Polisi Cari Siapa Orang Tua yang Tega Buang Bayi Perempuan dan Dimakan Biawak di Kuningan
Unit Reserse Kriminal Polres Kuningan mencari siapa orang tua yang tega membuang bayi perempuan yang baru dilahirkannya ke sungai.
Penulis: Ahmad Ripai | Editor: Mumu Mujahidin
"Menurut syariat agama dan pemerintah, kenapa tidak mereka (orang tua,red) yang melahirkan itu mengaku kepada orang dekat atau orang tua kedua belah pihak," katanya.
Apapun itu, kata dia, kasus ini sangat salah besar dan patut mendapat imbalan seberatnya.
"Karena menghilangkan nyawa manusia. Bicara hukum bahwa menghilangkan nyawa seseorang itu perbuatan kriminal," katanya.
Kongkritnya, kata dia, pemerintah melalui lembaga terkait, baik bagian kesra atau Dinas Sosial ini bisa melakukan evaluasi dan gencar melakukan sosialisasi tentang ahlak atau moral generasi muda.
"Ya kami berharap mereka yang menggunakan anggaran pemerintah bisa tepat sasaran dalam melakukan pembinaan dilingkungan masyarakat. Baik sektor moral, kesehatan, ekonomi dan pendidikan,"ujarnya.
Berusia Tiga Hari
Mayat bayi perempuan yang dibuang ke sungai di Kuningan diduga berusia tiga hari dari waktu kelahiran.
Demikian hal itu dikatakan Wawan sekaligus pemulasara kamar jenazah di RSUD 45 Kuningan, Senin (26/10/2020).
"Iya kondisi mayat bayi sangat memprihatinkan, selain hilang kaki kiri juga telah mengeluarkan binatang kecil semacam belatung begitu," katanya.
Belatung keluar, kata dia, ini banyak ditemukan di dalam perut yang telah robek.
Baca juga: Kaki Kiri Mayat Bayi Perempuan di Kuningan Hilang Diduga Dimakan Biawak Saat Dibuang ke Sungai
Baca juga: BREAKING NEWS: Mayat Bayi dalam Karung Ditemukan di Sungai Ciporang Kuningan, Dikerubuti Biawak
"Uraian usus sudah keluar dan terlihat warna sudah banyak membiru," ujarnya.
Mengenai keanehan lain, kata Wawan, jasad mayat berjenis kelamin perempuan ini mengalami kerusakan di bagian organ lain.
"Iya, kami terima kaki kiri sudah tidak ada dan jumlah brenga muncul dalam perut korban itu juga sangat banyak," ujarnya.
Mengenai dimangsa hewan biawak, kata dia, ini akibat telah mengeluarkan bau tak sedap di aliran sungai.
"Sehingga didianggap jadi pakan hewan di peraiaran sungai tersebut," katanya.