuh pendidikan di pondok pesantren yang sudah lama ia idamkan.

Apalagi, setelah foto dirinya viral di media sosial, banyak yang menghubunginya, termasuk seseorang yang mengaku utusan dari Pondok Pesantren Ustaz Yusuf Mansyur.

"Saya mau mesantren sekarang, memang sudah lama ingin masantren, tapi yang deket dari Garut aja," katanya.

"Saya nggak punya cita-cita, tapi sejak kecil berniat ingin bikin pesantren sendiri, itu niat dari kecil," katanya.

Makmun Gunawan, pejabat di Dinas Pendidikan Kabupaten Garut dari Bidang Pendidikan Non Formal melihat, keinginan Akbar untuk belajar di pondok pesantren adalah niat bagus yang harus didukung.

Pihaknya pun menyarankan Akbar mengikuti ikut program paket.

"Bagus kalau mau bikin pesantren sendiri, tinggal nanti sambil masantren ikut program paket agar punya ijazah juga," katanya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Kalau Lapar di Jalan Nggak Punya Uang, Ngaji Saja, Fokus Sampai Lapar Hilang"", Klik untuk baca: https://regional.kompas.com/read/2020/11/05/14171421/kalau-lapar-di-jalan-nggak-punya-uang-ngaji-saja-fokus-sampai-lapar-hilang?page=all#page2.
Penulis : Kontributor Garut, Ari Maulana Karang
Editor : Farid Assifa

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved