Seputar Gerakan 30 September
CIA Bikin Operasi Rahasia Jelang G30S PKI, Khawatirkan Hubungan Mesra Soekarno dengan Cina
Sejak dekade 1950-an, CIA mencoba berbagai operasi rahasia mulai dari membuat film porno dengan Soekarno palsu hingga menyuplai senjata untuk pemberon
Berdasarkan rapat dengan para perwira militer, Kepala BC PKI Syam Kamaruzaman menyimpulkan pihak militer siap melancarkan langkah untuk mencegah kudeta terjadi.
Komandan G30S Letkol (Inf) Untung Samsuri dalam persidangan mengaku, sejak awal, tak pernah ada niat menggulingkan pemerintahan.
"Saya bisa menarik kesimpulan, akan ada sebuah gerakan yang bisa membahayakan keselamatan Presiden. Saya dasarkan kepada peristiwa masa lalu, misalnya peristiwa 17 Oktober dan yang lain-lain. Semuanya, makar terhadap Presiden," kata Untung seperti dikutip dalam G30S, Fakta atau Rekayasa (2013) karya Julius Pour.
"Pertimbangan tersebut mendorong saya memprakarsai pertemuan sejumlah perwira, merencanakan gerakan untuk mendahului aksi Dewan Jenderal. Sebagai seorang perwira Tjakrabirawa, saya tidak akan rela kalau Paduka Yang Mulia Presiden sampai digulingkan," lanjut Untung.

Soal keberadaan Dewan Jenderal, Wakil Komandan Tjakrabirawa Kolonel CPM Maulwi Salean mengaku pernah menguping percakapan Soekarno dengan Jenderal Ahmad Yani. Soekarno menanyakan apakah benar ada dewan yang dimaksud.
"Pak, het is er geweest, maar ik heb ze al in mijn handen, hunt op mij aan (Pak, itu kan dulu. Mereka sudah di tangan saya. Bapak bisa percayakan kepada saya)," kata Maulwi menirukan perkataan Ahmad Yani seperti dikutip dalam buku Dari Revolusi 45 sampai Kudeta 65 (2001).
Kolonel Latief sebagai salah satu komandan G30S, membela alasan ini di mahkamah militer. Ia mengaku sudah mewanti-wanti adanya upaya kudeta oleh Dewan Jenderal ke Mayjen Soeharto yang kala itu menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat.
Menurut Latief, Soeharto hanya bergeming mendengar informasi itu.
Begitu pula Pangdam Jaya Mayjen Umar Wirahadikusumah dan Pangdam Brawijaya Mayjen Jenderal Basoeki Rachmat. Seperti Soeharto, keduanya menanggapi dingin isu soal Dewan Jenderal.
"Jadi siapa yang sebenarnya telah mengakibatkan terbunuhnya para jenderal tersebut? Saya yang telah memberi laporan lebih dulu kepada Jenderal Soeharto? Atau justru Jenderal Soeharto, yang sudah menerima laporan tetapi tidak berbuat apa-apa?" kata Latief seperti dicatat oleh Julis Pour (2013).
"Nyatanya , sama sekali tidak pernah ada langkah-langkah untuk menambah penjagaan. Sebaliknya, setelah Peristiwa G30S meletus, selain menghantam G30S dan juga membantai ribuan rakyat yang sama sekali tidak tahu apa-apa, mereka bertiga kemudian malahan bersama-sama menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno," ujar Latief.
Harapan kepada Soeharto inilah yang mungkin membuat namanya tak pernah masuk dalam sasaran G30S seperti petinggi angkatan darat lainnya.
PKI dihabisi
Kembali ke keterlibatan Amerika Serikat dalam G30S, setelah peristiwa itu meletus, Dubes Marshall Green mengirim telegram ke negaranya. "We did what we had to do..." seperti ditulis Julis Pour (2013).
Pasca G30S, Soeharto berusaha menghabisi para tokoh PKI yang dianggapnya sebagai dalang.
Gerken menulis (2011), Kedubes AS dan CIA bahkan memberi pemerintah Indonesia daftar ribuan tentara yang terafiliasi dengan PKI. Green mengatakan AS memiliki lebih banyak informasi soal PKI dari pada Indonesia sendiri.