Polisi Cari Siapa Orang Tua yang Tega Buang Bayi Perempuan dan Dimakan Biawak di Kuningan
Unit Reserse Kriminal Polres Kuningan mencari siapa orang tua yang tega membuang bayi perempuan yang baru dilahirkannya ke sungai.
Penulis: Ahmad Ripai | Editor: Mumu Mujahidin
“Iya, terhitung sejak awal tahun sekarang, ada sekitar tujuh ekor ular jenis piton dan lainnya sudah dipindah tangankan perawatannya ke komunitas reptil Kuningan,” katanya.
Proses itu, kata dia, tentu melalui tertib administrasi yakni surat berita acara.
“Berita acara itu lengkap dengan identitas calon perawat hewan reptil yang kini kasih. mulai dari foto copy KTP dan sebagainya,” katanya.
Menyinggung cara penangkapan baik itu biwak maupun ular, Khadafi menceritakan bahwa penangkapan itu dilakukan oleh petugas ahli.
“Namun kelengkpan dan alat septi tetap di gunakan saat menangkap. Seperti jeratan yang sudah di buatkan dan menggunakan seragam pelindung dari serangan hewan buas saat ditangkap, serta tidak lupa menggunakan media atau alat tertentu saat menangkapnya,” katanya.
Pemerintah Harus Turun Tangan
Kasus pembuangan mayat bayi perempuan yang menghebohkan terjadi di Desa Pajawan Lor, Kecamatan Ciawigebang mendapat tanggapan dari warga sekaligus tenaga Pendidikan Non Formal Kuningan.
"Pertama kami tentu sangat prihatin dengan kejadian mayat bayi dibuang di aliran sungai," ungkap Ulfa Fajriyah tutor PAUD di Kecamatan Kuningan, Senin (26/10/2020).
Menurutnya, kasus buang mayat bayi di Kuningan ini bukan kali pertama.
"Belum lama kasus buang mayat bayi di Kecamatan Selajambe, kini muncul ulang di Kecamatam Ciawigebang. Hal ini jelas mengerikan mendengarnya saja," katanya.
Baca juga: Mayat Bayi yang Dibuang dalam Karung Diduga Berusia Tiga Hari, Membusuk hingga Dimakan Biawak
Baca juga: Kaki Kiri Mayat Bayi Perempuan di Kuningan Hilang Diduga Dimakan Biawak Saat Dibuang ke Sungai
Melihat jumlah kasus makin banyak, kata dia, idealnya menjadi perhatian pemerintah dalam melakukan pembinaan keagamaan terhadap lapisan masyarakat.
"Ya kami malu ketika Kuningan memiliki visi misi sebagai daerah berbasis agamis, namun kenyataannya tidak selaras dalam lingkungan kehidupan warga," ujarnya.
Ini, kata dia, tentu ada yang salah dalam manajerial pemerintah dalam melakukan pembinaan ahlak dan mental.
"Kan sangat gak mungkin, ketika orang tua melakukan perbuatan keji terhadap anak dan keturunannya tanpa sebab musabab sebelumnya," katanya.
Menurutnya jika memang buah hati yang dihasilkan melalui proses kurang baik atau di duga melakukan intim pra nikah.